Gerakan tangan Sara yang hendak mengetuk pintu kamar Douglas terhenti ketika keraguan menyergapnya. Apakah benar keputusannya untuk memberitahu Douglas sekarang? Aku menginginkanmu, kata Douglas bukan "mencintai", pikir Sara lagi. Hanya menginginkan tidak akan bertahan lama. Jika Douglas sudah bosan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah keberadaan Sean hanya akan menjadi beban dan tanggung jawab untuk Douglas ? ? Sara tidak ingin keadaan seperti itu terjadi lagi. Cukup sekali dia membuat Sean menderita karena keputusannya yang salah. Apakah masih terlalu awal untuk memberitahukan seluruhnya kepada Douglas ?
Tiba-tiba pintu kamar terbuka membuat Sara terkejut karena berhadapan dengan Douglas yang sedang telanjang dada yang bagi Sara merupakan sebuah pemandangan yang paling seksi . Seluruh pikirannya hilang entah kemana.
" Sara? Mengapa kamu berdiri disini dan tidak mengetuk pintu dari tadi? '' Pandangan mata Douglas berada di tangan Sara yang masih dalam posisi hendak mengetuk pintu membuat Sara segera menurunkan tangan dan menyembunyikan dibelakang punggungnya.
" Dari tadi?" Sara seolah baru sadar akan perkataan Douglas dan mengangkat kepalanya. " Bagaimana kamu tahu aku dari tadi ada didepan pintu kamarmu?"
Douglas tersenyum dan hanya menjawab," Mungkin kamu akan sulit percaya namun entah kenapa aku seolah selalu bisa merasakan keberadaanmu."
Cara Douglas mengucapkannya membuat Sara tahu Douglas bersungguh-sungguh dan hal ini membuat Sara merasa bahagia sekali.
" Jadi,ada apa kamu mencariku?" tanya Douglas lagi membuat pikiran Sara langsung kembali ke tujuan semulanya mencari Douglas.
" Sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu." Dengan ragu Sara melanjutkan," Kupikir kita masuk kedalam untuk berbicara saja."
Douglas mengerutkan keningnya mendengar nada suara Sara yang serius namun tetap melangkah mundur memberi jalan masuk untuk Sara. Dengan gugup, Sara masuk kedalam kamar Douglas dan mendapati kamar Douglas masih tetap seperti dulu. Wajah Sara memerah ketika memandang ranjang Douglas dan teringat terakhir kali dia masuk kekamar tersebut hingga malam yang menyebabkan adanya Sean sekarang. Sara berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain, namun pandangannya malah jatuh pada tubuh Douglas yang berotot. Dadanya yang bidang dan kecoklatan karena sering terkena sinar matahari, serta bulu dadanya yang lebat yang akan membuat setiap wanita tergila-gila padanya. Memikirkan itu semua membuat tubuh Sara terasa panas.
" Sara?" tanya Douglas memdekati Sara membuat Sara tersentak dari lamunannya." Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu merah sekali? Apakah kamu sakit?" tanya Douglas sambil menyentuh kening Sara membuat tubuh Sara bagai tersengat listrik dan mundur menjauhi Douglas. Sara merasa salah tingkah dan gugup seperti remaja.
Demi Tuhan, Sara, kamu sudah wanita dewasa bahkan sudah menjadi seorang ibu, mengapa masih seperti seorang remaja, rutuknya dalam hati. Sambil memalingkan pandangannya agar tidak menatap ke arah Douglas, Sara melangkah mundur hingga tangannya menyentuh gagang pintu.
" Kupikir lain kali saja baru kita bicarakan. Aku.... aku lupa ada janji dengan bibi tadi." Tanpa menunggu jawaban, dengan cepat Sara langsung melesat keluar dan berlari ke bawah. Dilbawah Sara mengatur debar jantungnya yang makin menghebat agar kembali normal.
Douglas tersenyum kecil melihat reaksi Sara. Sejak tadi Douglas memperhatikan tingkah laku Sara yang gugup dan Douglas hanya bermaksud menggodanya sedikit. Tak disangka reaksi Sara diluar dugaannya. Gadis itu tetap tidak berubah, masih polos seperti dulu.
Douglas merasa lega setelah jujur terhadap perasaannya meskipun dia hanya mengatakan bahwa dia menginginkan Sara, bukan cinta. Douglas tidak berani menggunakan kata cinta dulu sebab dia belum yakin akan perkembangan hubungan mereka. Paling tidak dia telah membuat satu kemajuan dalam hubungan mereka. Masalah Tony, serta pernikahan Sara bagi Douglas tidak penting lagi. Semua itu hanyalah merupakan masa lalu seperti halnya pernikahannnya dengan Diane. Douglas tidak ingin sekali lagi menyesal seperti dulu hanya karena selalu menyangkal perasaannya.