🍇 38

335 69 7
                                    

BRAKKK ....

Erkan segera mengerem saat terjadi tabrakan di depan matanya. Dua mobil yang datang dari arah berlawanan di perempatan sana saling menabrak dengan kencangnya sampai-sampai salah satu mobil menabrak pembatas jalan.

Lelaki itu kaget, tentu. Apalagi saat Erkan dapat melihat keadaan orang yang masih terduduk di dalam mobil dengan banyak darah di kepalanya. Hati Erkan langsung terasa tak enak, terlebih ia kembali mengingat kejadian semasa kecilnya, saat sebuah truk besar hampir saja menabrak mobil yang ditumpangi dia dan kedua orangtuanya di tengah kegelapan malam. Erkan paham benar sebuah perasaan takut yang dirasa saat seseorang berada di antara keputusan hidup atau mati. Erkan pernah setakut itu.

Bukan tak mau berurusan dengan kecelakaan tersebut, tapi Erkan memilih untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah karena berpikir sudah banyak yang menolong, terutama orang-orang dewasa. Dan lagi langit sudah mulai menurunkan bulir airnya.

Lelaki itu kembali melajukan motor dengan sedikit lebih lambat dari sebelumnya, hingga tiba-tiba saja datang ambulance yang selanjutnya susul-susulan dengan laju motornya.

Sirine terdengar sangat nyaring di telinga Erkan. Dan sejak itu, lagi-lagi hati Erkan terasa makin tak karuan. Ia tahu ambulance tersebut tidak berasal dari tempat kecelakaan barusan, maka darinya Erkan tak tahu siapa lagi orang yang membutuhkan pertolongan.

Entah ke mana ambulance itu akan pergi, entah ke mana mobil penuh duka itu akan berhenti.

Erkan yang biasanya kuat, pada akhirnya memaksakan tubuhnya untuk tetap kuat juga di tengah gejolak perasaan yang masih ia rasakan.

Berbelok, Erkan pun sampai di jalan yang dekat dengan gerbang barat SMA Canopus.

Ramai.

Tidak seperti hari biasanya yang hanya dipenuhi oleh murid-murid yang menggunakan kendaraan. Kali ini gerbang itu dikerubungi juga oleh orang yang berjalan kaki.

Ambulance yang sempat tertinggal di belakang Erkan tiba-tiba semakin kencang lagi bersuara. Erkan melihat ke pinggir, dan benar saja ambulance itu lewat.

Meluruskan pandangannya, Erkan lalu menemukan bahwa ambulance tersebut lanjut berjalan, meninggalkan gerbang sekolahnya.

Kembali mengegas motornya untuk masuk area Canopus, Erkan lantas menyalakan klakson agar orang-orang tak menghalangi jalannya.

Setelah memarkirkan motor, Erkan masih tak tahu apa yang membuat orang-orang itu berkumpul. Berusaha tak peduli, cowok itu pun berjalan ke kelasnya tanpa bertanya pada siapapun. Hingga tiba-tiba saja Yanfa berlari menghampirinya dari arah lain.

"Er!"

Erkan menoleh dan melihat sahabatnya yang terengah-engah saat baru saja sampai.

"Kenapa?" tanya Erkan yang masih keheranan.

Yanfa menelan ludah sembari berdiri dengan benar. Lalu perlahan, ia menyampaikan pesan yang memang seharusnya ia katakan.

"Kinta ketabrak," ucapnya.

Dan detik itu juga Erkan langsung sadar tentang apa yang terjadi di Canopus pagi ini, bahkan tentang perasaannya yang tak enak sedaritadi.

"Sekarang dia di UKS," lanjut Yanfa.

***

Di depan UKS, Yanfa masih menemukan banyak orang yang berdiri, padahal saat dirinya pergi mencari Erkan tadi, anak PMR sudah menyuruh yang lain untuk bubar.

Nyali Erkan seketika menciut, takut sesuatu yang benar-benar buruk terjadi pada gadis itu. Jika ternyata kejadiannya akan seperti ini, Erkan tak akan marah kemarin malam dan Erkan tak akan membuat Kinta memutuskan untuk pergi ke sekolah tanpanya.

Blackcurrant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang