❦ Truth [7]

2.8K 768 107
                                    

[ media : © MV Drunk-Dazed — ENHYPEN ]

Pucuk-pucuk pepohonan bergoyang ditiup angin. Cuaca sore itu mendung, tapi langit masih menahan diri untuk menumpahkan airnya.

Penghuni kamar ᴛxᴛ, ᴇɴ– dan sᴠᴛ telah sepakat untuk berkumpul di halaman selepas jam tidur siang berakhir. Menunggu satu persatu dari mereka hadir, lalu mulai mengitari gedung rumah sakit setelah anggota mereka komplit.

Sebenarnya yang kemarin melihat pintu itu hanyalah Jeonghan dan Minghao saja, teman-teman sekamar mereka yang lain hanya ikut sore ini guna menghebohkan suasana. Dan tentu saja, Jeonghan maupun Minghao sama sekali tak hafal betul letak pintu itu.

"Kalau nggak salah itu di suatu ujung bagian selatan. Pokoknya dekat bangkai pohon yang jatuh," jelas Jeonghan pada dua belas insan di belakangnya.

Minghao mengangguk setuju, "Tempatnya hampir-hampir nggak kelihatan,"

Kai yang sedari tadi berjalan lambat-lambat kini merengut, "Susah dong nyarinya.."

"Emang."

Kai menengadah memandangi dedaunan hijau tua, hutan itu besar sekali dan disesaki pepohonan. Sepertinya memang benar-benar susah untuk menemukan pintu misterius itu.

Teman-teman sekamar Jeonghan dan Minghao justru berisik sendiri di sisi lain, saling berkejaran, saling melempar batu ataupun getah pohon, bahkan ada yang bahu membahu untuk mengambil buah yang menggantung di pohon. Mereka sama sekali tak berniat membantu mencari, hanya ikut untuk bersenang-senang.

Riki sedari tadi sibuk mengibaskan tangannya mengusir serangga-serangga yang entah mengapa terus-terusan menghampirinya. Kemudian dia segera kabur saat melihat seekor lebah mengejarnya.

"Hyung, apa masih belum ketemu?" sungut Riki kesal.

Soobin menggelengkan kepalanya, "Sebentar lagi pasti ketemu, kamu capek?"

Riki berjalan di sisi Soobin, "Enggak, tapi disini banyak serangga. Kalau digigit gimana?"

Mendengar itu, Soobin mendengus, "Mana ada serangga yang mau gigit anak kayak kamu."

"Hyung, aku serius. Dari tadi serangganya banyak banget."

Soobin tak menanggapi Riki yang masih terus-terusan mengeluh. Teman-teman mereka yang lain sibuk menyibak ranting dan semak-semak, siapa tahu pintu tersembunyi itu terlihat.

Waktu terus berlalu, matahari mulai turun dan pelan-pelan menghilangkan keberadaannya. Malam akan datang, mungkin beberapa puluh menit lagi.

"Ini kita ke arah selatan nggak sih? Kok dari tadi nggak ketemu? Capek!" raung Beomgyu, kemudian duduk diatas sebuah balok kayu, menselonjorkan kakinya dan memijat pelan kakinya yang terasa kram.

"Aah, hutan ini lebih besar dari nafsu makannya Soobin." celetuk Yeonjun, lalu duduk di sebelah Beomgyu.

Soobin mengerutkan kening kesal, "Kok aku sih?"

"Shh, diam. Aku lelah." Yeonjun mengipasi lehernya dengan telapak tangannya.

"Sebentar lagi jam 5:55. Kalaupun nggak sempat cari tahu tentang pintu itu, setidaknya kita berhasil nemuin letaknya dan nandain jalan." Heeseung yang sedari tadi diam dan fokus mencari mulai bersuara.

Pemuda Lee itu paham betul teman-temannya mulai kelelahan, tapi mereka harus berusaha sedikit lagi. Demi mencari jalan keluar dari rumah sakit jiwa ini.

Sunoo, Riki, Jay dan Kai ikut beristirahat dan mengambil napas mereka sejenak. Teman-teman sekamar Jeonghan dan Minghao sudah dari tadi keluar dari hutan, katanya mereka terlampau kelelahan sehabis heboh berlarian dan memanjati pohon.

Niñogiz | ft. ENHYPEN and TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang