5|| Overthinking

107 29 1
                                    


(ㆁωㆁ)

 "Gak usah tanya-tanya kayak gitu, bisa gak sih?" Kesal Seina pada Kevin yang sedari tadi terus-menerus bertanya padanya.

 Kalau kalian pikir Kevin menanyakan hal yang tak berguna, tentu saja kalian salah. Nyatanya, pemuda itu menanyakan sesuatu yang bisa dibilang lumayan penting dan sedikit berguna untuk dirinya.

 Tapi tidak untuk Seina. Faktanya gadis itu malah menanggapi pertanyaan Kevin dengan perasaan  marah bercampur kesal.

 "Loh kenapa?" Tanya Kevin sambil memiringkan kepalanya.

 Seina menghela nafas, mencoba untuk sabar.

 "Lo nanya tentang gue percaya sama reinkarnasi atau enggak, ya jelas gue gak bakal bisa kasih jawaban lah." Ucap gadis itu

 Kening Kevin mengerut, "gak bisa kasih jawaban? Jadi selama ini kamu gak percaya adanya reinkarnasi?"

 "Nope,"

 "But, why?"

 "Ya gak percaya aja, lo tau kan kalo manusia itu cuma bisa hidup sekali, yang otomatis gak mungkin ada reinkarnasi."

 "Tapi gimana kalo misalnya tuhan ngasih kita kesempatan buat hidup sekali lagi, buat memperbaiki kesalahan yang udah pernah dia buat hidup di kehidupan yang sebelumnya?"

 Seina memutar matanya malas, "hei, hear me out. Semua orang pasti punya kesalahan, dan pastinya setiap manusia seenggaknya punya salah satu masalah besar di hidupnya. Kalaupun tuhan emang ngasih kesempatan buat hidup lagi, buat memperbaiki kesalahannya itu, jatuhnya nanti malah tuhan ngesiksa manusia itu."

 "Kenapa? Karena lo tau kan, kalo di dunia ini gak ada yang namanya cuma kesenangan, dengan tuhan ngasih dia kesempatan buat hidup lagi, apa ada jaminan dia bakal memperbaiki kesalahannya, kalo ada ya bagus, tapi kalo enggak? Manusia itu kadang gak bisa dipegang janjinya, bahkan janjinya pada tuhan sekalipun."

 "Tuhan udah ngasih dia kematian supaya dia bisa tenang, karena gimanapun juga kehidupan cuman omong kosong belaka, keabadian sebenarnya ada di kematian. Tuhan udah ngasih dia keabadian, jadi kenapa tuhan harus ngasih dia omong kosong belaka?"

Kevin melongo mendengar penjelasan Seina, sedikit kagum dengan penjelasan sahabatnya. Well, hampir sedikit menggoyahkan kepercayaannya tentang reinkarnasi.

 "Masih mau nanya lagi?" Tanya Seina yang sudah agak jengah

 Kevin menggeleng lucu, "enggak. Kamu pinter ya, ngejelasinnya panjang banget, aku aja dengernya sampe melongo."

Seina meremat buku catatannya, "gemesin banget sih lo, jadi pengen nabok deh."

Mahesa yang sedari tadi melihat interaksi kedua sahabatnya itu hanya tersenyum miris, miris karena dia hanya sendirian.

Dan tentunya menyesal karena harus sekelas dengan kedua orang yang terlihat sedang kasmaran dicampur dengan sedikit bumbu kdrt.

"Apa gw samperin ke kelasnya Anna aja?" Gumam Mahesa

"Ngapain anjir, kurang kerjaan banget lo." Celetuk Jena

Fyi, tadi gadis itu ikut mengekor ke kelas Kevin meninggalkan Anna sendirian.

"Lo ngapain disini?" Tanya Mahesa

"Mau caper sama Raffa," ceplos Jena.

"Anj—

"Ya main lah bego, astaghfirullah."

"Lo jangan kebanyakan sendirian Sa, nanti diikutin syaiton loh." Ucap Jena kembali

"Dih, orang cakep kayak gue gini kok diikutin syaiton."

"Bisa aja kan, syaiton kan juga bisa selective sama manusia. Tapi gue serius deh, lo gak ada cewe yang mau dideketin atau ditaksir gitu?"

Mahesa menggeleng, "gak ada."

"Lempeng banget hidup lo tanpa cinta," cibir Jena

Si empu berdecak, "daripada gue kayak Kevin. Nempel cewek sana-sini, gombal sana-sini tapi gak pernah jadian sama aja boong."

"Ya makanya cari yang serius dong,"

"Masih kecil gak boleh cinta-cintaan kata bunda," balas Mahesa.

"Ck, lama-lama gue pacarin juga lo."

.

.

Satya berjalan pelan menuju ke arah kelas, bukan kelasnya yang pasti.

Saat sampai di kelas yang dituju, pemuda tersebut mengetuk pintu sebentar.

"Permisi, Anna nya ada?"

Semua atensi orang-orang dikelas bertuju pada pemuda itu, termasuk gadis yang sedari tadi menelungkupkan mukanya ditangan.

"Cari gue?" Satya mengangguk

"Mau minta tolong sebentar," balas pemuda itu.

Gadis itu beranjak malas dari tempat duduknya, kemudian ke luar kelas dengan perasaan suntuk.

Sumpah, dia baru saja ingin tidur sebelum pelajaran dimulai tapi gara-gara pemuda disampingnya ini dia harus menunda acara tidurnya.

"Bantuin apa?" Tanya Anna

"Bantuin nyusun proposal buat lomba,"

"Lomba lagi?" Satya mengangguk

"Gue bukan OSIS tapi kenapa dijadiin babu terus?" Gumam Anna

Satya hanya tersenyum kecil, "gak tau juga."

"Pulang sekolah mau pulang bareng gak?" Tawar Satya

Anna melirik malas, sungguh walaupun dia menyukai pemuda disampingnya ini bukan berarti Anna akan menjawab iya mentah-mentah.

"Ngapain ngajakin pulang bareng?" Sinis Anna

"Traktir lo,"

"Gue punya uang, gak usah sok mau traktir." Balas gadis itu lalu mempercepat jalannya

Mari jadikan hari ini sebagai hari badmood Anna, karena bagaimanapun juga Satya juga menjadi korban kebadmood-an gadis itu.

(≧▽≦)

Choice of You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang