Hai! Hai! Selamat membaca, ya ❤❤❤
"Mari kita mulai."
Gendis berdiri perlahan. Senyuman miring ia perlihatkan. Dia melihat ke sekitar, orang-orang berkumpul dengan ekspresi terkejut melihat tingkahnya barusan. Wah! Bukankah ini menyenangkan?
Gendis berbalik tubuh dan pergi.
"Dasar brengsek!" Clara mengejar Gendis dan menjambak rambut gadis itu dari belakang.
Gendis tidak meringis, tapi para penonton itu yang meringis kesakitan.
Gendis tertawa hambar, "Haish anak ini bener-bener!"
BRUGH!
Gendis berbalik tubuh dan menghajar Clara hingga tersungkur. Gerakan Gendis yang begitu cepat sama sekali tidak terbaca di pikiran Clara.
"Aaahh!!" Clara kesakitan.
Abby meneguk ludahnya. Dia tak mampu berkata-kata. Melihat Gendis memukul orang dengan sangat keras membuat kepala Abby berantakan seketika. Tak tebersit di pikiran Abby bahwa Gendis akan seberani itu.
Gendis duduk di bawah, mencekik leher Clara dengan satu tangan dan dengan senyuman mengerikan di wajahnya. "Menurut lo, gue harus apain lo sekarang, hm?"
Clara kehabisan napas. Gadis itu memukul-mukul tangan Gendis. "Le ... pashh!"
Gendis tertawa. Tawanya terlihat begitu mengerikan. Dia melihat Clara yang sudah memucat kesusahan bernapas. Ada air mata yang menetes dari kedua mata Clara.
"Lo nangis? Haha, gini aja nangis! Dasar cengeng!" Gendis tertawa jahat. Tangannya semakin erat mencengkeram leher Clara. "Lo tau? Dunia ini nggak butuh mahluk kayak lo. Gimana kalau lo mati aja, hm? Gue bisa bantu dengan senang hati."
Tangan Gendis dilepas paksa oleh seseorang.
"GENDIS!" tegas Abby.
Gendis berdiri, membiarkan Clara terbatuk-batuk di bawah sana. Mata Abby mendelik, "Sejak kapan lo jahat kayak gini?"
Gendis tersenyum miring. "Sejak kapan? Basi banget pertanyaan lo!" Ia tertawa hambar.
"Gendis yang gue kenal nggak kayak gini," kata Abby. "Dia bisa mati karena lo, Gendis!"
"TRUS KENAPA?" tanya Gendis tegas. "Gue nggak peduli dia mati atau nggak. Selama gue puas, apa pun akan gue lakuin," ucapnya dengan senyum miring. Gendis mendekati Abby, "Termasuk membunuh." Detik berikutnya gadis itu berjalan pergi.
Abby terdiam di tempatnya. Dia melihat Gendis yang berjalan menyibak kerumunan dengan mendorong Axcel dan juga Rendy yang tadi sempat menghalangi jalannya.
Apa dia benar-benar Gendis?
***
"Gue masih nggak bisa cerna semua ini. Sejak kapan Gendis jadi monster?" gumam Abby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
Teen FictionSunyi berkelindan di kaki malam. Pikiran mengudara bersama dengan luka yang terdaras di ujung hati. Pikiran berkecamuk, bingung memilih satu di antara dua. Dia kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Membawa luka baru pada dunia seorang anak la...