6|| Bingung

101 29 5
                                    

(≧▽≦)

"Gue tandain lo Raffa," kesal Jena pada laki-laki yang baru saja menjambak rambunya tersebut.

"Bodo amat, wlee."

Mahesa yang sedari tadi menonton pertunjukan tengkar kedua temannya menghela nafas, "padahal tadi Jena sendiri yang ngotot mau caper ke Raffa."

"Jen, mending pulang ke kelas lo yuk, sini gue anter."

Jena menatap tajam ke arah Mahesa, "urusan gue sama dia belom selesai."

"Ini mau bel sebentar lagi Jena, buruan masuk ke kelas lo kalo telat nanti diomelin sama guru." Ucap Mahesa dengan nada setengah marah.

Jena yang menyadari hal itu seketika tak berniat untuk menjawab kembali, makin ribet urusannya nanti.

Gadis itu segera pergi dengan langkah kaki yang cepat meninggalkan Mahesa yang menatapnya dengan tatapan datar.

"Lo juga balik ke bangku sana, bentar lagi Pak Edi masuk." Raffa mengangguk kaku.

Tapi baru saja lelaki itu berjalan ke arah bangkunya, Mahesa kembali membuka mulut.

"Dan awas aja kalo lo cari gara-gara lagi sama Jena, gue bunuh lo depan Jena sendiri."

.

.

"Udah kan?" Tanya Anna

Satya mengangguk, "makasih ya."

"Ekhem, btw tawaran traktiran lo masih berlaku?" Tanya Anna tiba-tiba

Satya tersenyum kecil, "masih. Kenapa?"

"Pulang sekolah, di parkiran gue tunggu. Awas aja kalo gak dateng, gue gak mau bantuin lo lagi ngurusin proposal."

Setelah mengatakan hal itu, Anna segera melangkahkan kaki keluar ruangan meninggalkan Satya yang sekarang tengah senyum-senyum tidak jelas.

"Can't wait,"

Di perjalanan ke kelas Anna bertemu Azka yang tampak tengah menunggu seseorang di balik pintu ruang kepala sekolah.

"Nungguin siapa?" Tanya Anna yag berhasil membuat Azka terkejut.

"Ya ampun, kaget." Ucap Azka sambil mengelus dadanya.

"Aku gak lagi nungguin siapa-siapa, cuma lagi ngintipin Bu Zahra."

"Ngapain ngintipin kepala sekolah? Nanti ketawan dihukum loh."

"Oh iya.."

Anna berdecak, "ayo ke kelas, bentar lagi masuk."

"Kamu habis darimana?" Tanya Azka

"Ruang OSIS, ngurus proposal bareng Satya."

"Satya?" Gumam Azka

"Kamu deket sama dia?"

"Engga, aku gak kenal dia."

"Seriously?" Anna mengangguk

Sampai di kelas mereka langsung berhadapan dengan Bu Lastri yang ternyata sudah masuk kelas, sang guru tersenyum lembut sembari menyuruh kedua anak muridnya itu masuk.

"Kalian abis darimana?"

"Ruang OSIS," jawab Anna.

"Ruang Guru," jawab Azka.

Seluruh murid menatap bingung keduanya, Bu Lastri hanya tersenyum.

"Hari ini ada tugas kelompok, satu kelompok dua orang dan tadi teman-teman kalian udah milih kelompoknya masing-masing, jadi tinggal kalian berdua aja."

"Jadi maksudnya kita satu kelompok?" Sang guru mengangguk

"Gapapa kan?" 

Azka dan Anna saling bertatapan, lalu tertawa canggung.

"Haha iya Bu, gakpapa. Yaudah kita izin duduk ya Bu."

.

.

Sepulang sekolah, Azka pergi menghampiri Anna yang masih sibuk mencatat padahal seluruh murid sudah pulang termasuk Jena sendiri.

"Kita kapan ngelanjutin bikin tugasnya?" Tanya Azka

Anna berhenti sebentar lalu memikirkan kapan harus melanjutkan tugas yang harus dikumpulkan lusa.

"Gue gak bisa kalo abis pulang sekolah hari ini,"

"Kenapa?"

"E.. ada urusan," jawabnya.

"Kamu ada urusan apalagi sama Satya?" 

Hah? Bagaimana anak ini tau kalau dia ada urusan dengan oknum bernama Satya?s

Dia harus mencari alasan.

"D-dia ngajakin pergi ke toko buku tadi, buat cari referensi tugas."

"Kamu nemenin dia nyari referensi buat tugas sedangkan kamu sendiri juga harus nyari bahan buat tugas kamu sendiri."

skakmat.

"Y-ya gak gitu Azka, gue kan cuma mau nemenin di—

"Yaudah kalo gitu, kamu temenin dia aja. Tugas biar aku yang kerjain, tenang nanti nilainya tetep bagi dua kok."

Selepas mengatakan itu, Azka segera pergi keluar kelas membuat Anna menjadi bingung sendiri.

"EH! AZKA! ADUHH, KOK JADI GINI SIH?" 

"Terus kalo kayak gini gue harus nyusulin ke siapa? Azka atau Satya?"

(ᗒᗩᗕ)

Choice of You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang