Grace menatap wanita yang tengah hamil besar terbaring lemah di pasangi berbagai alat medis dengan perasaan ngeri. Wajahnya begitu pucat, sejak tadi ia terus merintih kesakitan meski sedang terpengaruh obat bius.
Grace pun memeluk suaminya dengan airmata berlinang. Kasihan, itu yang terlintas pertama kali di otaknya. Tidak ada rasa benci seperti sebelum-sebelumnya.
"Maaf Grace soal kemarin, tapi kamu lihat sendiri keadaanya. Aku tidak meminta Devin kembali kepadanya. Aku hanya meminta suamimu untuk menemaninya sampai anak itu lahir." Ujar Peter.
Grace hanya mengangguk pelan saja. Devin juga hanya diam sembari memeluk istrinya. Ia sedih melihat Rachel demikian. Tetapi ia juga takut jika suatu hari Grace mengalami hal yang sama. Semoga pemikiran buruknya itu tidak pernah terjadi.
"Kami pulang dulu. Besok aku akan datang lagi, Grace harus istirahat. Kita baru saja landing dari pesawat." Pamit Devin kepada Peter. Pria itu mengangguk, diiringi kepergian Devin dan Grace dari ruangan itu.
"Kamu nggak akan kaya gitu kan?" Devin memeluknya dengan erat. "Aku sedih lihat dia, tapi aku juga takut jika kamu mengalaminya. Kamu harus sehat terus. Kamu harus nemenin aku menikahkan anak kita nantinya." Bisik Devin disertai isakan.
"Aku janji akan selalu menemani kamu."
"Makasih sayang." Devin menciumnya, lalu mengajaknya pergi dengan mendekap pinggangnya mesra.
"Kamu besok akan menemuinya? Aku boleh ikut?" Tanya Grace dengan tatapan ragu. Ia takut jika Devin tidak mengijinkannya. Pikirannya selalu buruk, meski Grace melihat sendiri kondisi Rachel tengah sekarat.
Tidak akan ada wanita yang ingin melihat suaminya bersama wanita lain kan, sekalipun dia sekarat atau berasal dari dunia lain, kan? Coba bayangkan jika suamimu mempunyai hubungan dengan siluman ular? Pikiran Grace berkelana.
"Kenapa enggak boleh?"
Mendegar jawaban tersebut, Grace pun tersenyum senang, lalu memeluk pria itu sambil berjalan. Ternyata Devin mengijinkannya ikut. Itu berarti Devin tidak akan berbuat macam-macam. Setidaknya ia harus bersabar hingga anak itu lahir. Setelahnya, Grace akan melarang Devin menemuinya lagi.
"Aku lapar."
"Mau makan apa?"
"Ehmmmmm, gimana kalau kamu masakin aku?"
"Aku manabisa?" Devin menyentil hidungnya.
"Ya aku nggak mau tahu."
"Okeee, aku masakin kamu. Manja banget sih!!!" Devin mendekapnya erat. Ia benar-benar beruntung mendapatkan wanita sebaik Grace. Wanita yang begitu pengertian.
Ternyata setelah menikah, sifat asli seseorang benar-benar terungkap. Sekarang ia mengenal bagaimana lembutnya hati dan sikap Grace sebenarnya. Berbeda dengan perkenalannya saat pertama kali yang cenderung absurd dan cerewet.
Meski terkadang Grace masih bersikap demikian, but no probelm. Bagaimanapun sikap dan bentuk Grace sekarang atau kedepannya, Devin tetap mencintainya. Dan akan selalu mencintainya.
*****
Grace bergelantungan di gendongan Devin sembari mengajarinya memasak. Grace ingin makan sop ayam dan perkedel. Devin yang tak pernah membuat itu terlihat kerepotan. Ia mondar-mandir mengambil bahan masakan serta bumbu di pandu oleh Grace yang sedang di gendongnya diatas punggung.
Hanya Grace yang bisa membuat seorang Devin menyentuh dapur. Pria yang biasanya manja dengan ibunya, disuapi ibunya, sekarang harus repot-repot masak untuk istri tercintanya.
"Tambahin merica, bawang merah dan putih. Micin jamur dan garam. Gulanya sedikit aja." Ajarnya sambil menyenderkan kepada di pundak Devin.
Devin melakukan apa yang Grace perintahkan penuh semangat. Karena disetiap ia melakukannya dengan benar, Grace akan mencium pipinya. Padahal Grace melakukan itu karena dirinya malas bicara dan berkomentar banyak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Marriage
Lãng mạnDevin adalah duda tampan yang mengidap impoten karena trauma diceraikan mantan istrinya disaat pernikahannya baru berumur 1 bulan. Apa yang salah? Apa ia kurang memuaskan? Namun penyakit impotennya itu tiba-tiba musnah ketika sosok Grace datang di h...