Selamat membaca ❤️
Kaki bumi basah terguyur air mata hujan dari awan yang tak sanggup menahan bebannya. Di sudut kota, tepatnya pada salah satu rumah modern, Ella lagi-lagi tak mampu menahan sedih tat kala harus bercerita pada sang kakak.
"I can't take it anymore. I miss him so much." Pundak Ella bergetar. Kepedihan terkaca di mata.
Ella mengambil satu tarikan napas dalam. "Abby menghukumku. Sesak sekali rasanya saat dia bilang bahwa dia telah menemukan ibu yang lebih baik daripada aku." Air mata kembali jatuh tak tertahan.
Ella mengepal tangannya lalu memukul dada dengan kuat berkali-kali. "It hurts!"
Elena refleks menahan tangan adiknya, "Ella stop it! Berhenti, Ella! Udah!"
Tepat di waktu yang sama, Ella menumpahkan tangisnya dalam pelukan sang kakak. Tangisannya luruh bersama air hujan yang jatuh. Ella tak sanggup lagi menahan kepedihan yang mekar dalam hati.
"Abby lebih memilih Naya, Kak. Dia lebih memilih perempuan bajingan itu daripada aku." Ella terisak keras.
Elena mengusap-usap adiknya untuk menenangkan.
Baru saja Elena hendak berbicara, Ella kembali melanjutkan kalimatnya. "Naya mengambil semuanya dari aku! Perempuan brengsek itu menghancurkan hidupku! Dulu dia mengambil suamiku sampai aku bercerai! Sekarang dia mengambil anakku..." Lirihan Ella sungguh menyayat hati.
"Dia brengsek! Naya brengsek!!" teriak Ella tak tahan. "Dia merampas semuanya! Bangsat!"
Elena mengusap adiknya, "Ella, udah..."
"Kenapa ini semua harus terjadi sama aku? Kenapa?" Isakan Ella menggema menjadi duka yang mengerak di netra.
"Aaarrgghh!!" teriak Ella keras. "Abby... Kembalikan Abby padaku..."
Detik berikutnya, Elena mengangkat suara.
"Kakak dulu udah bilang sama kamu, pilihan kamu untuk pindah ke London dengan alasan menenangkan diri adalah cara yang salah. Tapi kamu nggak dengerin Kakak, El. Dulu Kakak hanya ingin agar kamu memperjuangkan hak asuh Abby. Tapi kamu tidak pedulikan itu sampai hak asuh Abby akhirnya jatuh ke tangan mantan suamimu. Kamu tetap egois pindah ke London agar tidak bertemu masalah baru. Ini hasilnya. Kamu kehilangan Abby."
"Kak..." Ella tak sanggup menahan sesak di dada. Kepedihan melepaskan bulir air mata sebagai penanda bahwa dirinya sedang terluka.
"Abby membenciku, Kak..." Tangisan Ella semakin terdengar lirih. "I'm such a bad mother."
Elena semakin mendekap adiknya erat. "Kakak percaya ini semua masih bisa diperbaiki. Temui Abby lagi. Sisakan waktu untuk kalian habiskan bersama. Ella, antara ibu dan anak, ada ikatan batin yang sangat kuat. Kamu harus percaya itu. Satukan kembali ikatan yang pernah renggang. Kakak yakin kamu masih bisa memperbaikinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
Teen FictionSunyi berkelindan di kaki malam. Pikiran mengudara bersama dengan luka yang terdaras di ujung hati. Pikiran berkecamuk, bingung memilih satu di antara dua. Dia kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Membawa luka baru pada dunia seorang anak la...