2. now, I have become Binar.

30.3K 2.7K 35
                                    

Kamu tau apa yang benar benar hebat? Ketika hal yang begitu kamu idam idamkan telah kamu dapatkan. Seperti apa yang sedang terjadi pada Milen. Ia benar-benar menjadi apa yang ia impikan, menjadi seorang Binar.

Ia tak peduli dengan akhir menyedihkan Binar, atau kenyataan bahwa kasih sayang yang ia dapatkan hanya sementara. Karena itu tidak akan terjadi, ia akan mempertahankan apa yang ia dapatkan sekarang. Entah itu keluarga, teman , dan. . . Pacar? Ya, ia tak pernah mendapatkan itu semua di masa lalu.

Hari ini, Milenia Telah resmi menjadi Binar Jingga swastamita!

Omong omong soal marga. Binar memang benar anak kandung dari keluarga ragantara, namun karena marga ragantara terlalu aneh jika di cantumkan di nama seorang gadis, maka nama bunda Lena lah yang tercantum di nama Binar sebagai marga. Meski begitu ia tetaplah menjadi keluarga Ragantara.

Di cerita aslinya. Binar memang memiliki pacar yang menjadi seorang tangan kanan di gangster yang didirikan oleh pemeran utama. Namun sayang, pacarnya ini hanya dianggap sebagai jembatan agar Binar tetap bisa memandang ml dari dekat. Jika dilihat dari sisi luarnya memang pacarnya binar ini terlihat tak peduli tentang hal itu. Ia bahkan terlihat seperti tak memiliki perasaan pada Binar. Namun di akhir cerita, dijelaskan bahwa Arbe -binar bf- tulus dalam mencintai Binar walau tak pernah ditunjukkan.

Padahal di deskripsi kan bahwa arbe juga tak kalah tampan dengan ml. hidung mancung, tinggi 1.81cm tak lupa dengan bibir tipis dan mata datar yang selalu ia tunjukkan, jelas ia tak kalah tampan pula dengan sang ketua, itu adalah visual tangan kanan dari ketua gangster ini. -barusan adalah semua deskripsi yang di sebutkan tentang arbe di novel.

Dengan membayangkannya saja sudah terlihat bahwa dia sangat tampan walau terlihat dingin. Lalu kenapa Binar masih saja mengejar seorang lelaki yang memilih gadis lain? Entahlah, Milen sendiri juga tak paham. Tapi karena dia lah yang menjadi Binar, dia berjanji tak akan berpaling dari Arbe apapun yang terjadi.

Itu karena dia tak ingin keluarga barunya berakhir bangkrut di tangan ml yang geram akan tingkah Binar.

Ah lupa kan semua lamunan itu sejenak, mari kita fokus pada apa yang ada di depan kita.

"Lupa ingatan bisa bikin orang bisu ya?"

Binar merengut mendengar penuturan laki laki di depannya. Ini karena dia kesal dengannya, ia terus saja bertanya hal yang sama seperti lo beneran gk kenal gw? Masa sih? Coba tebak gue siapa, atau lo inget inget lagi deh. Semua pertanyaannya mengandung arti yang sama, "apa sih? Yang ngeselin itu kamu, dari tadi nanya mulu"

"Biar gue berhenti nanya, lo jawabnya yang bener"

"Kan dari tadi udah di jawab. "

"Lo dari tadi cuma ngangguk sama geleng geleng, yang bener jawabnya. "

"Yang penting kan jawab"

Lelaki di depannya ini menghela nafas berat. ia tak paham apakah hilang ingatan bisa merubah sifat orang? "Binar. sekali lagi gue tanya, lo tau nama gue gak? "

"Kamu Arbe Wisnu Putra Jendra kan? Tadi udah di kenalin sama Juna"

Arbe mengangguk paham, ia kembali terdiam memperhatikan Binar yang sangat sering melamun, entah apa yang di pikirkannya.
Ah mungkin gadis itu memikirkan kapan datangnya lelaki yang di cintai nya? Ia memang belum datang sama sekali sejak Binar masuk rumah sakit. Padahal penyebab Binar seperti ini adalah orang itu.

"Kangen Reka? "

Mendengar pertanyaan aneh dari arbe, Binar menoleh dengan kening mengerut. Reka? Reka danar wisastra? Kalo gak salah itu nama si ml kan? Jadi maksud nya aku lagi mikirin cowo lain? Oke, binar, ayo mulai akting lupa ingatan. "Reka siapa? Reka bapak kamu?"

"Oiya gue lupa lo amnesia"

Binar memiringkan kepala nya bingung. Ia mengedipkan mata nya dua kali, merasa ada yang aneh dengan Arbe. Ingin bertanya lagi, tapi ia takut terjadi ke salahpahaman. "Bunda sama Juna kemana? " Pada akhirnya, binar mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tadi keluar. Kenapa, hm? Laper?" Arbe yang semula duduk di sofa yang sedikit jauh dari brankar, berdiri lalu duduk dikursi tepat di samping binar.

Binar menggeleng cepat, ia kaget ketika melihat betapa tampan nya Arbe jika dilihat dari jarak sedekat ini. Mata nya Binar menatap arah tak menentu. "Ekhem, anu, aku cuma bosen aja. " Kata binar mencoba menutupi rasa gugup nya.

"Yaudah tidur. "

Binar menatap Arbe yang kini bersandar pada kursi sembari memainkan ponselnya. Ia terlihat seperti tak memiliki kekurangan dalam fisik. Bagaimana bisa Binar di dalam novel hanya memanfaatkan dia yang setampan ini.

"Ar, kenapa kamu bisa jadi pacar aku?"

Arbe melirik Binar tanpa meletakkan ponselnya. ia mengangkat satu alisnya tak paham. Kenapa pertanyaan seperti ini yang keluar dari bibir gadis di depannya? "Kenapa nanya gitu?mau putus? Udah cape manfaatin gue?" Entahlah, tapi arbe tak terima ketika pertanyaan itu keluar dari gadis di depannya. Bagaimanapun juga, ia tetap pacarnya bukan?

"Bukan gitu, kamu kan bisa dapetin orang yang lebih baik dari aku. Kamu sendiri yang bilang kalo aku manfaatin kamu, kenapa masih mau mertahanin hubungan toxic ini? "

"Gue sendiri gak tau kenapa mertahanin hubungan gak jelas gini. " Perhatiannya kini sepenuhnya berada di Binar. Tangannya tak lagi memainkan ponsel. Arbe berpikir apakah hari ini benar benar hari terakhir hubungannya?

"Kamu. . . Lagi suka sama orang lain ya? " Binar bertanya dengan nada menggoda. Tak ada maksud lain, Ia hanya ingin memastikan.

"Gue gak lagi tertarik sama siapa siapa"

"Oh gitu toh. Kalo gitu serah sih mau lanjutin hubungan yang kata kamu gak jelas ini atau udahan aja. "

Mereka bertatap dari mata ke mata. Entah apa yang dipikirkan mereka. Tapi melihat tatapan mata Arbe yang melembut. Bisa diartikan hubungan mereka akan tetap bertahan.

Menjelang malam, Namun Arbe masih belum memiliki niat untuk pulang. Entahlah apa yang dia tunggu sebenarnya.

'Cklek'

Pintu terbuka menampilkan Juna yang baru saja masuk dengan tas gitar di punggungnya. Sebelum Juna kesini, binar mengirim pesan untuk membawa gitar miliknya.

"Gila, cape banget kemana-mana bawa gitar kek gini. Lo mau ngelakuin ritual apa sih kak? "

"Ritual ndasmu. Udah siniin gitarnya" Bukan tanpa alasan Binar meminta Juna untuk membawa gitarnya. Ini adalah hobinya, dan ia merindukan jari jari nya menari di senar gitar kembali.

Juna mendekat lalu meletakkan gitar miliknya di kasur binar. Dengan pelan binar membuka tas ber'isikan benda yang ia rindukan. Lalu ia mengangkat gitar itu dan ia pangku untuk mencari posisi yang pas. Tidak lupa juga Binar menyetel senar gitar ketika dirasa nadanya sedikit sumbang.

"Kamu baru belajar gitar ya jun? " Tanya binar yang masih fokus pada gitar.

"Ha? Iya gue baru belajar. Lo tau dari mana tentang ginian?diajarin siapa? "

"Gak tau, aku cuma ngerasa kangen aja sama nih benda. " Binar mulai memetik senar. Dengan perlahan nada mulai tersusun dan terdengar indah.

Semua itu di saksi kan sendiri oleh Juna dan arbe yang sedari tadi masih disana. Mereka merasa heran dari mana binar belajar bermain gitar. Pasalnya binar bahkan tak pernah menyentuh benda itu.

"Oke! . . . Mau aku nyanyiin? "

.
.
.
.
.
.
.
.

◦•●◉✿Bersambung✿◉●•◦

◦•●◉✿Jangan lupa klik tombol bintang✿◉●•◦

Note: Selama beberapa bab, Binar akan menggunakan bahasa aku-kamu. Kenapa?? Dari awal, milen itu anak yang bisa di bilang baru pertama kali kenal dunia luar. Ini jadi alasan utama kenapa dia belum terbiasa dengan bahasa kasar.

Sweet Antagonist✓ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang