Bulan sabit untukmu

78 5 0
                                    


          بسم الله الرحمن الرحيم✨     

              Happy reading,,,             


    Pagi ini sarapan berjalan seperti biasanya. Hikmat, tak ada yang berbicara, hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.

"Abah, mbah putri. Syafa sudah selesai. Syafa pamit ke kamar sebentar. Mau ganti baju. Nanti piringnya biar Syafa yang bereskan." ucap Syafa lembut.

"Iya sudah. Nanti piringnya biar dibereskan mbak-mbak saja. Kamu siap-siap. Mau mengajarkan?" tanya mbak putri.

"Inggih mbah putri." jawab Syafa.

  Syafa adalah salah satu ustadzah di pondok pesantren Al-falaq. Di usia yang masih terbilang muda yakni 20 tahun, dengan kepintarannya dan sifatnya yang berbudi luhur, dia mampu membuat setiap orang terkagun padanya.

Setelah itu Syafa kembali ke kamar. Dia membuka satu laci yang terkunci di samping kasurnya.

Dadanya sesak, melihat berbagai obat-obatan yang ada ditangannya.

"Allah, mengapa harus seperti ini?" gumamnya lirih.

Terkadang dia bisa sangat rapuh. Jika mengingat akan penyakitnya. Namun, juga dapat terlihat biasa saat bersama orang-orang. Apalagi ketika sedang berdekatan dengan orang yang tersayang.

Senyumannya begitu merekah. Seakan tak memiliki beban. Sehingga dapat membuat setiap orang yang melihatnya tersenyum bahagia, meneduhkan hati.

Namun, tak jarang pula didalam tumbuhnya sedang meronta, bak dihujani belati tajam. Yang menyakitkan. Dan hanya dengan cetakan senyum palsu yang menjadi kemasan.

Tes!

Satu tetes air mata Syafa jatuh. Kemudian, isakan kecil tercipta. Di tengah-tengah tangisan yang menyesakkan itu, mbah putri datang memanggilnya.

"Fa?"

Seketika Syafa menutup mulutnya. menghalangi isakannya, agar mbah putri tak mendengarnya. Dia tak ingin orang-orang merasakan sakit yang sama, karenanya.

"Syafa?" panggil mbah putri kembali.

Segera Syafa ke kamar mandi untuk berganti baju dan berwudhu. Agar dirinya dapat tenang. Setelah sedikit tenang. Dia berdiri di depan kaca kamarnya.

Dia memandang lekat-lekat pantulan dirinya dari kaca itu. Yang terlihat adalah kacau, pucat dan lemah. Pikirannya bertanya-tanya.

'Di mana Syafa yang dahulu? Di mana Syafa yang ceria, humoris dan penuh tawa itu? Mengapa semuanya lenyap, hanya karena satu hal?'

Kemudian, Syafa memejamkan matanya. Menetralkan nafasnya lalu menguatkan dirinya.

"Aku kuat, aku pasti bisa. Aku ndak boleh kelihatan lemah. Masih ada mereka yang harus aku bahagiakan. Bismillah..." gumamku untuk menyemangati diriku sendiri.

Kemudian, ku buka mataku perlahan, kuterbitkan senyuman di wajahku. Dan kuuntaikan sholawat di hatiku. Setelahnya, kutemui mbah putri.

"Mbah putri, tadi kenapa cari Syafa? Ngapunten. Tadi Syafa di kamar mandi." ucapku meyakinkan.

"Oh iya sudah, sini duduk dulu. Gini nduk, dua minggu lagi ada acara reuni di sini. Apa kamu sanggup mbah putri tugaskan untuk menyiapkan semuanya?" tanya mbah putri.

"Wah alhamdulillah, in syaa allah mbah putri Syafa siap. Serahkan semuanya sama Syafa. Akan Syafa persiapkan yang terbaik." ucap Syafa dengan penuh keyakinan.

_Senyumannya begitu merekah. Hingga, sebuah luka yang menganga dapat terbalut dengan indah._


__________________

🍂Biarkan aku yang menggenggam sendiri lukaku. Karena ini yang dapat membuatmu kuat. Namun, bagilah lukamu denganku. Agar aku juga dapat merasakannya dan membuatmu lebih kuat dari sebelumnya🍂

♥Rizka nisa♥

                              _________________

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Terimakasih yang sudah baca😊.
Jangan lupa sholawat dan alqur'annya, karena itu sebaik-baiknya bacaan💚.
 ig: rizka_nisa02.      

*Nduk: sebutan untuk anak perempuan di daerah jawa.

Tandai typo jika berkenan🙏😊         

Nganjuk, Jawa timur.
22 juni 2021.

Takdir Sang Bidadari (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang