Chapter 11

371 32 0
                                    

Annie duduk di kursi kayu sambil menatap atap atap rumah. Sedangkan Natan berbaring di lantai.

Mereka berdua diam dalam keheningan. "Annie.." suara martin memanggil nama Annie.
Annie berlari ke arah suara Martin. "Iya ayah.." Jawab Annie sambil berlari.

Natan hanya diam di tempat yang sama. Ada rahasia dibalik kepolosan Natan. Sebenarnya dia tau siapa pelaku dari semua kejadian yang terjadi disekolahnya.

Sebenarnya Natan adalah orang pertama yang telah menyadari keanehan Annie. Dia juga tau semua yang dilakukan Annie. Tapi mengapa dia tetap bungkam?

Natan ingin melindungi Annie. Natan juga tau apa yang dirasakan Annie selama ini. Kehilangan seorang ibu bukanlah hal yang mudah.

Natan tau rasa kesepian yang di rasakan Annie. Oleh karna itu Natan ingin selalu menjaga dan melindungi Annie.

(Lama lama gw jadi aneh sendiri sama cerita gw. Masa bocah 10 tahun pikirannya udah dewasa. Tapi ahk sudahlah. Lanjut aja)

Siang berganti malam. Annie dan yang lain sedang mengadakan acara api unggun diluar rumah.

Mereka duduk melingkar di samping api unggun sambil membakar jagung. Martin, ayah Natan, dan ibu Natan sedang berbincang membicarakan hal yang sangat membosankan.

Natan mulai mengajak Annie berbincang. "Annie, apakah kau pernah membayangkan jika orang tua kita tidak ada dan tidak ada satupun orang dewasa yang dapat mengatur hidup kita?" tanya Natan. "Tidak," jawab Annie dengan pandangan yang tidak beralih dari api.

"Kadang aku berpikir, enak sekali ya jika kita tidak memiliki orang tua. Hidup kita menyenangkan. Tidak ada yang menyuruhmu sekolah, makan siang, tidur siang. Ahk itu sangat menyenangkan," perkataan Natan seperti menghipnotis Annie untuk melakukan sesuatu.

Annie melirik Natan. Natan memalingkan wajahnya melihat kearah pohon besar yang ada di sekitar tempat tersebut.

Malam sudah terlalu larut. Martin mengajak semua untuk lekas tidur. Dan merekapun meninggalkan tempat tersebut dan mulai masuk kedalam  rumah.

Ranjang Annie dan ranjang Natan bersebelahan. Sebelum tidur Martin mematikan lampu kamar tersebut. Martin mengecup kening Annie sebelum keluar dari ruangan tersebut.

Jam menunjukan pukul 01.35 dini hari. Malam begitu hening. Semua pun sudah lelap dalam tidurnya.

Seketika Annie membuka matanya. "Keinginanmu akan terkabul Natan," ucapnya sambil menatap langit langit kamar dalam kegelapan.

Sinar matahari mulai menembus jendela kamar yang ditempati Martin. Martin sedang bersiap siap untuk pergi memancing. Selesai dengan pakaian dan topi pancingnya. Martin menunggu ayah Natan sambil meminum teh di teras rumah.

Martin heran mengapa ayah Natan tak kunjung keluar. Martin pun berinisiatif untuk langsung menghampirinya.

Martin sudah ada didepan pintu kamar Ayah dan ibu Natan. Martin mengetuk pintu dan memanggil nya beberapa kali. Namun tidak ada satupun suara yang terdengar dari dalam.

Martin sedikit agak curiga. Martin pun mencoba mendobrak pintu kamar. Beberapa kali tubuh Martin mendobrak pintu kamar. Namun pintu tak kunjung terbuka.

Hingga akhirnya Martin meminta bantuan kepada Fred. Mereka berdua mendobrak pintu hingga akhirnya pintu terbuka.

Martin terkejut, dia membulatkan mata. Dan hanya bisa mengusap kasar dahinya dengan tangan kanan. Dia tidak percaya dengan apa yang telah terjadi.

Ayah dan ibu Natan meninggal dengan keadaan yang mengenaskan. Sayatan di leher mereka adalah dugaan kuat tentang terjadinya pembunuhan.

Tidak di kaitkan dengan perampokan. Karna di rumah tersebut tidak ada benda yang hilang. Satu satu nya barang bukti hanyalah sebuah pisau dapur.

Setelah meninggalnya ayah dan ibu Natan. Tidak ada sedikitpun rasa sedih yang tergambar di wajah Natan. Annie yang menyadari hal tersebut hanya tersenyum.

Mwehehe dah chapter 11 sebelumnya author kira bakal end disini ternyata nggak. Masih 1 chapter lagi ya hehe

ANNIE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang