Hai! Chapter anget nih...
Happy reading!
Pagi yang baru, hari yang baru. Ella berjalan menyusuri koridor sekolah dengan membawa berkas-berkasnya. Hari kedua menjadi seorang guru. Dia harap hari ini akan menjadi hari yang indah untuknya.
Sepanjang koridor sekolah, Ella memasang senyum tat kala para murid menyapa dan memberi ucapan selamat pagi.
"Selamat pagi, Miss..."
"Selamat pagi, Anak-anak..."
Fiqi menepuk-nepuk pundak Rendy, "Miss Ella, Cung!"
"Mana? Oh itu! Hai, Miss!" sapa Rendy ramah.
"Hai..." Ella membalas kemudian berhenti di depan mereka.
"Miss cantik banget hari ini," kata Fiqi.
"Oh ya? Makasii... Kamu juga rapi hari ini," kata Ella.
"Biasanya Fiqi berantakan terus, Miss... Ini tumben aja dia rapi," adu Rendy.
Fiqi diam-diam memukul bokong Rendy dengan ekspresi kesal namun tetap tersenyum. "Bohong, Miss... Saya selalu rapi."
"Bagus dong... Kalau mau berubah, kan, bagus."
Fiqi nyengir, "Hehe..."
"Oh iya, kalian sekelas sama Abby, kan?" tanya Ella.
Fiqi dan Rendy mengangguk serentak.
"Hari ini Miss nggak ada jadwal di kelas kalian, ya?" Ella bertanya lagi.
"Nggak ada, Miss... Besok baru ada," jawab Rendy.
Ella meraih sebuah kertas yang terselip di antara berkas-berkasnya dan memberikan benda itu ke Rendy. "Tolong titip kasih Abby, ya? Bilangin, itu jadwal dia pembinaan olimpiade sama Miss. Untuk lokasinya juga sudah tertera di sana. Sama ingetin juga, nanti sore dia ada pembinaan di rumah Miss."
Rendy mengangguk. "Oohh oke, Miss."
"Abby ikut olimpiade apa, Miss?" tanya Fiqi. "Matematika?"
Ella hanya mengangguk.
Fiqi dan Rendy ternganga dan saling bersitatap.
"Mabuk apaan Abby ikut olimpiade Matik?" Rendy berbicara dengan Fiqi.
"Mabuk amer!" jawab Fiqi.
Ella tertawa seraya geleng-geleng. "Emangnya kenapa kalau Abby ikut olimpiade Matik?"
"Yaah, Miss nggak tau aja kalau Abby paling anti sama yang namanya Ma-te-ma-ti-ka," ungkap Fiqi.
Rendy mengangguk setuju. "Bener!"
"Trus Abby sukanya mata pelajaran apa?" tanya Ella. "Bahasa Inggris, ya?"
Rendy menggeleng. "Bukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
Teen FictionSunyi berkelindan di kaki malam. Pikiran mengudara bersama dengan luka yang terdaras di ujung hati. Pikiran berkecamuk, bingung memilih satu di antara dua. Dia kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Membawa luka baru pada dunia seorang anak la...