❦ Epilog

2.7K 664 120
                                    

Hidup itu butuh perjuangan. 

Begitu kata-kata orang dewasa yang sering didengar Jungwon. Dulu, ia tak bisa mengerti frasa sederhana itu. Jadi, ia merajut hari-harinya tanpa tujuan yang berarti. Mungkin, tepat setelah ia memungut kepingan kelabu dalam satu episode hidupnya ini, seharusnya frasa pertama tadi menjadi sesuatu yang berarti. 

Jungwon merasa, berhasil kabur dari Niñogiz membuatnya seakan terlahir dua kali. 

Yang lainnya pun merasa begitu. Tak ada yang perlu disesali. Akhirnya, hal ini menjadi hal yang layak untuk dirayakan. 

Dua belas pemuda itu memesan kue dan banyak makanan manis. Mereka juga mengundang pria yang membantu mereka agar makan bersama. 

"Bisakah kau duduk di tempat lain saja?" tanya Heeseung tanpa menatap wajah Jungwon yang baru saja duduk di sebelahnya. 

Jungwon hanya menelengkan kepala, "Kenapa begitu?"

"Jangan di dekatku."

"Memangnya kenapa?"

Heeseung membuang muka. Kalau diingat lagi, pemuda Lee ini tampak menghindarinya sejak beberapa hari ke belakang. Jungwon sama sekali tak tahu sebabnya. Apa Jungwon pernah membuat kesalahan sebelumnya? 

Yeonjun menghampiri, lalu mengacak rambut Heeseung dengan brutal. 

"H—hei!"

"Anak ini masih merasa kalau kau tertembak itu karenanya." papar Yeonjun sambil tersenyum nakal. "Manis sekali, bukan?"

"Maafkan aku.. gara-gara aku, kau.." Heeseung menunduk. 

Jungwon tertawa kecil, lalu memeluk Heeseung dari samping. "Enggak usah merasa bersalah, sekarang aku sudah sehat. Lagian, nggak sakit kok!"

"Eyy, Heeseung manis sekali." goda Yeonjun, masih mengusak rambut Heeseung

"Hentikan! Nanti kalau rambutku rontok, nggak lucu kan!"

Sebelum mendapat bogeman mentah dari Heeseung, Yeonjun segera melarikan diri sambil menyunggingkan senyum nakal kemudian duduk di sebelah Soobin. 

"Beomgyu! Kau akan kehabisan kue kalau kau tidak cepat-cepat datang!" seru Soobin. 

Yang namanya baru saja dipanggil keluar dari kamar dengan raut tak bersemangat. "Duh, aku mimpi buruk lagi."

"Serius? Meteor lagi?" tanya Yeonjun. 

Beomgyu menggeleng, "Enggak tahu. Aku lihat ada orang berpakaian serba hitam yang sebelah matanya berwarna merah menyala, berdarah-darah dan sebelah lengannya terbuat dari besi. Dan ada beberapa orang lain di belakangnya, serupa. Menyeramkan."

"Pasti kau hanya butuh terapi. Sihyuk-nim! Bisakah kau memberikan pengobatan buat anak ini?"

Pria itu tersenyum teduh dan mengangguk pelan, "Apapun yang kalian butuhkan."

"BERISIK!"

Semua orang dalam ruangan menghentikan aktifitas mereka saat mendengar pekikan Sunoo. Dalam hati mereka membatin, ada apa lagi dengan anak ini? 

"Jangan mengatakan segalanya seolah kau tahu apapun yang bakalan terjadi! Memangnya kau peramal?!" bibir Sunoo mengerucut, ia duduk di sebelah Riki lalu mengambil sendok dan mencuil kue. 

Riki memutar bola matanya malas, "Sekarang apa lagi?"

"Makhyuk jeyek ichu,"

"Habiskan dulu kuenya baru bicara."

Kemudian setelah menelan kue, Sunoo melanjutkan, "Makhluk jelek itu! Dia masih terus-terusan bilang kalau kita dalam bahaya dan bakal mati! Siapa yang nggak kesal?"

Niñogiz | ft. ENHYPEN and TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang