MAMA??!!!
Bagai dikejutkan alat pengejut jantung, sesuatu dalam diri Abby berdetak dengan begitu cepatnya. Peluh mulai muncul di pelipis, terlebih lagi melihat sang ibu tersenyum ketika menemukan dirinya di antara sekian banyak murid.
"Aaah, shit!" umpat Abby dengan suara kecil. Sebisa mungkin Abby menyembunyikan kepalanya di belakang tubuh teman yang duduk tepat di depan. Sengaja agar tidak dipandang oleh ibunya lagi.
"Selamat pagi, Anak-anak. Perkenalkan nama saya Ella Cassandra Ethelyne. Kalian bisa panggil saya Miss Ella. Di sini saya akan membantu kalian belajar Matematika. Terima kasih."
"Haiii Miss Ellaaa!" sapa semua murid serentak.
Ah iya. Tidak semuanya. Ada satu yang sedang sibuk mengumpat diam-diam di balik punggung temannya. Sial! Sial! Apa maksud ibunya? Mengapa Ella menjadi guru di sekolah Abby? Satu lagi, guru MATEMATIKA?!
Shit!
Asu!
Kampret!
Anjing!
Sial banget gue!
Ini Mama ngapaaiiin?
Abby ribut berceloteh di dalam hati.
"Miss, kok dipanggilnya 'Miss' bukan 'Ibu'? Tumben soalnya guru Matematika dipanggil 'Miss'." Seorang murid bertanya.
Dengan senyuman Ella menjawab, "Iya, saya dulu biasa dipanggil demikian. Saya juga sering mengajar bahasa Inggris. Makanya saya disapa demikian. Kalian tidak keberatan, kan?"
"Tidak, Miss..."
"Baik, Bu. Eh, Miss... Silakan dimulai mengajarnya. Saya tinggal dulu, ya?" kata Pak Joyo ramah.
"Oh baik, Pak. Terima kasih."
Ella menampilkan senyuman sembari melihat Pak Joyo yang berjalan ke luar kelas. Ella mengembuskan napas pelan. Secara alami kepala Ella melirik Abby yang sedang menundukkan kepalanya untuk menghindar dari pandangan Ella.
Meskipun demikian, Ella tetap tersenyum. Salah satu rencananya berjalan sesuai keinginan. Menjadi guru di sekolah Abby. Ella yakin rencana ini akan mengeratkan kembali hubungan anak dan ibu yang telah lama renggang. Ella hanya butuh waktu saja.
Dengan sering bertemu di sekolah seperti ini, Ella yakin bisa dekat kembali dengan anaknya. Entah dekat sebagai seorang guru dengan anak murid atau sebagai seorang ibu dengan anak kandungnya. Memikirkan hal itu saja membuat Ella tidak sabar. Ia yakin, sangat yakin bahwa Abby bisa kembali menjadi anak Ella seutuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
Teen FictionSunyi berkelindan di kaki malam. Pikiran mengudara bersama dengan luka yang terdaras di ujung hati. Pikiran berkecamuk, bingung memilih satu di antara dua. Dia kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Membawa luka baru pada dunia seorang anak la...