Epilog

170 22 4
                                    

Semuanya bahkan terasa indah saat itu, aku gak pernah nyangka bakal berakhir kayak gini lagi sebelumnya.

Kisah cinta yang selama ini aku jalanin semasa SMA pun berakhir kandas, tapi aku gak pernah nyesel soal itu, ketemu sama orang-orang kayak mereka bikin aku makin kuat.

Aku mungkin bisa aja patah karena Satya, tapi itu karena dulu aku masih belum bisa ngendaliin perasaan ku sendiri. But, I have Seina yang selalu nyoba jaga aku dari belakang tanpa terlihat, Mahesa yang selalu ada buat meluk aku kapanpun, dan Jena yang aku pikir teman terbaik sepanjang hidup, ternyata pada akhirnya pun berakhir sama kayak Satya.

And last, Azka. Aku gak pernah nyesel ketemu cowok kayak dia, dia cinta diantara cinta lain yang gak pernah bisa aku lupain, makasih banyak karena udah ngisi masa SMA aku dengan baik. Aku jadi belajar untuk gak terlalu berharap dan terlalu jatuh sama perasaan ku sendiri.

Walau ada rasa menyesal karena aku gak pernah bisa jadi orang yang selalu ada buat Azka, dan dampingin dia seumur hidup kayak yang pernah ia minta ke aku dulu. Tapi pada akhirnya kami sama-sama merelakan kisah cinta kami.

Karena cinta tanpa saling mengikhlaskan cuma bakal jadi rasa palsu yang membayang di hidup.

Dan pada akhirnya kami hidup berada di porosnya masing-masing, setelah selesai menerima takdir kami yang sangat mengejutkan tentunya, haha.

Ada banyak kisah yang perlu aku ceritakan lagi sebenarnya, tapi kisah antara aku, dia dan mereka, aku rasa udah cukup.

Terlalu manis dan pahit, bukan?

Anak perempuan berusia sekitar 14 tahun itu menutup bukunya, lalu menatap ke Bundanya yang sedang sibuk menghias kue. "Udah? Berakhir gini aja?"

Sang Bunda menoleh ke arahnya, "lah emang mau gimana lagi?"

"So you never met them after that?"

"Well, except Seina, Kevin, and Mahesa." Jawab Bundanya

"Why? Bunda takut?" Sang Bunda tertawa, "gak ada yang perlu ditakutin kalo ketemu mereka. Bunda cuma males aja."

"Hm, okay. Tapi Bunda punya kisah cinta yang seru, aku juga pengen punya kisah cinta yang seru, tapi gak pengen yang kayak Bunda."

"Kenapa?"

"Sakit hatinya lama banget pasti, aku gak sanggup, biar Bunda aja yang pernah ngerasain."

"Kamu nih, ngikut-ngikut aja deh. Mending main sana, pasti bentar lagi disamperin sama Gio."

Anak itu terkejut karena ucapan Bundanya yang benar ketika namanya dipanggil dengan keras dari arah pintu rumah.

"DIAN! AYO MAIN! AKU ABIS BELIIN FLYING BOARD SAMA PAPAH!"

Dian membulatkan matanya sempurna, "Bunda aku main dulu ya!" Serunya lalu pergi dari sana.

"Eh, gak mau nyobain kuenya dulu?!"

"Nanti aja, sisain buat aku sama Gio!" Balas anak itu

Anna bergeleng kepala, "anak itu jadi maniak game sekarang."

Gadis itu pun mengambil buku catatan miliknya yang ditinggal begitu saja oleh Dian, membaca ulang tulisan lamanya sembari tersenyum.

Choice of You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang