Terbongkar sudah

81 4 0
                                    


       بسم الله الرحمن الرحيم✨    

     Happy reading,,,    


   Pikiranku terus berperang, dan akhirnya sudah ku putuskan untuk memberitahukan kebenarannya. Entah bagaimana pandangan mereka akan aku nanti, aku akan tetap memberitahukan yang sejujurnya.

Aku berjalan pelan menuju umi. Kemudian aku terduduk didepan pangkuannya seraya menunduk dalam.

"Umi." panggilku lemah. Umi hanya diam, seakan tak kuat menahan beban. Tangan umi dengan tulus membelai lembut kepalaku berkali-kali. Seolah menguatkan. Aku bimbang, apa yang harus aku lakukan? Tapi aku sudah bertekat entah apa yang terjadi, aku pasrah.

"Umi, maafkan Ninda mi. Ninda telah menyimpan rahasia besar tentang ning Syafa." ucapku dengan tangis pecah. Umi langsung menatap wajahku.

"Apa Nin? Maksud kamu apa?" tanya umi.

"Sejujurnya Ninda tau tentang penyakit yang diderita oleh ning." tuturku pelan.

"Allah, kamu tau Nin? Sebenarnya Syafa sakit apa? Dan kenapa kamu menyembunyikannya dari kami?" tanya umi dengan tangis pilu.

Setiap orang yang ada di sana memandangku lekat. Seolah-olah meminta penjelasan dari tatapan mata tajam. Aku mengambil napas panjang sebelum berbicara.

Di sana aku memulai ceritaku.
"Awalnya Ninda juga ndak tau apa-apa tentang penyakit ning. Semuanya juga terlihat biasa, dengan semangatnya, keceriaannya, dan dengan tawa yang membuat setiap orang bahagia. Tapi selang beberapa waktu ning semakin pucat. Dan sangat mudah lelah.

Ninda bertanya apakah ning sakit? Ning menjawab tidak. Dia bilang hanya sedikit lelah. Namun pada suatu hari semuanya terbongkar. Hari itu Ninda hanya berdua dengan ning, ning hampir pingsan, Ninda menangkapnya. Hidung ning berdarah, dan ning meminum banyak obat dalam sekali tegukan.

Ning tetap diam. Namun Ninda memaksa untuk memberitahukan kebenarannya. Awalnya ning masih enggan, tapi setelah mempertimbangkan. Ning meminta Ninda untuk merahasiakan apapun yang akan ning ucapkan. Ninda bingung. Tapi akhirnya Ninda mengiyakan.

Ning memberikan surat keterangan dari rumah sakit itu. Suratnya sudah sangat lusuh, tapi keterangan didalamnya, membuat Ninda sangat syok dan tak dapat berkata apa-apa. Tulisannya adalah...

'leukemia'(kanker darah). Itulah yang selama 1 tahun setengah ini ning derita. Ninda sangat salut dengan ning. Ditengah rasa sakit yang menghujani, dia mampu tetap terlihat biasa, tegar dan seakan tak merasakan apa-apa.

Dari situ Ninda yakin, dengan semangat yang ning punya ning pasti bisa cepat  sembuh. Maka dari itu Ninda masih merahasiakan sampai saat ini. Ninda ndak pernah berpikir akan jadi seperti ini, maafkan Ninda umi." jelasku dengan tangisan yang tak dapat dibendung.

Setiap yang ada di sana dapat merasakan sakit yang mendalam. Mereka hanya diam, senyap, hanya isakan yang terdengar. Rapuh, satu kata yang menggambarkan. Dunia seolah mempermainkan.

________________

💧"Deraian air mata yang jatuh adalah sebuah ungkapan kata yang paling tulus, yang tak bisa hanya diucapkan dengan menggunakan lisan."💧

♥Takdir sang bidadari♥.

                               ________________

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Terimakasih yang sudah baca😊.
Jangan lupa sholawat dan alqur'annya, karena itu sebaik-baiknya bacaan💚.
 ig: rizka_nisa02.      

Tandai typo jika berkenan🙏😊         

Nganjuk, Jawa timur.
1 juli 2021.

Takdir Sang Bidadari (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang