Yak! Selamat datang di chapter 7 😻
Ciaelah publish 2 chapter wkwkwk... Gapapa, pakai jaga-jaga kalau besok ngga bisa update karena author ada pembinaan olimpiade
Happy reading!
Ella menghidangkan buah-buahan kesukaan Abby yang telah ia potong kecil-kecil di meja besarnya. Hari ini hari pertama Abby bimbingan. Ella tidak ingin merusak hari ini dengan kesalahan-kesalahan kecil. Untung saja teman-teman Abby memberitahu banyak tentang Abby. Dengan begitu Ella bisa menjamu Abby lebih baik. Dia harap ini tidak akan sia-sia.
Ella tidak sabar!
Perempuan itu melirik jam di dinding rumahnya. Pukul enam petang, tapi Abby tak kunjung datang. Seharusnya Abby sudah datang sejak dua jam yang lalu. Apa mungkin Abby tidak akan datang?
Ella menggeleng samar. Dia tidak boleh memiliki pemikiran negatif. Abby pasti akan datang sebentar lagi. Lagi pula Abby anaknya suka menunda waktu, bukan? Abby pasti hanya telat saja. Tidak lebih.
Ding dong.
Suara bel berbunyi. Ella dengan penuh semangat berlari menuju pintu utama dan membukanya. Benar saja! Itu Abby!
"Akhirnya kamu datang juga." Ella tersenyum. Tapi hanya sesaat ketika ia melihat lebam di pipi putranya. "Abby... Muka kamu kenapa, Sayang?"
Abby masuk ke dalam rumah Ella meski belum dipersilakan. "Bukan urusan Mama."
Ella menutup pintunya. Berbeda dengan Abby yang langsung duduk di sofa besar rumah Ella sembari melihat-lihat betapa mewahnya rumah itu.
Gede, batin Abby.
"Tunggu sebentar, ya? Mama ambilin es," kata Ella.
"Nggak usah. Abby udah biasa," sela Abby.
"Nggak boleh gitu, Abby... Kamu tunggu di situ dulu. Mama ke dapur sebentar aja."
Abby menyandarkan tubuh ke sofa, pusing akan hari ini.
"Bangsat! Berani-beraninya lo potong rambut Gendis!" Abby mencengkeram kerah leher Vera dan mendorongnya ke dinding.
"Kenapa? Anggap aja kita impas! Lo siram gue pakai kuah panas, gue potong rambut Gendis. Impas, kan?" tanya gadis itu tak kalah sinis.
"KALAU LO ADA MASALAH SAMA GUE, LAWAN GUE!! JANGAN BAWA-BAWA GENDIS!" teriak Abby geram.
"Ya gue sejatinya bermasalah sama Gendis. Lo aja yang ikut campur," jawab Vera enteng.
"Bajingan!"
Brugh!!
Abby tersungkur karena pukulan yang begitu keras. Sialan! Siapa itu?!
"Jangan berani-beraninya lo ganggu cewek gue!" Seorang lelaki tinggi berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
Teen FictionSunyi berkelindan di kaki malam. Pikiran mengudara bersama dengan luka yang terdaras di ujung hati. Pikiran berkecamuk, bingung memilih satu di antara dua. Dia kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Membawa luka baru pada dunia seorang anak la...