🍇 40

389 69 14
                                    

"Ambis banget guru lo, Del," kata Vina yang baru saja menyembulkan kepalanya dari celah jendela.

Adel meliriknya sejenak, lantas kembali merapikan bukunya. "Biar abis jam istirahat gak ada pelajaran lagi katanya."

"Ohhh gitu." Vina mengangguk-anggukan kepala.

"Hm."

Setelah memasukkan beberapa barang ke dalam tas, Adel kemudian mendongak ke arah samping. "Lo, udah ke UKS lagi?" tanyanya.

"Tadinya mau ke sana, tapi gue inget ada Erkan. Gak enak ganggu mereka, kali aja lagi PDKT-an kan?" takut Vina.

"Ahhh, iya."

Adel lalu merenung beberapa saat. "Cek sekali gapapa kali yak, sekalian ke kantin."

"Kuy." Vina menyetujui.

Keduanya lantas berjalan ke UKS yang sejalur dengan jalan menuju kantin.

Mengintip dan menguping dari pintu kaca bergorden putih, mereka rasa benar-benar tak ada suara dari dalam. Maka darinya, Adel dan Vina pun masuk begitu saja untuk mengecek ruang tersebut.

"Kok, ga ada?" tanya Adel sembari masih celingukan.

"Pulang?" Vina menerka.

"Tapi Kinta ga ngabarin."

"Tanya guru piket, yu!" Vina menarik tangan Adel, lalu mereka berdua pun berlari ke pos piket.

"Sama Erkan?"

Vina menyipitkan mata saat mendengar pertanyaan tersebut terlontar dari mulut Dariel. Penasaran, ia semakin cepat mendekat ke depan pos.

"Apa yang sama Erkan?" tanya Vina tiba-tiba.

Dariel menjeling. "Kepo amat."

"Dih!"

Adel tertawa sekilas kemudian bertanya pada salah satu guru yang bertugas untuk piket. "Bu, Kinta ada izin keluar gitu gak?"

"Iya, tadi Kinta izin pulang sama Erkan," jawab ibu guru.

"Oh," respon Vina. Ia selanjutnya balik menjeling pada Dariel. "Kepo amat lo nyari tau tentang temen gue."

Dariel tak merespon dan langsung pergi saat itu juga.

"Sok banget anjir! IIIIIIII! Dipikir ganteng kali!" geregetnya sambil mencakar angin dengan sepuluh jarinya.

"Mayanlah, Vin. Cadangan selain Kak Leo."

"Dih! Ga. banget!"

***

Kinta tidak tidur saat duduk di motor Erkan, tentu saja ia tak ingin jatuh kejengkang, tapi yang menjadi alasan adalah karena kaki Kinta yang sesekali terasa sakit saat motor mereka berada di jalanan yang tidak mulus.

Saat memperhatikan gedung dan pepohonan di pinggir jalan, tiba-tiba telinga Kinta berdengung dan refleks membuatnya meremas seragam pacarnya.

"Kin?" panggil lelaki itu.

"Em?"

"Kenapa?"

Kinta membuka matanya yang semula ia pejamkan.

"Ngga, Erkan."

Tidak bertanya lagi, yang Erkan lakukan selanjutnya adalah melajukan motornya dengan sedikit lebih kencang agar cepat sampai.

***

Juan dan orang di rumah Kinta sudah diberi kabar oleh Leo, maka tak heran saat mereka melihat Kinta yang sampai rumah dengan kondisi yang dapat dibilang sedikit buruk.

Blackcurrant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang