Ciuman lembut sepasang pengantin, diiringi tepuk tangan dengan begitu meriah oleh para tamu.
Akhirnya... status duda dan perawan tua itu hilang dari pandangan orang terhadap Devin dan Grace. Keduanya baru saja melewati upacara sakral yang menjadikan mereka suami-istri, serta partner sehidup-semati.
Devin bahkan tidak menyangka, bahwa hatinya akan jatuh kepada wanita yang baru dikenalnya selama 3 minggu, tepat di hari pernikahannya.
Wanita itu jauh dari kata dewasa seperti mantan istrinya, Rachel. Grace itu genit, begajulan, mesum, tapi sialnya Devin cinta. Dan ia terjebak akan pesona unik dari wanita yang telah menjadi istrinya sekarang.
Bahkan saat ini, hanya Grace saja yang bisa membuat miliknya turn on! Mungkin itu terjadi karena Devin menyukainya. Devin mencintainya. Cinta memang sesederhana itu, datangnya tiba-tiba, dan tanpa disangka-sangka. Berbeda dengan Grace yang memang sudah tergila-gila sejak awal.
Grace siap menjadi istri dari suami impotennya. Ia siap menerima Devin tanpa syarat, seperti Devin yang menerimanya tanpa kata tapi. Karena cinta yang sebenarnya itu menggunakan kata walaupun.
"Devin...." Panggil Grace dengan pandangan kagumnya. Pria yang sedang memakai tuxedo itu sungguh tampan.
"Kenapa?"
"Aku nggak mimpi kan sekarang?" Grace masih memasang wajah kagum. Ekpresinya seperti spongebob ketika mendapat imajinasi.
Devin mencubit pipi Grace sedikit kencang hingga membuatnya mengaduh. Grace pun menatap kesal ke arah suaminya, sambil mengusap pipinya yang memerah. Bisa-bisanya Devin mencubitnya sekeras itu.
"Gimana? Mimpi nggak?" Goda Devin.
"Kenapa harus cubit aku? Sakittttt..!!!"
"Buat mastiin bahwa kamu nggak mimpi. Kita ini sudah suami-istri sekarang. Kamu adalah milikku."
"Sekarang aku nggak perlu manggil pak lagi kan?" Cicit Grace manja. Devin mana tahan melihat raut lucunya yang menggemaskan ini
"Masih nanya?" Ujar Devin sembari memeluknya erat. Devin tidak salah memilihnya. Grace itu ibarat pelita, yang sedang menyinari kegelapan dikehidupanya selama ini. Dia yang membawa cahaya terang, juga membawa warna. Grace seperti pelangi setelah badai.
"Aku nggak nyangka bakal nikah sama pangeran. Pokoknya ya, kamu nggak boleh deket-deket sama cewek lain!"
"Lah kamu? Lihat tuh, cowok-cowok yang pada patah hati di hari pernikahan kita. Banyak bener! Aku juga nggak mau ya, apalagi kamu deket-deket Chris! Dokter kegenitan itu!"
Grace pun bergelantungan di tubuh Devin manja dan meminta digendong. "Aku cintanya cuman sama kamu! Kamu aja!" Rengeknya manja.
"Beneran nggak?"
"Iyalah."
"Cium aku dong."
Diatas gendongannya, Grace mengecup pipi suaminya berkali-kali. Grace juga tak mau turun. Ia mau bermanja ria di gendongan Devin si hari bahagianya ini.
Mana ada pengantin perempuan gelayutan kaya monyet di saat hari pernikahan? Untung Devin sayang.
"Pinggang aku sakit Yang."
"Bodo amat."
"Mending kita ke kamar sekarang." Rayu Devin dengan raut mesumnya. "Kita malam pertama. Gimana?"
Grace yang grogi langsung turun. Seperti biasa, jika Devin menggodanya tentang hal-hal intim, dirinya langsung tersipu malu.
"Sayang ayolah... "
"Mesumm...!!!" Grace mencubit perutnya tanpa ampun. Keduanya pun tertawa riang disana. Membuat siapa saja iri, termasuk para jomblo yang sedang resepsi.
Vina dan Mira saling beperlukan. Mereka berharap pernikahan anak mereka langgeng. Terlebih Vina, ia berharap putranya bahagia kali ini. Tidak lagi dapat penghianatan, dan tidak lagi terpuruk karena patah hati.
****
Peter mondar-mandir di depan UGD begitu keadaan Rachel drop lagi. Peter mencintainya, sangat mencintainya. Meski ia tahu hati Rachel bukan untuknya. Hati Rachel hanya untuk Devin. Dan dari dulu tetaplah sama.
Sebenarnya Rachel menikahi Devin hanya untuk mengucapkan selamat tinggal. Ia ingin membuat Devin membencinya. Dengan cara menghianatinya, sebulan setelah pernikahan mereka selesai di laksanakan. Peterlah partnernya.
Wanita itu mempunyai kanker otak stadium akhir. Sudah tidak ada lagi harapan untuk kesembuhannya.
Dokter sudah menyarankan agar kandungannya di gugurkan sejak awal, supaya pengobatan dapat di lakukan dengan maksimal. Tapi Rachel memilih untuk mempertahankannya.
Toh, cepat atau lambat dirinya juga akan mati. Lebih baik anaknya yang hidup bukan? Rachel ingin anaknya hidup bahagia bersama ayahnya setelah dia tiada. Bahkan mungkin ketika ia masih hidup saat ini, itu adalah sebuah keajaiban. Kandungannya sehat juga sebuah keajaiban. Tuhan memang selalu punya rencana bagi setiap umatnya didunia.
"Satu bulan lagi Pet, aku harus bertahan satu bulan lagi." Ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Umur kandungannya sudah mencapai 8 bulan. Itu artinya bulan depan ia akan segera melahirkan putranya kedunia.
Perjuangannya tinggal sebentar, namun terasa sangat berat sekali. Sakit itu terus menggerogoti tubuhnya. Menyerangnya tanpa ampun. Apa dosanya dimasa lalu hingga nasibnya berakhir seperti ini?
"Kamu pasti sembuh!"
"Aku nggak kuat." Isak wanita itu dipelukan Peter. Ia mencengkram pelukan itu erat sekali untuk melampiaskan rasa sakit yang sedang ia rasakan.
"Lampiaskan segala rasa sakitmu kepadaku." Bisiknya.
Peter tidak tahu lagi harus menyemangatinya dengan cara apa lagi. Ia hanya diam dengan mata memerah. Peter ingin menangis kencang karena ketakutannya saat ini. Ketakutannya kehilangan Rachel. Tapi disisi lain Peter tahu, Rachel sedang membutuhkan kekuatan darinya. Peter harus lebih kuat.
Ia memeluk Rachel dengan erat. Sangat erat. Entah kenapa Peter sangat takut kehilangannya sekarang.
"Kamu pasti kuat Chel." Bisik Peter sembari mengusap kepalanya dengan lembut.
"Makasih, kamu selalu support aku." Isaknya. "Tapi... aku capek, kepalaku sakit Peter."
"Katanya kamu mau anak kamu bahagia? Kamu mau dia tetap hidup? Kalau kamu lemah, dia juga akan terluka. Kamu pasti bisa."
Rachel mengangguk pelan lalu mulai mengatur nafas dan emosi. Terkadang disaat ia merasakan sakit, Rachel memang suka bicara sembarangan. Kesadarannya selalu datang dan pergi.
Bahkan tak jarang ia bicara tentang ketidaksanggupannya, atau kematiannya sendiri. Jika tidak ada Peter, entah bagaimana nasibnya. Rachel tidak punya siapa-siapa didunia ini.
"Makasih, kamu baik banget. Padahal aku bukan siapa-siapanya kamu. Aku hanya wanita asing yang selalu merepotkanmu." Isaknya tersengal. Rachel mengucapkanya dengan tulus.
"Aku mencintaimu Rachel." Batin Peter tanpa mengucapkannya secara gamblang. Ia takut jika Rachel justru menjauhinya karena hal itu.
Lebih baik ia memendam perasaanya. Peter bahagia kok, bisa menemani Rachel sampai sejauh ini. Menemaninya disaat ia lemah, bahkan mungkin disaat-saat terakhirnya.
Karena cinta itu tidak harus memiliki bukan?
Cinta tidak harus datang dari dua orang. Cinta bisa hanya dari satu sisi. Memang sakit rasanya. Tapi kalian harus ingat, rasa cinta itu memang nggak selalu manis.
Dan Peter tidak masalah, mesti harus berkorban perasaan untuk membuat Rachel bahagia.
"Kita bersahabat bukan?" Ujar Peter yang di balas anggukan lemah oleh wanita yang ada di pelukannya.
"Aku akan selalu ada buat kamu. Jangan takut dan sedih lagi. Aku mungkin bukan Devin. Tapi aku akan membuatmu bahagia dengan caraku sendiri."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Marriage
RomanceDevin adalah duda tampan yang mengidap impoten karena trauma diceraikan mantan istrinya disaat pernikahannya baru berumur 1 bulan. Apa yang salah? Apa ia kurang memuaskan? Namun penyakit impotennya itu tiba-tiba musnah ketika sosok Grace datang di h...