Grace menatap Devin dengan perasaan campur aduk. Kenapa sih mereka mesti pegangan tangan? Kenapa Devin terlihat seperhatian itu? Ia ingin marah... tapi...ah entahlah. Grace pun beranjak pergi begitu melihat Devin mencium tangannya. Apa perasaanya sudah tidak dihargai lagi disini?
Suaminya mencium tangan wanita lain yang merupakan mantan istrinya. Apa harus seperti ini etikanya?
Barusaja sampai di depan pintu, dirinya bertemu dengan Peter. Pria itu menahan kepergiannya, lalu menatapnya dengan penuh maksud.
"Aku juga mencintainya. Aku juga sakit melihat mereka bersama. Tapi ini demi nyawa orang. Tidak hanya Rachel, tapi juga bayi yang ada di kandungannya."
Grace hanya diam. Ia ingin sekali menangis dengan kencang sekarang. Tapi Grace takut jika hal itu justru membuatnya terlihat kekanakan.
"Aku mohon." Peter berkata lagi dan Grace tidak menanggapinya. Ia segera pergi darisana, serta dengan sengaja menendang pundak Peter kencang.
Memang perasaan orang bisa dipukul rata? Peter tidak sakit hati karena mereka belum menikah. Coba saja jika mereka sudah menikah. Rasanya pasti sesakit ini. Peter pasti bisa merasakan apa yang ia rasakan.
Grace mengusap air matanya dengan gusar. Apa ia sanggup menahan ini lebih lama? Baru sehari saja perasaanya hancur.
"Kamu mau kemana?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangnya. Iya, itu adalah suara Devin. Pria itu meraih tangan Grace namun langsung di tepisnya.
"Kamu pikir aku kuat lihat kamu bermesraan sama dia?"
"Dia belum sadar. Dia sempat kritis semalam."
"Yaudah sana temenin, aku mau pulang. Dia yang paling penting kan?" Ketus Grace tanpa menoleh ke arah Devin sekalipun, lalu beranjak pergi.
"Grace... "
"Pilihan kamu aku apa dia? Kamu pulang apa tetap disini?"
"Mengertilah. Dia hamil anak aku sayang, kita udah bicarain ini kan?"
"Oke fine." Sentak Grace kembali menepis lengan Devin lalu pergi dengan tersedu-sedu. Belum genap sebulan mereka menikah. Tapi hubungan mereka sudah di uji dengan masalah seperti ini.
Devin mendesah lelah dengan kondisi yang sedang ia hadapi. Grace penting. Tapi calon buah hatinya juga penting. Rachel membutuhkan kehadirannya saat ini. Dia hamil besar, dan anak itu buah hatinya. Tidak mungkin Devin membiarkannya.
"Maaf Grace. Semoga kamu tetep percaya sama aku. Aku melakukan ini tidak lebih dari rasa kemanusiaan saja. Hanya untuk anak yang di kandungannya. Aku memang sayang sama Rachel, tapi dia hanya masalaluku." Gumamnya pelan.
Devin kembali masuk kedalam ruangan itu. Sedangkan Grace memasuki salah satu kamar mandi rumah sakit, lalu menangis didalamnya. Devin bahkan tidak mengejar atau mengantarnya pulang. Apa dia memang bukan prioritasnya saat ini?
****
Rachel membuka mata setelah terbangun dari tidur panjangnya. Inilah hal yang paling ia benci. Disaat matanya mulai terbuka, berarti ia harus siap merasakan sakit itu lagi.
Kapan rasa sakit ini akan berakhir? Pikirnya lelah.
Namun reaksi wanita itu berubah ketika melihat sosok Devin disampingnya. Pria itu tertidur sembari mengenggam tangannya erat.
Apa yang ia lihat nyata? Kenapa Devin ada disini? Kenapa Devin harus mengetahui semua ini? Rachel langsung menepis genggaman itu, lalu memanggil nama Peter. Rachel yakin Peter pelakunya.
Apa sih, isi pikiran Peter sekarang? Dia tahu usaha Rachel untuk membuat Devin pergi. Lalu kenapa Peter memberitahunya? Sia-sia sudah semua perngorbanannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/274932748-288-k428853.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Marriage
RomanceDevin adalah duda tampan yang mengidap impoten karena trauma diceraikan mantan istrinya disaat pernikahannya baru berumur 1 bulan. Apa yang salah? Apa ia kurang memuaskan? Namun penyakit impotennya itu tiba-tiba musnah ketika sosok Grace datang di h...