🍇 47

290 61 2
                                    

"Selamat Flowers Day, Kak! Ini aku coba buat red velvet cake, semoga Kak Erkan suka," harap seorang adik kelas perempuan yang kelasnya dua tingkat di bawah Erkan.

Erkan yang baru saja hendak ke kantin lantas memandangnya dengan sinis.

Mengambil kotak di sana, ia selanjutnya bertanya dengan ketus, "Lo pikir gue bakal makan ini?"

Dan tanpa adik kelas itu menjawab, Erkan seketika melempar kotak bekal itu. Sangat kasar bahkan sampai suara benturan ke lantainya pun menggema di koridor.

Seorang gadis yang baru saja memijak di persimpangan itu seketika menghentikan langkahnya saat melihat kotak bekal yang masih menyeluncur di depan sana.

"Gue cape ngurus masalah ginian. Lo suka, gausah lo tunjukkin!" titah Erkan dengan sedikit membentak. Ia memang tidak pernah berniat untuk menjadi seorang idola ataupun seseorang yang dielu-elukan oleh orang-orang. Erkan hanya ingin menjadi orang biasa yang bisa melakukan apapun sesukanya dan tidak terus dinilai oleh orang banyak tentang baik atau buruknya.

Mendengar kalimat tadi, yang kaget bukanlah hanya adik kelas itu saja, melainkan gadis yang tadi baru sampai di sana juga.

Samar, Erkan mencium aroma bunga bercampur buah yang menjadi favorit Kinta, lalu saat melirik ke samping, benar saja gadis itu ada di sana.

Kinta membelalakkan matanya, apalagi saat secara bersamaan, Erkan menoleh padanya juga. Namun selanjutnya, Kinta memilih untuk langsung pergi.

***

Sampai di toilet, Kinta sudah tidak merasakan ingin muntah lagi, padahal dari tadi ia merasakan mual makanya kemari.

Menghela napas sambil memejamkan mata, Kinta lalu keluar bilik. Kemudian, kakinya berjalan ke arah wastafel karena ia hendak mencuci tangannya dan juga berkaca untuk sedikit membenarkan rambut.

Lo suka, gausah lo tunjukkin!

Kalimat itu terngiang di telinga Kinta, membuat Kinta merasa bahwa selama ini, ia belum benar-benar berhasil mengenal Erkan.

Ia jadi berpikir jika Erkan tidak suka dengan orang yang menunjukkan rasa sukanya pada lelaki itu, lantas kenapa Erkan pernah mau menerima semua perlakuan dari Kinta?

Apakah selama ini Erkan benar pernah menyayanginya, atau ada alasan lain? Seperti hanya penasaran misal. Kebanyakan laki-laki melakukan hal itu kan. Namun jika begitu adanya, jadi artinya Kinta hanya cinta sendirian dan Kinta tidak pernah dapat balasan dari orang yang dicintainya? Orang yang bahkan berminggu-minggu ini sudah membuat Kinta memikirkannya tiada henti.

Tentang sifatnya, kenangannya, semua.

Melupakan Erkan bukan hal mudah, itu menyakitkan. Namun mengetahui fakta bahwa Erkan tidak pernah benar-benar mencintainya itu lebih menyakitkan.

Hampir saja Kinta menangis karena air matanya sudah mengumpul di pelupuk, tapi urung keluar karena Adel dan Vina tiba-tiba datang.

"Ceban, Del! Gue bener nebak Kinta di WC deket kantin!" Vina berteriak sambil menengadahkan tangannya ke depan Adel.

Adel lalu menyerahkan uang sesuai kesepakatan dan Vina tersenyum senang saat menerimanya.

"Idung lo merah, Ta," ucap Adel.

Kinta yang terkejut kemudian langsung menggosok hidungnya dengan jari. "Em ... iya, tadi Kinta mau bersin, tapi ga jadi," katanya.

"Oalah."

"Ta! Lo doang nih yang belum foto pake ini." Vina melepas bando unicorn yang ia beli di bazar Flowers Day, kemudian memakaikannya ke kepala Kinta.

Blackcurrant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang