23|| Undangan

81 24 3
                                    

(。•̀ᴗ-)✧

"Karena Minggu depan ulang tahun gue, makanya sekarang gue mau bagi-bagi undangan ke kalian!" Girang Jena

Gadis itupun memberikan satu persatu undangan pada temannya.

"Masih lama padahal, tapi udah bagi-bagi undangan aja." Ucap Kevin

"Iya, tempatnya nanti dimana, Jen?"

"Di aula gedung, disitu kan ada petanya, Anna." Jawab Jena

"Pasti mewah ya," sahut Mahesa.

"Hehe, iya mungkin?"

"Tumben gak pake dress code," heran Seina. "Oh iya, sengaja biar lebih berwarna aja gitu. Bosen kalo harus samaan, gue pengen yang beda sedikit." Balas Jena.

"TEMEN-TEMEN! MINGGU DEPAN TANGGAL 31 DATENG KE BIRTHDAY PARTY GUE YA!" Seru Jena seraya memberikan kartu undangan pada teman sekelasnya.

"Jangan lupa ya," tukas gadis itu yang diangguki serempak oleh semuanya.

"Kev! Temenin gue bagi undangan ke kelas lain kuy!" Kevin mengangguk lalu pergi bersama Jena ke kelas lain untuk membagi undangan

"Ini bakal jadi Party pertamanya Jena yang rame, biasanya dia cuma ngundang temen sekelas, kan?" Ujar Anna

"Iya," jawab Mahesa.

"Berangkat bareng gak nih kita?" Tanya Mahesa. "Gak tau sih, liat aja nanti." Balas Seina

Sementara Kevin dan Jena yang baru saja membagikan undangan ke kelas Kevin pun segera berjalan terburu-buru, karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

"Jen, si dia dateng nanti?" Jena mengangguk

"Gue sendiri yang bakal ngundang dia nanti," balas Jena.

"Wih, calon lo pasti cakep nih." Ucap Kevin. Jena tersenyum getir, "enggak juga sih kalo menurut gue."

.

Anna berjalan cepat ke arah rooftop sekolah, membawa beberapa sandwich dan yogurt untuk dirinya dan Azka.

Ya, hari ini mereka kembali makan bersama kembali. Anna rasanya ingin berteriak kencang, moodnya membaik hari ini karena Azka.

Tapi diperjalanannya justru Anna malah dihadang oleh Satya. 

"Mau kemana?" Tanya Satya sembari pandangannya mengarah pada makanan yang dibawa oleh Anna.

"G-gak kemana-mana," jawab gadis itu gagap.

Alis Satya naik sebelah, "oh iya? Terus itu makanan sebanyak itu buat siapa? Gak mungkin kan lo makan sendirian."

"Kata siapa kalo gue gak bisa ngabisin makanan sebanyak ini? Bisa kok—

"Eh kamu nih, aku tungguin daritadi tau." Sahut Azka

Satya menoleh, ah dia mengerti sekarang. Oke, Satya juga tidak mau kalah saing kalau begitu.

"Kalian mau makan bareng? Gue ikut dong!"

Anna melotot, sementara Azka sudah berdecak kesal dalam hati. Si Satya ini kenapa selalu mengganggu waktunya dengan Anna sih?

Azka melirik ke Anna, gadis itu tampak ingin mengiyakan permintaan Satya namun ragu. Azka menyikut lengan Anna pelan, meminta jawaban dari gadis itu.

"B-boleh! Boleh kan?" Wajah Anna tampak meyakini Azka, pemuda itu pun hanya mengangguk kaku.

Senyum cerah terpatri diwajah Satya, "jadi kita mau makan dimana?"

.

"Mau sampai kapan, Jen?" Tanya Seina pada Jena yang tengah sibuk memakan baksonya.

Mereka berdua tengah dikantin, hanya berdua saja. Kevin dan Mahesa tengah pergi ke Ruang OSIS, sebenarnya hanya Mahesa tapi pemuda itu meminta Kevin untuk menemaninya.

Jena menghentikan kegiatan makannya, "apanya yang kapan?"

"Lo gak ada sesuatu mau diceritain gitu ke gue?" Jena terdiam, gadis itu meneguk ludahnya gugup. "Lo gak akan dapet apa-apa kalo cuma cerita ke Kevin."

Mata Jena mengerjap kaget, "l-lo tau?" Seina tersenyum miring.

Tunggu, apa Kevin bercerita pada Seina?

"Kevin cerita?" Tanya Jena pelan. Seina menggeleng, "gak, gue tau sendiri."

Raut wajah Jena tampak terperangah, "how can? "

Ugh, Seina selalu saja menakutkan baginya. Gadis itu selalu tahu rahasia yang Jena coba sembunyikan darinya, benar-benar aneh dan menyeramkan.

"It's secret, anyway lo mau ngundang dia ke birthday party lo sore ini kan?" Jena mengangguk kaku. "Gue boleh ikut?"

"Eh?"

"Ada sesuatu yang mau gue sampain ke orang yang dijodohin sama lo itu, boleh kan?"

.

"BALIKIN SANDWICH GUE!" Seru Azka pada Satya. "Gak mau wlee!"

Anna menatap kegaduhan itu seraya memijat pelipisnya, pusing karena ulah kedua pemuda itu yang terus bertengkar.

"Aduh, udah dong. Gak usah berantem, kayak anak kecil aja. Nih, Azka sandwich buat kamu, gak usah mintain ke Satya lagi." Anna memberikan sandwichnya pada Azka

Azka dengan tampang cemberutnya pun menerima sandwich itu. "Makasih."

"Kalian jangan keseringan berantem gini dong, sesekali akur gitu—

"GAK MAU!" Sahut Azka dan Satya bersamaan.

Anna menghela nafas, "yaudah kalo gitu."

"Oh iya, kalian berdua ada yang bisa di tebengin gak pas pulang sekolah nanti?"

Satya yang baru saja ingin menjawab terhenti karena suara notifikasi ponselnya, pemuda itu mengecek pesan masuk dari ponselnya. Aish, sial ternyata dia diminta mengantar kue untuk teman Mamahnya nanti.

"Gue gak bisa, sorry." Jawab Satya

"Sama aku aja!" Anna mengangguk pelan

"Omong-omong minggu depan kan birthday party nya Jena, berangkat bareng yuk, Na!" Ajak Azka

Baru saja Anna ingin menjawab iya, Satya sudah lebih dulu berbicara. "Lo berangkat sama gue aja, Na."

Anna menoleh bingung, eh kalau seperti ini, dia harus berangkat bersama siapa?

"Apaan sih lo? Ikut-ikutan aja, Anna berangkat bareng gue pokoknya!" Kukuh Azka

Satya melirik sinis pada Azka, "bodo amat. Pokoknya Anna berangkat sama gue, gak mau tau!"

"SAMA GUE!"

"GUE!"

"GUE!"

"SAMA GUE!"

"STOP!!" Pekik Anna

Kedua pemuda itu mengatupkan bibirnya, sementara Anna mendengus kesal. Susah sekali membuat kedua orang ini tenang.

"Kita berangkat bareng-bareng aja! Pake mobil Azka, dan awas aja kalo ada yang berantem soal masalah ini lagi!" Keduanya mengangguk kaku

Anna dalam mode marah memang agak menyeramkan.

◉‿◉

Choice of You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang