Kilas balik Heart Shaker

627 40 4
                                    

Happy Reading ❤

***

2 tahun yang lalu

Gilang menatap makanan Liana yang belum disentuh sama sekali. Sebulan berlalu sudah sejak kematian Regan. Dan hal itu tentunya banyak membawa perubahan besar pada Liana. Cewek itu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melamun. Saking sudah terbiasanya dia melamun, kemarin saat ujian tryout saja Gilang melihat Liana lebih banyak melamun daripada mengerjakan soal. Alhasil lima belas menit sebelum waktunya habis, cewek itu mengerjakannya dengan tergesah-gesah.

“Nasi padangnya keburu dingin, Na,” ujar Gilang yang sepulang sekolah tadi mengajak Liana untuk makan di warung dekat sekolah.

“Nggak laper. Lo aja yang makan.”

“Nggak. Harus lo yang makan. Lo kan tadi pagi udah nggak sarapan dan semalam juga nggak makan. Masa sekarang lo nggak mau makan lagi?”

“Lagi nggak pengen makan.”

“Lo bisa sakit kalo gini.” Gilang memandang Liana yang pandangan matanya terlihat kosong. Ini bukan kali pertamanya Liana menolak untuk makan. Kemarin-kemarin juga gitu. Mamanya saja sampai capek membujuknya untuk makan.

“Gue mau kuliah di Malang,” ucap Liana membuat Gilang menghentikan kunyahan di mulutnya.

“Kenapa?”

“Pengen aja.”

“Kenapa harus Malang? Itu jauh.”

“Nggak sejauh Regan ninggalin gue, kan?”

Gilang membuang napasnya. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sambil menatap intens Liana. “Alasannya kenapa pengen kuliah di Malang? Kenapa nggak di Jakarta aja?”

“Pengen aja.”

Alasan sebenarnya Liana ingin berkuliah di Malang adalah karena ia merasa Jakarta sangat menyesakkan. Apa yang ia alami akhir-akhir ini membuatnya merasa dihantui ketakutan. Kepergian Regan, perceraian kedua orang tuanya baru-baru ini, keduanya berkolaborasi menyakiti Liana. Ia ingin mencari tempat baru yang bisa membuatnya jauh terlihat lebih tenang. Dan pilihannya jatuh pada kota Malang. Apalagi sebulan yang lalu Abangnya sudah terbebas dari jeruji besi, dan sudah pulang ke rumah juga. Jadi karena itu Liana berpikir Nevan pasti bisa menggantikan dia menjaga Mamanya.

“Yaudah kalo gitu gue ikut.”

“Ikut apa?”

“Kuliah di Malang.”

Ucapan Gilang membuat Liana melotot. “Gila lo? Ngapain?”

“Jagain lo. Gue bakal ikut kuliah di Malang biar bisa jagain lo.”

“Jangan becanda, Lang!”

“Gue nggak pernah becanda.”

Liana mendengkus. Memang benar, sih, Gilang tuh tidak pernah becanda. Diajak becanda saja dia belum tentu tertawa apalagi becanda. Dia selalu menanggapi apapun dengan serius. “Terus sama Siska gimana?” tanya Liana setelah seperkian detik.

“Apanya?”

“Kalian mau LDR?”

“Kita udah putus,” ungkap Gilang. “Minggu lalu, dia ajak putus gue,” tambahnya membuat dirinya teringat akan kejadian minggu lalu.

Saat itu sepulang sekolah Siska tiba-tiba menghampiri kelas Gilang dan mengajaknya pergi ke atap sekolah. Dia berkata ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Tentu saja Gilang langsung menuruti permintaan pacarnya.

Teman ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang