Part 10 : Keputusan Sara

23K 1.1K 13
                                    

Hallo, author balik lagi nich. Sorry ya lama ga update. Banyak coment yang juga tidak author balas. Namun author baca semua koq dan terima kasih atas tanggapan reader yang merasa cerita yang kubuat ini bagus. Terus terang, author merupakan tipe sensitif sehingga tanggapan dari reader sungguh mempengaruhi. Untunglah comment dari reader sungguh membantu memotivasi kelanjutan cerita ini. ^_^

Dan maaf sedalam-dalamnya buat yang menunggu pertemuan Sean dan Douglas karena rencananya mau dibab ini namun akhirnya belum juga muncul. Namun yang pasti part selanjutnya, author janji yach. Part selanjutnya masih setengah jalan, mudah-mudahan kalau lancar beberapa hari lagi bisa update.

Semoga part ini sementara bisa memuaskan hati pembaca. Dipart ini author jelaskan sedikit tentang pernikahan Sara karena ada yang bertanya mengapa Sean tidak merasa sedih ketika Tony meninggal. Mohon maklumi jika cerita ini masih banyak kekurangan karena masih dalam tahap pembelajaran.

Okay, selamat membaca. Sampai jumpa di part selanjutnya yach....

Sara bangun lebih awal dari biasanya karena tidurnya sama sekali tidak lelap. Dan ini semua gara-gara Douglas, gerutunya dalam hati. Karena memikirkan sikapnya yang aneh membuat Sara tidak bisa tidur sama sekali. Sara bermaksud turun ke dapur untuk membuat kopi sekaligus sarapan . 

Ternyata orang yang dipikirkannya tadi sudah entah kapan bangun dan sedang asyik menikmati kopinya sambil bercanda dengan Tess membuat Sara tertegun dan berhenti di anak tangga paling bawah. Sesaat Sara terkenang dengan masa lalunya ketika mereka sarapan bersama yang selalu diiringi dengan canda dan tawa. Sejak kapan dan mengapa semuanya berubah, tanya Sara dengan sedih. Alangkah ingin dia kembali ke masa itu. Sambil menggelengkan kepala mengusir pikiran tersebut, dengan tersenyum Sara memasuki dapur.

''Selamat pagi, bi," sapa Sara riang sambil mendekati bibinya yang sedang membuat omelet dan berpura-pura tidak melihat Douglas.

" Oh, Sara, kalian berdua memang kompak, hari ini sama-sama bangun pagi sekali. Duduklah dulu, sebentar lagi sarapan akan siap." Sara bermaksud membantu bibinya menyiapkan sarapan namun bibinya bersikeras tidak mengizinkan. Akhirnya Sara mengalah dan duduk didepan Douglas. Setelah menuangkan kopi kecangkirnya, Sara hanya diam menunduk  sambil menyesap kopinya sesekali. Tak lama setelah membawa sarapan mereka ke meja, bibinya meninggalkan mereka berdua didapur karena harus membawa sarapan pagi kepada para pekerja. Sekali lagi, mereka berdua berada dalam keheningan hanya terdengar suara ketika sendok dan garpu beradu dengan piring. Sara berusaha secepatnya menyelesaikan sarapannya agar dapat cepat meninggalkan suasana yang menyiksa itu.

Diam-diam Sara  melirik Douglas dan mendapati mata mereka saling beradu. Mata biru itu memandanginya dengan cara lain, tidak seperti biasanya membuat Sara terpaku dan tidak bisa melepaskan pandangannya.

" Sara," panggil Douglas pelan membuat Sara terkejut dan sadar dari tadi dia sedang terpaku memandangi Douglas. Sambil menutupi perasaannya yang tidak karuan, Sara hanya menatap Douglas dengan pandangan bertanya.

" Dapatkah kamu menunda kepulanganmu lebih lama lagi?" tanyanya membuat Sara mengerjapkan matanya tidak menyangka akan perkataan yang keluar dari mulut Douglas. Douglas terlihat berpikir sesaat sebelum melanjutkan lagi. " Benar apa yang kamu bilang saat itu," lanjutnya lagi membuat Sara bertanya-tanya apa yang telah dia katakan. " Aku cemburu pada pria-pria yang berbicara denganmu. Aku juga cemburu dengan dirimu yang tersenyum dan tertawa dengan mudahnya sedangkan didepanku kamu tidak pernah bersikap seperti itu." Sara hanya terdiam shock dengan pengakuan Douglas.

" Aku menginginkanmu, Sara," aku Douglas jujur.

Mata Sara melebar tak percaya dengan pengakuan yang keluar dari bibir Douglas. Melihat kebimbangan Sara, Douglas melanjutkan lagi ," Aku tahu kamu mungkin sulit mempercayainya mengingat sikapku selama ini kepadamu namun aku tahu aku tidak ingin membohongi perasaanku lebih lama lagi. Ketika aku menciummu, aku tahu kamu juga merasakan hal yang sama. " Douglas memandangnya dalam dengan tatapan yang tidak dapat dilukiskan oleh Sara.

Pria ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang