CHAPTER XXIII

446 56 11
                                    

Terdengar suara tawa dari kamar VIP yang ditempati oleh Jin. Langkah Jungkook terasa agak berat, ia menghela nafas dalam-dalam dan membuka pintu. Seketika tawa mereka lenyap saat melihat Jungkook berada diambang pintu. Suasana pasti jadi canggung tapi Jungkook tidak mau menunda dirinya terlalu lama.

"Kookie! Masuklah," ujar Jin sembari tersenyum, "peluk aku saja sekarang," ia merentangkan tangannya.

Semua terlihat lega saat keduanya berpelukan. Jungkook tidak bisa bilang apa-apa. Ia tak pernah terlihat lemah lagi sejak dulu pernah tak kuat untuk hidup tapi setidaknya sekarang ia telihat jauh lebih manusiawi.

Semua terlihat tenang karena Jin malah sangat senang dengan kedatangan Jungkook, alhasil yang lain menjitaki Jungkook dan mereka kembali memiliki suasana seru seperti biasa kecuali Taehyung. Ia masih tidak nyaman dengan Jungkook mengingat Taehyung memang sangat menyayangi Jimin, jauh sebelum Jungkook kembali bermain dengannya.

Taehyung sedang menonton televisi saat Nam Joon, Yoongi dan Hoseok mencari makan siang sedangkan Jin tertidur. Jungkook tadi ikut dengan Nam Joon dan yang lain tapi ia sengaja kembali dengan alasan ada sesuatu yang tertinggal.

Taehyung membenarkan duduknya saat Taehyung mendaratkan bokongnya disamping Taehyung.

"Kau sudah tahu sebenarnyakan?" Jungkook meraih cemilan diatas meja yang menyediakan sangat banyak makanan tapi tetap saja ketiga lelaki tadi mau makanan yang lain.

"Apa ngaruhnya denganku?"

"Kenapa kau diam saja selama Hyeong koma, kau tidak mau aku dan Jimin baikan? Atau aku dan Jin kembali berteman?"

Acara bola di TV tentu membosankan, Taehyung hanya asal ganti.

"Baikan? Haha kau fikir Jimin orang yang bisa kau buang lalu kau pungut?"

"Tae ... aku tidak pernah mengkhianatinya."

"Tapi kau tidak menurunkan egomu untuk meminta maaf dan kau membiarkan dia terlihat semakin bodoh, itukah yang kau maksud tidak mengkhianatinya? Justru aku mau tahu, jika kau tidak tahu yang sebenarnya, mungkinkah kau kembali padanya?"

Ini bukan lagi tamparan, Jungkook menaruh toples cemilan. Ia kesal tapi tak bisa menjawab, matanya menatap Taehyung dengan tajam.

"Fikir lagi, jika kau tidak mencintainya, jangan membuat dia semakin bodoh karena mencintaimu."

Taehyung sudah tidak sanggup berada didekat Jungkook. Hatinya sangat panas. Sebelum ia membuat keributan, ia meraih tasnya dan pergi dari kamar Jin. Menyisakan Jungkook yang begitu sesak bukan main sekarang.

------

Setelah beberapa hari, Jungkook masih tidak tahu bagaimana harus menghampiri Jimin. Benar mata Taehyung, Jungkook sangat menyiksa Jimin.

Jungkook selalu menghabiskan waktunya diteras dengan termenung. Dia memahami ucapan Taehyung, Ibunya dan Jin tapi rasanya Jungkook terlalu malu untuk menunjukkan dirinya didepan wajah Jimin.

Jimin pasti membencinya.

Gitar yang sudah lama ia tak pakai, akhirnya ia benarkan. Jungkook memulai dari mengganti senarnya dan menyetting suaranya. Ia rindu menggenjreng senar dengan jarinya, menekan kunci hingga jarinya luka.

Beberapa bait mulai bermunculan, ini yang Jungkook tak mau lakukan. Ia tak mau menjadikan momennya dengan Jimin sebagai .... ah sudahlah, Jungkook langsung menulis. Selalu mudah jika itu tentang Jimin.

Jimin adalah sumber inspirasinya.

Rasanya kembali sesak, Jungkook melempar pulpen dan menyingkirkan gitarnya. Tangannya kembali menyembunyikan wajahnya, ia sangat merindukan Minnie-nya.

Our Time • Jikook {REVISING-COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang