Tentang Dia

57 5 0
                                    


        بسم الله الرحمن الرحيم✨    

                 Happy reading,,,            




   Deg!

(Serasa waktu ini berhenti berputar).

Aku hanya membuang napas panjang sebelum menjawab pertanyaannya.

'Mengapa itu yang harus Ninda tanyakan? Bahkan, aku saja tak sanggup untuk menjawabnya.' batinku sendu.

Kupandangi taman ini satu persatu, hari ini kami sedang melakukan ziarah wali 9 bersama dengan santri kelas 3 aliyah, baik putra maupun putri. Dan kini kami sedang berhenti di sebuah masjid untuk beristirahat sholat dzuhur dan makan siang. Selesai sholat kami bersantai-santai di taman masjid tersebut.

Walaupun ziarah antara santri putra dan santri putri disatukan. Bukan berarti mereka bisa bebas dari aturan. Justru dengan ziarah ini aturan dilakukan lebih ketat dari pada biasanya. Harus ada jarak yang memisahkan di antara mereka.

Di saat para santriwan dan santriwati makan siang. Aku dan Ninda duduk disalah satu bangku taman dengan suasana yang serius. Seolah dia tetap menginginkan jawaban yang belum tentu kenyataannya.

Aku masih diam. Apa yang harus aku katakan di kala pertanyaan memang tak memiliki jawaban? Aku hanya tersenyum kecut.

Di sana sejauh mata memandang ada seseorang yang sangat aku kenali. Dia Muhammad Sya'ban Alhaidar. Seorang laki-laki tampan, baik budi pekerti dan juga pintar. Dia, seorang ustadz pemberani yang beberapa waktu lalu telah datang ke ndalem menemui abah dan mbah putri. Untuk memintaku agar bisa menjadi pendamping hidupnya.

Sungguh bagaikan mimpi, antara percaya dan tidak, dia yang selama ini kuminta dalam setiap munajatku, didatangkan langsung oleh allah untuk meminangku.

Sejujurnya aku sangat bahagia, kusyukuri semuanya. Dan aku juga berniat untuk menerima pinangannya, namun keinginanku sendiri kalah dengan kenyataan yang sesungguhnya. Miris.

'Hanya bayangan semu yang tercetak lewat angan'

"Aku takut Nin, aku takut kalau umurku sudah tak lama lagi." ucapku lemah. Setiap orang yang mendengarnya pasti seakan tersayat benda tajam, ngilu.

"Ya allah ning, jangan pernah bicara seperti itu lagi. Umur itu yang mengatur allah, ning nggak bisa menafsirkan sesuatu seperti itu. Lagi pula aku yakin ning pasti sebentar lagi akan sembuh. Hanya usaha yang perlu kita lakukan, sedikit lagi." ucapnya penuh keyakinan.

Aku tersenyum kecut mendengar ucapannya, sangat kuhargai itu.

"Tapi aku nggak yakin. Kamu tau? tubuh ini sudah semakin lemah, sakit dan lelah sudah menjadi satu. Tawa bahagiaku yang dulu sudah lenyap, kini berganti dengan senyuman palsu penuh kesakitan. Lantas bagaimana nanti? Jawaban apa yang harus kuberikan. Sungguh aku pun tak tau." ucapku dengan senyum tipis.

Dia diam, tak mampu berkata apa-apa. Seolah merenungkan apa yang baru saja kuucapkan. Hanya keheningan yang ada di antara kami, dan seolah kami tengah bergelut dengan pikiran masing-masing.

Semuanya berlangsung lama hingga ustadz Sya'ban datang memanggil kami untuk masuk ke dalam bis, agar dapat segera melanjutkan ke tempat tujuan selanjutnya.

_________________

🌾"Sekuat apapun kamu menjaga, yang pergi akan tetap pergi.
Sekuat apapun kamu menolak, yang datang akan tetap datang.
Semesta memang kadang senang bercanda."🌾

- sujiwo tejo-

♥Takdir sang bidadari♥.

                           ___________________

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Terimakasih yang sudah baca😊.
Jangan lupa sholawat dan alqur'annya, karena itu sebaik-baiknya bacaan💚.
 ig: rizka_nisa02.      

Tandai typo jika berkenan🙏😊         

Nganjuk, Jawa timur.
28 juni 2021.


Takdir Sang Bidadari (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang