Bab 2

16.7K 555 6
                                    

Grace tersenyum-senyum sambil menatap bercak kemerahan di dada dan lehernya dari pantulan kaca riasnya.

Akhirnya ia tidak menyandang perawan tua lagi. Ya masih perawan sih, karena Devin tidak berbuat lebih. Ciumannya pun hanya sebatas khilaf!

Tapi setidaknya, leher dan dadanya sudah tidak perawan lagi. Area tubuh itu sudah di nodai oleh calon suami. Devin sudah ia claim sebagai calon suami sejak pria itu menciumnya semalam.

Setelah asyik berpakaian dan mengaca, Grace turun ke lantai bawah untuk menyiapkan dua piring nasi goreng. Devin yang baru turun dengan setelan kerjannya menatap Grace dengan rasa bersalah. Bisa-bisanya ia mencium asisten pribadinya semalam.

Namun yang jadi bebannya sekarang, ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia masih impoten. Miliknya masih saja loyo, meski ciuman semalam sangat panas. Miliknya tidak lagi turn on.

"Pak Devin kenapa lemes banget? Makanya jangan kerjaan terus yang di pikirin. Sesekali nikmati hidup." Ujar Grace santai. Bahkan meski habis berciuman hebat, Grace terlihat biasa aja. Mental wanita itu bukan main.

"Maaf soal semalam Grace."

"No problem. Di cium calon suami, kenapa harus marah?" Goda Grace.

Devin menggeleng melihat Grace yang tak henti-henti menggodanya. Wanita agresif ini berbahaya juga ternyata.

Sebenarnya kerjaan Grace sangat bagus. Masakanya enak. Tapi tingkah mesumnya itu... bisa bikin Devin khilaf. Untung impoten. Kalau enggak, udah telanjang kali Grace semalam.

"Hari ini aku udah kosongkan jadwal meeting. Bapak bisa refreshing. Jalan-jalan, biar nggak impoten. Aku nggak mau calon suami aku impoten. Bapak harus sehat, biar kita bisa gendong anak. Tapi kalaupun bapak nggak bisa sembuh dan tetap impoten, aku tetep mau kok. Soal anak, kita bisa adopsi." Terang Grace panjang lebar. Devin melebarkan mata sambil meletakkan sendok. Mendadak nafsu sarapannya hilang. Kenapa harus menyentil harga dirinya seperti itu?

"Awalnya aku nggak percaya bapak impoten, tapi semalam aku lihat sendiri. Ayo pak! Jangan kerja terus, sekali-kali senangin diri. Biar bisa sembuh. Ingat masa depan kita."

"Emangnya yang mau nikah sama kamu siapa Grace?"

"Lho? Bapak udah nodain aku loh?!"

"Grace, please deh!"

Grace lalu tertawa sambil melempari Devin dengan sebutir apel. "Bercanda pak, makan apelnya. Bapak harus banyak makan buah."

Devin tersenyum kecil sambil mengigit apel tersebut. Benar juga kata Grace. Mungkin sesekali ia harus bersantai tanpa memikirkan pekerjaan. Uangnya sudah banyak. Untuk apalagi ia fokus bekerja?

"Kamu boleh istirahat hari ini. Aku mau tidur aja seharian."

"Lho kok tidur? Jalan-jalan dong! Mau ikut aku?" Grace menawari Devin dengan penuh semangat. Ia sangat berharap Devin mau menerimanya.

Devin pun berpikir sejenak. Terima, nggak, terima, nggak! Tapi dari pada ia tidur, lebih baik ikut sih. Devin menimbang-nimbang.

"Kemana?"

"Ayo ikut aja!"

Grace menarik lengan Devin dengan antusias. Mumpung pria itu setuju. Nanti kalau berubah pikiran kan repot! Devin kan plin-plan. Bisa dilihat dari sikpanya semalam. Udah menodai, tapi nggak mau tanggung jawab. Emang segampang itu pergi dari Grace? Nggak bisa. Grace bakal kawal terus sampai sah!

Sedangkan Devin nurut saja. Sesekali menyenangkan orang biar dapat pahala. Karena yang ia lihat, Grace sangat menyukainya.

Lagian meskipun mesum, Devin bisa merasakan ketulusan Grace kok. Apalagi tingkah Grace yang lucu, selalu membuat Devin terpesona. Seperti lagu yang lagi viral.

****

Devin mengintil saja ketika Grace membawanya ke bioskop. Sudah lama memang ia tidak menginjak gedung itu. Terakhir kali kesana, ia bersama Rachel sekitar beberapa bulan lalu. Sebelum perceraian mengenaskan itu terjadi.

"Nih, aku beliin bapak minum sama popcorn. Minumnya air mineral aja, biar sehat. Aku nggak mau calon suamiku penyakitan. Soda itu nggak sehat lho!" Grace menjelaskan sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Devin.

Devin geleng-geleng dengan sikap Grace. Bahkan wanita itu sudah memeluk lengannya seakan-akan mereka ini sepasang kekasih. Agresif sekali.

"Grace, jangan peluk-peluk! Nggak malu?"

"Peluk calon su... "

"Siapa yang mau nikah sama kamu?"

"Cih! Namanya juga usaha! Nanti juga nyaman. Makanya, bapak harus mengenal aku luar dan dalam!"

"Mau di pecat?" Ancam Devin sambil menarik lengannya. Grace mengerucutkan bibir.

"Iya-iya, Grace lepas. Galak banget! Jangan di pecat ya? Nanti vitamin Grace apa kalau di pecat?" Ujarnya memelas sambil mengedipkan mata. Devin sungguh lelah meladeninya.

"Ayo cepetan nonton! Theater berapa?"

"Ayo ikutin Grace aja!" Kali ini Grace menarik lengan Devin dengan erat, lalu membawanya masuk ke gedung theater tempat mereka nonton.

****

Grace ini memang mesum sekali. Ia memesan tempat duduk paling atas, paling pojok, dengan film bergenre dewasa. Seakan-akan dia telah menyeting suasana agar mereka dapat bermesum ria disana.

Gimana kalau Devin khilaf lagi? Bahkan baru di mulai saja, film sudah menujukkan adegan ehm.

"Grace, ini film apa sih? Otak kamu kayaknya bermasalah!"

"Film Romance. Emang kita mau ngapain? Kan nonton aja! Otak bapak ini yang bermasalah."

Devin menelan ludah. Ya iya sih, hanya nonton. Tapi film seperti ini sangat tidak sehat untuk ditonton berdua bersama wanita. Duduk di pojok pula.

Dan Devin baru sadar jika keadaan bioskop sepi. Hanya ada segelintir orang disana. Lagian pagi-pagi seperti ini, siapa yang mau ke bioskop?

Adegan demi adegan blue di tayangkan. Suara desahan dari film tersebut menggema di seluruh ruangan bisokop. Suasana sepi dan dingin, membuat Devin semakin merinding.

Devin pun menoleh ke arah Grace yang sedang memeluk lengannya. Sesekali Grace menutup mata ketika adegan yang di tayangkan semakin vulgar. Ternyata wanita mesum sepertinya, masih takut-takut melihat hal seperti itu.

"Ngapain tutup mata?" Ujar Devin menggodanya.

"Merinding pak!"

"Aku sih udah pernah. Kamu belum ya? Masih perawan? Wahhh...kasian." Ejek Devin sinis. Mendingan dia kan? Impoten, tapi setidaknya pernah merasakan ehmm.

"Iyadeh, yang udah pengalaman. Terus bapak merasa sriwing-sriwing gitu nggak, sekarang?"

"Emang kalau aku ngerasain, kamu mau nenenin?" Devin tersenyum smirk. Hayoloh Grace. Kalau udah begini gimana urusannya?

"Ehhh apa?" Ujar Grace sok polos.

"Seperti adegannya. Cowoknya di nenenin." Kali ini Devin yang menggodanya. "Kali ini levelnya beda sama yang kemarin Grace. Lebih dalam!"

Deg! Jantung Grace terasa mau copot.

"Kayaknya aku kebelet pipis deh pak."

"Tempat yang kamu pilih ini pas banget buat kamu nenenin aku."

Grace semakin panik. Panas dingin. Emang dia pengen banget di sentuh dan di desak oleh Devin. Nenenin Devin juga pengen. Tapi.... mental Grace belum siap lahir batin!

Disaat Devin iseng mendekatkan tangan ke arah dadanya, Grace langsung beranjak dari tempat duduk. Ia berlari turun meninggalkan Devin dengan cepat.

Devin terkekeh dan tertawa. Kemana Grace yang selalu mesum selama ini? Kemana kepercayaan diri wanita itu? Dasar Grace! Perawan tua. Berani-beraninya dia menggodanya. Biar impoten juga, Devin masih bernafsu untuk mencium dan grepe-grepe. Wanita itu memang sangat unik.

Devin pun ikut turun menyusul Grace. Ia mengejar dan terus menggoda wanita itu dengan bisikan-bisikan sensual.

****

Imperfect Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang