09

1.6K 233 15
                                    

Happy Reading buat kamu...
.
.
.
.

Dari banyak nya insan di dunia ini, mengapa Haruto yang harus menjadi korban cinta Aera. Lelaki itu memandang gamang lantai di depannya. Mendengus begitu melihat bayangan gadis itu ada di lantai, memperlihatkan jika gadis itu tengah mendekat ke arahnya.

"Minum dulu" ujar Aera pada Haruto, gadis itu lalu meletakkan Jus jeruk yang baru saja di buatnya. Haruto hanya diam, melirik sebentar ke arah Aera sebelum kembali menatap kosong ke arah lantai.

Aera dengan santai duduk di sofa samping lelaki tampan itu, lalu menyentuh lengan Haruto untuk di peluknya. Haruto hanya diam, mencoba tak peduli yang di lakukan oleh Gadis itu, Haruto terlalu muak dan malas hanya untuk bergerak.

"Kenapa gak di minum??" Tanya Aera, Haruto menggeleng.

"Males, dan gw gak haus. Siapa yang nyuruh Lo buat bikinin gw minuman. Ini rumah gw ngomong-ngomong harusnya Lo masih punya sopan santun." Kata Haruto, lelaki itu melepas tangan Aera dari tangannya, berjalan meninggalkan Aera sendirian di ruang tamu dan masuk ke dalam kamarnya. Seolah tak peduli lagi apa yang akan di lakukan gadis itu pada ruang tamunya. Gadis itu datang tiba-tiba, masuk tanpa diberi izin dan langsung berbuat semaunya.

Meraih pintu kamar, masuk dengan helaan nafas keluar dari celah bibirnya. Melepas kancing teratas kemeja yang di kenakan lalu membaringkan tubuhnya kasar ke atas kasur.

"Hidup gw gak akan pernah tenang selama ada ular betina itu." Ujar Haruto, lelaki itu sedikit bangkitkan tubuhnya melirik ke arah pintu yang tampak tertutup.

"Semoga aja, Mama dan Papa gak pulang dulu. Males gw harus jelasin siapa tuh anak." Gumam Haruto, lelaki itu lalu bangkit. Menyambar handuk yang ada di gantungan lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Agak lama, suara gemercik air yang tadi terdengar perlahan hilang dan di gantikan dengan terbukanya pintu kamar mandi itu, memperhatikan Haruto yang tengah memakai handuk sepinggang dan membiarkan tubuh bagian atasnya yang basah terlihat, toh tidak ada orang di sini.

Haruto berjalan ke arah lemari, membuka lemari itu dan mulai memilah baju yang akan di kenakannya. Terlalu serius, bahkan sampai tak sadar jika ada seorang yang tengah membuka pintu dan dengan pelan jalan ke arahnya.

"Iyahh, Haruto.. " Haruto tersentak, lalu menoleh ke belakang. Di mana Aera tengah memeluk tubuh atas Haruto yang telanjang.

Dan matanya membola saat tak sengaja melirik ke arah pintu terbuka, di mana Papa dan Mamanya tengah menutup mulut tak percaya.

"Ma--"Ucapan Haruto terhenti saat Mama sudah pergi dengan menangis. Papa hanya diam menatap tajam ke arah Haruto dan juga Aera. Menghela nafas sebelum akhirnya Pria paruh baya itu pergi, mengejar Mama Haruto mungkin.

Haruto yang sadar masih ada Aera di pelukannya langsung menghempas tubuh gadis itu kasar. Menatap tajam ke arah Aera yang malah santai mengibaskan tangannya ke tubuh seolah tengah membersihkan debu.

"Apa maksud Lo Aera??" Tanya Haruto, lelaki itu sudah menggeram. Giginya berbunyi tanda sudah tidak bisa menahan amarah.

"Hahaha, apa ?? Sorry Haruto cuma dengan cara ini, kita gak bakal ke pisah." Ujar Aera. Haruto menggelengkan kepala frustasi, lalu menarik tangan Aera untuk ikut turun ke bawah. Dan di sana terdapat orang tuanya, Mama sedang menangis dan Papa yang mencoba untuk menenangkannya.

"Ma,"

Mama menoleh, dengan mata memerah menatap ke arah Haruto dan juga Aera yang tengah di pegang erat oleh lelaki tampan itu.

"Aku bisa jelasin apa yang barusan Mama dan Papa lihat." Kata Haruto, lelaki itu melepas cengkraman pada lengan Aera. Berjalan mendekat ke arah Mama dan berlutut. Menyentuh tangan Mama yang ada di paha lalu mengelus dan mengecupnya pelan. Keadaan Haruto masih telanjang setengah badan sama seperti terakhir Mama memergokinya di dalam kamar.

"Aku sama dia, gak ngapa-ngapain." Ujar Haruto, lelaki itu mendongak menatap ke arah Mama dan Papa yang masih menatapnya,

"Hiks," mereka menoleh ke arah Aera, gadis itu tampak sesenggukan dan tangan lentiknya dengan pelan menghapus air mata yang jatuh ke pipinya.

"Om, Tante dia bohong, buktinya dia.."

"Stop, sialan!! Jangan membolak-balikkan fakta." Gertak Haruto, lelaki itu berdiri dengan emosi yang menguasai dirinya. Berjalan ke arah Aera dan membuka kasar kancing milik gadis itu.

"Lo mau bilang apa?? Mau bilang kalau gw perkosa Lo?? Sini gw perkosa sekalian Lo, biar gw gak cuma dapat ampas dari mulut sialan Lo." Ujar Haruto, dengan paksa menarik tangan Aera untuk mendekat ke arahnya, gadis itu tampak membola dengan kasar menepis tangan Haruto lalu kembali menangis.

"Lihat?? Anak Om dan Tante emang sebajingan itu." Ujar Aera lagi, gadis itu sudah beringsut ke arah pinggiran sofa. Haruto hanya menyeringai.

"Apa?? Gw emang bajingan, makanya sini ayo gw perkosa Lo dulu. Biar sekalian gw bajingan." Kata Haruto, lelaki itu hendak mendekat lagi ke arah Aera tapi langkahnya harus terhenti saat tangan lembut menahan lengannya.

"Apa yang kamu lakukan Haruto??" Mama bertanya dengan menangis, Haruto hanya menatap datar itu.

"Mau perkosa dia,"

Plak!!

Haruto menoleh ke samping, pipinya terasa panas saat Mama menampar pipinya keras.

"Mama gak pernah ajarin kamu kayak gitu Haruto." Kata Mama, tangan wanita itu yang menggantung di udara bergetar.

"Emang Mama gak pernah ajarin Haruto kayak gitu, tapi Haruto cuma mau ngelakuin apa yang dia mau. Dari pada Haruto harus dituduh merkosa dia dan dapat cacian. Mending Haruto perkosa aja dia sekalian, biar gak cuma dapat ampasnya tapi sekalian dapat bahan bakunya. " Jelas Haruto panjang lebar, Mama sendiri sudah masuk ke dalam pelukan Papa.

Haruto kembali menoleh ke arah Aera yang menatapnya tak percaya, tersenyum miring sebelum kembali berjalan. Aera sudah menutup mata, lalu ternyata Haruto hanya melewatinya. Lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar, mungkin lelaki itu hendak memakai pakaian.

Tak lama pintu kembali terbuka dan menampakkan Haruto yang sudah memakai pakaian rapi jalan ke arah mereka. Haruto dengan senyuman tampannya berjalan sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana bahan yang di kenakannya. Seolah baru saja tak pernah terjadi sesuatu.

"Ma, Pa Haruto mau pergi dulu." Kata Haruto, lelaki itu lalu menarik sang Mama dan mencium pelan pipi wanita paruh baya itu. Lalu memeluk Papa sebelum pergi, dan menghiraukan Aera yang masih ada di pojok sofa ruang tamu.

"Kamu mau kemana Haruto??" Aera angkat bicara saat Haruto membuka pintu rumah, Haruto menoleh dan tersenyum.

"Mau ketemu masa depan, malas gw di sini. Bye" ujarnya lalu dengan cepat membuka pintu lalu menutupnya membuat ruangan yang masih di huni tiga orang lainnya berubah menjadi sunyi, hanya suara tangisan Aera lah yang mengisi ruangan itu.

Jeongwoo 🌻

|Gw tunggu Lo di taman pinggiran kota

Read

Haruto hanya tersenyum saat pesannya hanya di lihat oleh Lelaki manis itu, dengan menggenggam pasti ponselnya, Haruto mulai masuk kedalam mobil dan mengemudinya berjalan ke arah taman pinggir kota. Haruto tidak menggunakan DM untuk menghubungi Jeongwoo, melainkan mengirim pesan pada nomor telepon lelaki manis itu.

Jangan tanya, bagaimana Haruto bisa mendapatkan nomor lelaki manis itu, saat festival kembang api dan keduanya tengah meneduh, lebih tepatnya Haruto yang menarik Jeongwoo untuk meneduh di dalam mobil Haruto memaksa Jeongwoo untuk memberinya nomor milik nya.

Tbc

Udah berapa lama nunggu jutek Up??

Maaf ya, book jutek ini aku bikin kayak penuh teka-teki gitu. Cuma ya kayak gak masuk akal sama judulnya. Jadi dah lah

Jutek ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang