Detik-detik terakhir

119 4 0
                                    


بسم الله الرحمن الرحيم✨

Happy reading,,,

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

🍂"Sebuah kenangan akan tetap menjadi kenangan walaupun itu pahit. Begitu juga dengan kenangan manis tak akan dapat dilupakan, walaupun telah lapuk oleh waktu yang seakan datang menghimpit."🍂

♥Muhammad Sya'ban Al-haidar♥.

.
.
.
.
.
.
.
.
.


_🌹"Terkadang kepergian seseorang memang membuat diri merasa kehilangan. Namun terkadang pula kehilangan adalah hal yang terbaik, karena sejatinya puncak dari mencintai bukanlah memiliki. Melainkan mengikhlaskan."🌹_

♥Takdir sang bidadari♥.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


⚠Warning siapkan tisu,,,🙏


Pov Sya'ban:

Aku berjalan di antara bunga-bunga yang indah. Harum, bermekaran sejauh mata memandang. Aku terus saja berjalan, hingga di sana, di tepi air terjun yang jernih airnya. Terlihat seseorang yang kucinta.

"Fa?" panggilku.

Dia hanya terdiam. Kemudian, aku berjalan lebih dekat kearahnya.

"Syafa?" panggilku kembali.

Dia menengok kebelakang, kulihat wajahnya begitu berseri-seri. Senyumnya merekah begitu menenangkan hati, dan di kepalanya terdapat mahkota putih yang sangat indah. Itu semua membuatku tak dapat berpaling memandangnya.

Aku berjalan pelan mendekatinya, namun dia malah menjauh dariku. Aku berjalan lagi mendekat, namun dia kembali berjalan mundur dan menjauh dariku. Ketika kutanya, dia hanya tersenyum meneduhkan.

"Fa, kamu kenapa? Kenapa kamu menjauh dariku?" dia hanya tersenyum manis. Dan semakin menjauh.

"Fa, kamu mau kemana?" tanyaku kembali.

Dia semakin tersenyum dan kulihat 2 sayap putih mekar dari punggungnya. Sangat indah, kata yang mungkin dapat menggambarkannya. Dia begitu terlihat sempurna layaknya seorang bidadari surga.

"Fa jangan pergi." pintaku lirih.

Namun, dia hanya tersenyum dan terbang menjauh...

Duar!

Aku terkejut, dan terbangun dari mimpiku. Suara petir begitu menggelegar, hawa dingin juga menerusuk menembus badanku.

"Astaghfirullah," ucapku lemah.

Detik berikutnya tangisku pecah membasahi pipi. Tanganku gemetaran, badanku berkeringat dingin, napasku tersendat-sendat dan badanku lemas seketika. Aku tersadar akan sesuatu hal.

"Ya allah." ucapku pasrah dengan tangis yang semakin tergugu.

Kukuatkan diriku, dan menggenggam tangan dingin Syafa. Kemudian, kubisikkan sesuatu tepat di telinganya.

"Fa? Apa kamu memang sudah lelah dengan semuanya? Dan tak ingin melanjutkan hidup bersamaku lagi?__" napasku tercekat, aku tak kuasa untuk melanjutkan ucapanku, tangisanku semakin pecah dengan sesak yang mendominasi.

Kupukuli dadaku berulang-ulang, berharap sesak itu hilang. Namun semuanya sia-sia.

"__Fa, jika pergi yang kamu inginkan. Dan hal itu yang dapat membuatmu bahagia, maka aku akan berusaha ikhlas. Satu hal yang perlu kamu tau Fa. Ana uhibbuka fillah. Tunggu aku Fa, nanti aku di sana. Agar kita bisa bersama-sama menuju surganya allah." tuturku pilu. Dengan tangisan yang semakin pecah.

Dari situ napas Syafa semakin melemah. Kupanggil dokter yang menanganinya. Ketika dokter itu datang dan memeriksa Syafa. Bersamaan pula dengan bunyi itu.

Tiiiiiiiit___

Aku masih melihatnya, isakku pun masih ada. Dan ketika dokter mengucapkan kalimat itu. Hancurlah hatiku, aku terjatuh lemas dengan tangisan yang semakin menjadi.

"Syafa Almeera. 2 juni 2020, 19.00 wis."

Deg!

'Sampai jumpa bidadariku, tunggu aku di sana. Aku mencintaimu.' batinku rapuh.

Berakhirnya cerita, bersamaan dengan tangis pecah dari setiap anggota keluarga.

Tamat:-)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tapi boong, hayyuk😅😂.


Gimana perasaannya nih? Coment dong,
Mau sad atau happy?
Kalau sad ya gini akhirnya...
Tapi kalau happy bisa kok, yang pasti hanya author dan allah yang tau.😅 becanda....

Tunggu kelanjutannya ya... Terimakasih,,,

Nganjuk, Jawa timur.
6 juli 2021.


Takdir Sang Bidadari (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang