Chapter 05

444 44 1
                                    

Tiana tidak langsung pulang dia memilih pergi untuk menemui Bu Emili di ruangannya. Tiana berjalan menuju ruang Bu Emili. Setelah sampai di sana Tiana mengetuk pintu agar lebih sopan. sfx:toktoktok.

Bu Emili membuka pintu. Memandang Tiana yang berdiri di depannya dengan  tatapan heran. "Emili?" Bu Emili memastikan. Tiana menunduk sambil menautkan kedua tangannya.

Melihat tingkah Tiana, Emili yakin ada yang ingin Tiana bicarakan dengannya. Emili menarik pergelangan tangan Tiana. Mereka berdua masuk ke dalam ruangan. Bu Emili meminta Tiana duduk di kursi yang berhadapan dengan meja Bu Emili.

Bu Emili menatap Tiana cukup lama. Lalu mencoba bertanya kepada Tiana. "Kenapa kamu tidak pulang? apakah ada yang mau kamu sampaikan?" tanya Emili kepada Tiana.

Tiana ragu, dia takut Bu Emili tidak percaya dan malah membuatnya terlibat dalam kasus ini. "Tiana..tatap mataku!" perintah Bu Emili sambil menekan nada bicaranya.

Tiana mulai mendongak mencoba menatap mata Emili yang lebih tinggi dari dirinya. Mata Emili dan Tiana pun bertemu. Emili mengangkat kedua halisnya. Tiana mulai berbicara dengan terbata-bata. "A-a-aku," Tiana berhenti berbicara. Mata Tiana melirik ke arah pintu yang terbuka.

Emili mengerti, dia berjalan ke arah pintu menengok ke kanan kiri memastikan jika benar-benar tidak ada orang disana. Setelah merasa benar-benat tidak ada orang. Emili menutup pintu lalu kembali duduk.

"Tidak ada yang bisa mendengar pembicaraan kita," ucap Emili sambil menatap mata Tiana. Tiana mulai membuka mulutnya yang sejak tadi bungkam. Sambil menunduk mamandangi ujung sepatunya Tiana menceritakan kejadian itu.

"2 hari lalu saat hari di temukannya mayat Aleta di  kolam renang. Aku melihat kejadian sebelum Aleta tewas. Saat itu aku sedang mencari ikat rambutku yang hilang disana. Tidak sengaja aku melihat Aleta yang sedang berdiri memandangi kolam seperti menunggu seseorang. Sampai akhirnya Annie datang tanpa disadari Aleta.  Annie berdiri di belakang Aleta dan membisikan sesuatu. Annie mendorong tubuh Aleta hingga jatuh ke dalam kolam. Awalnya aku kira mereka sedang bermain-main dan tentu saja aku tidak peduli dengan hal itu. Aku pergi meninggalkan keduanya saat ikat rambutku tak kunjung kutemukan disana. Saat aku mengetahui Bahwa Aleta tewas di dalam kolam. Aku kira aku tahu siapa pelakunya," jelas Tiana dengan singkat dan jelas.

Emili sangat terkejut ketika mendengar penjelasan Tiana.
Dia sadar dia telah di tipu bocah usia 10 tahun yang tadi coba ia pintai penjalasan.
"Ikut aku," perintah Emili kepada Tiana sambil menarik pergelangan tangan Tiana.

Emili membawa Tiana pergi menuju rumah Annie untuk memintai penjelasan. Sampai di rumah Annie, Emili mengetuk pintu  rumah Annie. Martin membukakan pintu dan membiarkan mereka berdua masuk.

Emili dan Tiana duduk di atas sofa. Martin bertanya apakah tujuan Emili datang kemari. Emile baru saja menyampaikan setengah penjelasan dari Tiana. Ternyata Annie mendengar dan melihat hal itu. Dia cepat-cepat berlari ke dapur dan menjatuhkan gelas hingga pecah.

Emili, Tiana, dan Martin terkejut ketika mendengar suara barang pecah. Martin, Emili dan Tiana melihat apakah yang terjadi di dapur sana. Dilihatnya Annie yang sedang menangis sambil menatap luka yang mengeluarkan banyak darah di tangannya.

Martin mengobati luka Annie dan membawanya ke kamar. Martin meminta Emili membicarakan hal tersebut lain kali saja.

Emile dan Tiana pun masuk ke dalam mobil. Mereka berduapun pergi dari rumah Annie. Saat dalam perjalanan Emili dan Tiana mendengar suara dengungan serangga. Tiba-tiba kawanan lebah menyerang Emili dan tiana di dalam mobil. Mobil kehilangan kendali hingga akhirnya menabrak sebuah pohon besar. Emili dan Tiana pun tewas di dalam mobil tersebut.

Saat Martin sedang mengerjakan pekerjaannnya di ruang belakang. Martin tak sengaja melihat sarang lebah yang sejak dulu ada di atap rumah belakangnya hilang. Martin bingung siapakah yang memidahkannya, karna di rumah ini hanya ada Annie dan Martin.

Malam tiba Martin membuatkan segelas susu untuk Annie. Annie meminum susu sampai habis. Annie membaringkan tubuhnya di ranjang. Martin memandangi Annie, mengusap rambutnya, lalu mencium puncak kepala Annie.

***

ANNIE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang