9. Mantan, ngajak balikan

116 16 0
                                    

Happy Reading ❤

***

“Nonton di bioskop?”

Gilang mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Liana.

Sedaritadi Liana berusaha mati-matian untuk tidak meloncat kegirangan saat Gilang mengatakan akan mengajaknya kencan. Dia sangat senang sekali. Akhirnya keinginannya untuk bisa kencan dengan pasangan terwujud juga meski Liana sadar untuk saat ini dia belum ada perasaan cinta pada cowok itu.

Liana membuang napasnya melirik Gilang. Sejak turun dari mobil tadi, cowok di sampingnya itu terus fokus pada ponsel. Liana bahkan sampai harus menarik Gilang berkali-kali tatkala cowok itu hampir menabrak orang atau benda.

Memang kalau yang sudah menjadi kebiasaan itu terkadang susah dihilangkan.

“Lang, lo main hapenya nanti dulu lah. Ini kita lagi jalan, nih. Capek gue kudu narik lo bolak-balik biar nggak ketabrak,” omel Liana.

“Bentar, Na. Ini si Eki ngechat maksa ngajak mabar, padahal udah gue bilang nggak bisa.”

Mendengkus, Liana kembali melanjutkan jalannya yang sempat terhenti. Setelah membalas pesan Eki, Gilang langsung mematikan ponselnya dan memasukkannya ke saku dan menyusul Liana.

Gilang meraih tangan cewek itu dan menggandengnya. Liana sempat terkejut saat tangannya tiba-tiba digenggam pun seiring dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang. Dia hampir saja ingin melepaskan gandengan itu, tapi Gilang malah membawa tangannya masuk ke dalam saku jacket cowok itu.

Liana bisa mendengar gumaman pelan Gilang yang mengatakan dingin. Padahal cowok itu sudah memakai jacket yang lumayan tebal, kenapa masih kedinginan?

Saat tengah asyik berjalan, mata Liana tidak sengaja melihat ke arena danzbase yang tengah dimainkan beberapa orang. Ingatannya kembali pada masa SMA-nya. Dulu dia pernah diajak bolos sekolah oleh Gilang dan kemari dengan alasan ingin menghibur Liana dengan nonton lantaran dia usai bertengkar dengan Regan saat itu. Lalu setelah menonton Liana mengajak Gilang bermain danzbase lalu berujung cowok itu yang mendadak menyatakan cinta adanya.

Bibir Liana sedikit terangkat mengingatnya. Sekarang dia kembali datang untuk menonton juga dengan orang yang sama. Bedanya jika dulu Gilang mengajak Liana nonton untuk tujuan menghibur, sekarang Gilang mengajaknya nonton untuk tujuan kencan.

“Lo mau nonton apa?” Suara Gilang kembali menarik Liana pada keadaan saat ini. Cewek itu menoleh pada Gilang dengan pipi yang mendadak bersemu merah.

Gilang yang melihat itu lantas terkejut. “Na? Lo sakit?” paniknya.

“Hah? E-engak.” Liana memalingkan mukanya.

“Tapi muka lo merah.”

“Di sini gerah banget, ya, Lang. Mungkin karena banyak orang.” Liana beralasan. Kening Gilang mengerut. Aneh, padahal suhu di mall sangat dingin tapi mengapa Liana kepanasan?

“Jadi mau nonton apa? Romance, comedy, atau horror?” Gilang mengulang pertanyaannya tadi.

“Terserah lo aja, deh.”

“Horror deh,” putus Gilang, namun tiba-tiba mendapat gelengan dari Liana.

“Jangan! Comedy aja, gue lagi pengen yang ngakak-ngakak, nih.”

Gilang berusaha menahan diri untuk tidak menjitak cewek di depannya ini. Tadi saat ia menawarkan, katanya terserah. Sekarang dia sudah memutuskan malah minta yang lain. Memang dasarannya cewek itu ribet.

Teman ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang