17. Siapa yang paling salah?

90 15 2
                                    

Happy Reading ❤

***

Liana masih sulit untuk memercayai apa yang dilihatnya tadi. Suaminya yaitu Gilang tengah berada di dalam sebuah kamar hotel bersama perempuan. Bukan dengan Hana, melainkan dengan Sasa. Lebih parahnya saat membukakan pintu tadi, Liana melihat tubuh Gilang hanya dibalut oleh handuk kimono dan rambut yang basah.

Kalau saja tadi Lika tidak salah mengetuk kamar, pasti dirinya tidak akan memergoki dan tahu apa yang telah Gilang perbuat di belakangnya.

Dan sekarang, setelah insiden pemergokan perselingkuhan tanpa disengaja itu, Gilang mengajaknya pergi ke restoran hotel tanpa Sasa juga Lika yang lebih memilih menunggu di parkiran meski sempat bingung dengan situasi tadi. Lika ingin memberikan ruang dua insan itu untuk berbicara perihal masalah mereka.

"Mau pesen apa?" tanya Gilang yang tengah melihat-lihat buku menu.

"Gue mau pulang."

Liana langsung berdiri dan pergi tanpa menunggu persetujuan Gilang. Cowok itu pun lantas berdiri pula dan mengikuti Liana. Sebelumnya dia telah meminta maaf pada waiters restoran lantaran tidak jadi memesan.

Gilang tiba-tiba menggandeng tangan Liana, membuat cewek yang tadinya berjalan dengan menunduk itu terperanjat. Gilang menggandengnya keluar dari area restoran.

Awalnya Liana hanya diam dan menurut. Tapi semakin dibiarkan hatinya semakin sakit dengan sikap Gilang yang biasa saja seolah tidak sedang terjadi apa-apa diantara mereka. Liana menghentikan langkahnya mendadak. Tangisnya yang sedaritadi dia tahan kini pun pecah seketika seiring dengan tangannya yang memukul punggung cowok itu.

Gilang mengaduh. Bukan karena kesakitan, melainkan kaget dengan Liana yang tiba-tiba menangis.

"Na?"

"Lo anggap gue ini apa, sih, Lang? Gue diem karena nunggu lo jelasin masalah tadi, tapi sikap lo malah kayak gitu. Lo bersikap kayak semua lagi baik-baik aja. Lo nggak punya perasaan apa gimana?" ucap Liana dengan tangan yang mengepal kuat.

Gilang sudah bisa memprediksi jika Liana akan mencerca sikapnya. Jujur dibalik sikapnya yang biasa saja ada jiwa yang tengah panik dan bingung bagaimana harus menjelaskan masalah itu pada Liana. Pasalnya semua ini diluar nalarnya. Kepergok oleh istri sedang berdua bersama cewek di hotel sama sekali tidak sedikitpun pernah terlintas di benaknya.

"Maaf."

"Maaf karena apa? Karena lo udah tidur sama si Sasa?"

Gilang tersedak ludahnya sendiri. Matanya mengerjap-ngerjap kaget dengan tuduhan yang Liana layangkan.

"Nggak lah! Siapa yang tidur sama Sasa. Gue sama Sasa nggak ngelakuin apa-apa tadi," bantah Gilang.

Liana menatap nanar Gilang. Bibirnya yang sedari tadi bergetar menahan tangis itupun tersenyum miring. "Lo pikir gue bego? Cewek-cowok ada di satu kamar hotel gini mustahil, nggak ngelakuin apa-apa. Apalagi itu Sasa, Lang. Cewek yang dikagumi banyak cowok karena pesonanya," ujarnya berbekal dari ucapan Lika tadi yang kini berhasil memengaruhi pikiran positifnya.

"Jadi lo nuduh gue ngelakuin apa-apa sama Sasa gitu? Demi Tuhan, Na ... Gue nggak ngelakuin apa-apa. Serius. Yang lo lihat itu nggak bener. Gue kerja kok sama Sasa."

"KALO GITU KASIH TAU GUE KERJA APA YANG MENGHARUSKAN COWOK SAMA CEWEK ADA DI KAMAR HOTEL MALAM-MALAM BEGINI?"

Liana sudah tidak lagi dapat menahan emosinya. Kilatan amarah terlihat jelas di matanya yang memerah. Dia tidak menyangka Gilang berbohong padanya mengatakan tidak bisa pulang lantaran kerja, padahal aslinya sedang bermalam di hotel bersama perempuan.

Teman ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang