❦ 계획 [11]

2.3K 700 115
                                    

[ media : © MV Run Away —— TXT ]

Langkah Jungwon terhenti, memegang lutut sambil mengatur nafasnya. Empat kakaknya telah sampai ke rumah sakit lebih dulu sebelumnya. Dia sampai di gedung rumah sakit terlambat.

Jungwon mengangkat pandangannya, seisi lorong kotor oleh saos dan barang-barang yang berantakan. Kepalanya jadi sedikit pening melihat kekacauan itu. Nafasnya masih memburu, tungkainya dia langkahkan melalui lorong, manik kembarnya gencar mencari-cari sosok kakak-kakaknya dan anak-anak lain yang tak kunjung kelihatan batang hidungnya.

Perasaan menyesal menyusup ke hatinya, seandainya dia lebih cepat saat kembali dari hutan tadi. Sejurus kemudian, suara bel menggaung, menggema menyerbu pendengaran Jungwon.

Bel pukul 5:55, dia menghembus napas lega, setidaknya dia sampai tepat sebelum bel.

Suara-suara raungan, erangan dan rintihan samar terdengar dari satu tingkat dibawahnya—— ruang bawah tanah. Naluri Jungwon membawanya menuruni tangga dan mengunjungi ruang penyiksaan itu. Suara-suara itu makin terdengar saat ia memijak kaki disana, mata indah lelaki itu menangkap sosok-sosok yang sedari tadi dicarinya.

Sembilan orang yang ia kenal dekat, serta anak-anak dari kamar lain. Semuanya disana, mendapatkan lecutan cambuk di punggung mereka dengan keras. Lima Suster, dua yang Jungwon kenal namanya hanyalah Suster Sarah dan Suster Sonia. Raut keji mereka yang mencambuki anak-anak itu tanpa ampun, membuat suasana menjadi semakin dingin dan tegang.

Dari kamarnya; Riki, Sunghoon, Jake dan Jay. Dari kamar tetangganya; Yeonjun serta dari dua kamar lain, semua anak-anak dari kamar sᴠᴛ dan ᴛʙᴢ.

Punggung mereka disingkap, dilecuti cambuk berkali-kali sambil disumpah-serapahi. Hati Jungwon sakit, jika saja dia tak terlambat sampai, pasti ia juga jadi salah satu dari mereka.

Kemudian, Sunghoon menoleh, menyadari kehadiran Jungwon yang mengintip dengan raut sendunya di ujung ruangan. Kedua manik mereka bertemu, mereka bersitatap, Sunghoon mengisyaratkan Jungwon untuk segera pergi saja. Tapi Jungwon menggeleng kukuh, reaksi itu membuat kedua alis tebal Sunghoon menekuk.

Jungwon menampakkan diri, memanggil Suster, "Suster, cambuk aku juga."

Suster-suster yang tadinya bersemangat mencambuk, menghentikan ayunan tangan mereka dan menoleh ke arah si pemuda Yang. Sorot mata yang sama sekali tanpa kelembutan, Jungwon jadi merasa kelu hingga ke tulang-tulang.

"Aku tadi dari hutan dan melewati bel pukul 5:55.." bohong Jungwon dengan napas tercekat.

"Kalau begitu, buka pakaianmu dan duduk. Tunggu giliranmu, tiga puluh cambukan." Suster Sonia menunjuk ke samping Sunghoon, lalu lanjut mengayunkan cambuknya pada Yeonjun dan Eric.

Jungwon mendesis, ia menurut dan melepaskan pakaiannya lalu duduk beralaskan betis di samping Sunghoon yang mendelik ke arahnya. Tatapan Sunghoon yang biasanya kosong itu, berubah menjadi sayu dan sendu.

"Kenapa.. kesini?" tanyanya lirih, "Kan.. kamu bisa pergi.."

Jungwon mengulum bibir dan menggeleng samar, "Kalau hyung yang lain kena hukuman, aku juga harus kena." lalu anak laki-laki itu menatap manik Sunghoon, "Hyung juga dicambuk tiga puluh kali kan?"

Yang ditanya menggeleng, "Kelompokku.. dapat dua.."

"Dua?"

"Ratus.. lima cambukan.." sambung Sunghoon, "Yang dari.. kamar lain juga jadi.. ikut kena,"

Jungwon terhenyak, bukankah itu terlalu banyak? Seberapa banyak luka yang akan didapat dengan dua ratus lima cambukan?

Raut Jungwon berubah sedih, Suster benar-benar sekejam itu? Apa mereka benar-benar tak memiliki setitik kasih sayang pun? Tatapan mata Jungwon menatap pada Sunghoon penuh sesal.

Niñogiz | ft. ENHYPEN and TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang