Beberapa saat kemudian mereka pun akhirnya telah selesai memungut semua barang jarahan yang ada dan kembali berkumpul.
Di mulai dari Daisy yang mendatangi Ganta yang saat ini sedang memasukkan pedangnya ke dalam sarungnya. "Kak, ayo kita kembali ke kota. Aku ingin beristirahat nih," ucapnya yang meminta mereka untuk kembali.
Regard pun segera memberikan tatapan penuh akan keheranan kepada dia. "Hah, apa yang kamu katakan? Kembali? Tidak, tidak, tidak. Padahal kita baru saja di sini, masa kita harus kembali."
"Hehhh, ayolah kak, kita pulang. Aku sudah sangat lelah."
Daisy tetap mendesak Regard untuk kembali ke desa. Akan tetapi, Regard menolaknya secara mentah-mentah. Regard berpikir jika mereka baru saja memasuki hutan ini dan memanen beberapa monster. Jadinya akan sangat aneh jika mereka pulang, apalagi hari masih siang. Dan perdebatan mereka masih berlanjut hingga yang lainnya datang.
Joose yang datang, kemudian berdiri di samping Daisy dan bertanya, "Daisy, ada apa? Kenapa kamu marah-marah kepada kakakmu??"
Daisy menatap Joose sejenak, dan kembali beralih ke Regard sembari menggoyangkan mulutnya, mengoceh, "Lihatlah, Kakak tidak mau kembali ke kota. Padahal kita sudah sangat capek, tapi dia bilang kalau ini masih baru di sini."
Joose pun juga ikut melihat Regard dan berkata, "Regard, kurasa yang dikatakan oleh Daisy itu benar. Kita kembali dulu ke kota untuk mengistirahatkan diri."
Regard hanya memberikan respons berupa ekspresi yang terlihat buruk, tidak senang akan kata-kata yang barusan dia dengar. Ya, ini bertentangan dengan rutinitas Regard, seorang pemain yang selalu berburu monster hingga berjam-jam tanpa henti. Mungkin saja jika ada suatu lomba tertentu seperti ini, Regard bisa saja mengantongi medali emas, tapi nyatanya tidak ada.
Setelah respons itu, Regard pun segera membuka mulutnya, membalas perkataan mereka. Namun, baru saja dia membuka mulutnya, Delias dan Herad datang, masuk ke dalam obrolan mereka.
"Yo, ada apa nih, kok berisik sekali??" ucap Herad dengan semangat, kemudian diikuti Delias yang hanya menyimak pembicaraan mereka.
Joose yang menyadari kehadiran mereka segera berbalik dan berkata, "Ya, ini ... Kami berencana untuk kembali di kota, akan tetapi Regard menolak. Katanya dia masih ingin berburu lagi."
"Heh..." Herad langsung menyodorkan kedua matanya kepada heran sembari memasang wajah herannya. "padahal itu adalah pilihan yang bagus. Ayolah Regard, kita pulang saja dulu. Level bisa dicari dilain hari."
Mendengar omongan dari ketiga orang ini hanya membuat Regard kesal. Kali ini dia tidak bisa memberikan perlawanan. 3 berbanding 1, itu tidak seimbang, belum lagi dihitung Delias yang saat ini belum berkata apapun, sudah jelas dia akan kalah.
Mereka ini ... Padahal aku ingin menguji coba kekuatan pedang baru ini. Hm, kurasa aku akan berburu sendiri saja dulu.
Namun, dia masih mencoba untuk melawan. Jika mereka tetap tidak mau, Regard tinggal mengeluarkan mereka semua dari List Party-nya, dan pergi berburu sendiri. Dia masih harus menguji seberapa hebat pedang barunya ini. Regard tidak membuat pilihan yang salah. Dari statistika yang dia punya, jelas kalau dia bisa bertahan sendirian di hutan ini. Di tambah tidak ada orang yang akan mengganggunya, walaupun Daisy tidak dengannya, yah setidaknya dia sudah bisa sendiri.
Regard pun berbicara, "Yah, kalau kalian memang ingin pulang, yah terserah kalian saja. Aku Akan segera pergi berburu sendiri."
Keputusan itu membuat mereka semua terdiam. Mereka sudah mulai tahu jika Regard ini orangnya cukup keras kepala.
"He ... iyalah, kalau memang begitu maumu, Regard," ucap Herad.
"Daisy, kakakmu bilang kalau dia akan berburu sendirian dan membolehkan kita kembali ke kota. Jadi, ayo kita langsung pergi saja," ucap Joose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream World Online : The Forgotten Person
FantasyNew Novel! 2021 (Masih hangat) Menceritakan tentang petualangan seorang anak muda yang bernama Ganta di dalam sebuah game yang bernama Dream World Online, sebuah game Virtual Reality terpopuler saat ini. Cerita ini berawal ketika Ganta atau yang bi...