Hai semua! Maaf banget lama update di lapak ini. Akhir-akhir ini author sibuk ngurus olimpiade di sekolah. Sebenernya baru kelar satu doang sih 🥲
Makin pusing kalau nginget masih ada olimpiade lain ngantre wkwkwkwk 😂Btw enjoy!
"Psst! Bolos, kuy!" bisik Axcel ke Fiqi.
Fiqi mengangguk setuju. Dilihatnya guru Sejarah Indonesia yang sedang mengajar di depan kelas. Ah, sungguh membosankan! Sejujurnya Fiqi paling tidak suka pelajaran 'nina bobo' satu ini. Bukannya bagaimana, tapi pelajaran ini selalu mengajarkan murid untuk susah move on dari masa lalu.
Mungkin bukan Fiqi saja, tapi teman-teman sekelasnya juga sama. Yup! Sama-sama tidak menyukai pelajaran Sejarah Indonesia. Bagi Fiqi, hidup itu harus move on! Harus selalu maju ke depan.
Ibarat mengingat mantan di masa lalu, semakin membuat luka lama sulit untuk disembuhkan. Lantas, mengapa kita harus mengungkit masa lalu lagi, coba? Huh! Menyebalkan!
Anak itu mengedarkan kepalanya ke bangku sebelah, sekadar untuk memberi informasi yang sama kepada Abby dan Rendy.
Suara desis panggilan membuat Abby terusik. Kepalanya bergerak melirik Fiqi dengan sedikit menaikkan alis sebagai tanda bertanya.
Dengan gerak mulut yang tanpa suara, Fiqi berbicara, "Ma-ri-ki-ta-bo-los!"
Rendy nyengir lebar dan Abby spontan mengacungkan jari jempolnya sebagai tanda setuju dengan saran Fiqi.
Rendy ikut bertanya tanpa suara, "Pulang? Atau ke kantin?"
"Kantin aja," bisik Axcel.
Abby mengangkat tangan kanan, "Pak!"
Sang guru membalikkan tubuh. Kacamatanya sedikit diturunkan untuk melihat Abby, "Opo?"
"Saya ijin ke UKS, ya, Pak! Nggak enak badan nih," ujar Abby dengan ekspresi yang mendukung.
Guru itu menyipitkan mata, sedikit tidak percaya. Pasalnya, Abby terkenal dengan murid yang suka mengada-ada. Ingat! Bukan berada. Tapi mengada-ada.
Seantero sekolah juga tahu bahwa Abby selalu saja ada ulahnya. Tak pernah habis. Tapi justru hal itu yang membuat Abby semakin menarik. Meski banyak ulah, Abby bukan tipe anak brandal yang dapat menjatuhkan nama sekolah. Dia hanya ... sedikit nakal saja.
Abby dan kawan-kawan bangkit dari kursi kemudian maju ke depan kelas.
"Eh! Eh! Kenapa bawa pasukan? Semuanya sakit?" tanya guru dengan kaca mata di netranya itu.
"Oh, saya ke toilet, Pak," ujar Fiqi.
"Sama, Pak." Rendy bersuara.
"Sa-saya mau nemenin Abby sebentar, Pak. Dia nggak tau obat-obatan. Nanti malah betadine yang diminum," jawab Axcel lugas. "Kan gawat..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
Teen FictionSunyi berkelindan di kaki malam. Pikiran mengudara bersama dengan luka yang terdaras di ujung hati. Pikiran berkecamuk, bingung memilih satu di antara dua. Dia kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Membawa luka baru pada dunia seorang anak la...