Eps 22

5.8K 659 9
                                    

Sesampainya di kediaman Kakaknya, Jia Limei langsung masuk ke dalam dan melihat wajah kaku orang-orang yang ada disana.

'Ku mohon jangan lagi' batin Jia Limei melihat kakaknya berbaring di ranjang nya.

'Tidak aku harus tetap tenang' batin Jia Limei mengatur nafasnya, dan menghapus air mata yang ada dipipinya.

"Bagaimana kondisi Kakak Pertama?" Tanya Jia Limei Menatap ke arah tabib yang ada disana, membuat atensi semua orang yang ada diruangan tersebut menatap Jia Limei karna baru sadar jika Jia Limei berada di sana.

"Salam Putri Keempat" ucap para pelayan dan pengawal beserta tabib serentak. Mereka sedikit mengintip melihat wajah Jia Limei, mata sedikit sembab dengan hidung merah. Kenapa dikeadaan apaapun Putri selalu terlihat sangat cantik pikir mereka.

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Jia Limei lagi tetap menatap tabib tersebut. Membuat mereka semua kembali tersadar.

"Kondisi Putra Mahkota sekarang lumayan parah Putri, luka yang ada di bahunya sangat dalam dan juga banyak kehilangan darah, tapi anda tenang saja saya sudah memberikan obat dan membalut lukanya sekarang kita hanya tinggal menunggu Putra Mahkota sadar" ucap tabib tersebut.

"Baiklah, kalian semua keluar" perintah Jia Limei dan langsung dipatuhi oleh mereka.

Setelah ruangan itu hanya ada dirinya dan kakaknya, dengan perlahan Jia Limei berjalan dan menduduki kursi yang ada di samping ranjang tersebut.

Dia menatap kakaknya yang terbaring lemah dengan bibir pucat dalam diam, dan dengan perlahan memegang tangan kakaknya yang lumayan dingin.

"Kau harus bangun, jika tidak aku akan sangat marah padamu, kau mengerti?" Ucap Jia Limei menatap mata kakaknya yang sedang tertutup. Dia ingin menolong kakaknya tapi tidak ada yang bisa dilakukannya dizaman kuno seperti ini, peralatan kedokteran disini sangat jauh berbeda dengan zamannya dahulu.

"Kau Taukan aku sangat menyayangimu walaupun aku jarang memperlihatkan nya, jadi kau harus bangun karna aku ingin memberitahu kan kepada mu secara langsung, kumohon..hiks sadarlah" lirih Jia Limei dikalimat terakhirnya dengan air mata nya yang kembali keluar, dia membayangkan jika dia sedang berbicara dengan kakak kandungnya Weiheng.

"Hiks.. tidak aku tidak akan menangis, kau selalu melarang ku untuk tidak menangis kan, aku tidak akan menangis jadi cepatlah sadar oke" lanjut Jia Limei menghapus air matanya kasar dan kembali memegang tangan kiri kakaknya dengan kedua tangannya.

Dia kembali mengenang waktunya dengan Weiheng dulu, dia selalu menangis sendirian di kamarnya waktu dia masih berumur 13 tahun, karna merindukan kedua orangtuanya dan Weiheng akan datang dan mengahapus air matanya menyuruh untuk jangan menangis karna dia tidak menyukai air mata.

Walaupun Jia Limei sudah berusaha menahan air matanya, mengingat kembali kenangan itu membuat air matanya kembali keluar tanpa diminta.

Dia terisak pelan dengan menundukkan kepalanya dan terus memegang tangan WeiCheng erat, bagaimanapun selama 21 tahun hidup didunia dia selalu bersama dengan Kakaknya, kakaknya yang jahil, selalu mengganggunya tetap akan sangat perhatian jika dia terlibat masalah dan sangat Khawatir jika dia kenapa-kenapa.

Merasakan bahunya di pegang oleh seseorang, Jia Limei menatap orang tersebut dengan air mata yang terus mengalir.

"Kak Jung.. hiks" lirihnya, orang itu adalah Chu Jung yang mendengar kan ucapan Jia Limei dari awal sampai akhir didepan pintu masuk, Chu Jung sebenarnya sedari tadi ingin mengahampiri Jia Limei dan menghapus air matanya itu tapi dia urungkan karna ingin membuat Jia Limei lebih tenang terlebih dahulu.

Chu Jung yang melihat mata Jia Limei yang sudah sembab dan merah juga air mata yang masih belum berhenti, sudah tidak tahan lagi dan membawa Jia Limei kepelukannya.

I Live Again to be Happy -Su Jia Limei- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang