25. he....

11K 1.3K 60
                                    


Binar menatap tajam cowo di depannya. Padahal ia sudah mati-matian mengalahkan gengsinya. tapi cowo ini malah semakin besar kepala.

"nih dengerin ye, gue ogah batt sama lo suer. gak usah kepedean lo tapir! udahlah lo tinggal ikut gue bentar aja apa susahnya sih"

Reka memutar matanya malas, lalu tersenyum mengejek."ya lo tinggal bilang di sini apa susahnya?" balas Reka.

"Oasu, otak lo sekecil titid lo apa gimana?dibilang ini masalah pribadi masih aja ngeyel" Binar semakin kesal. Lantaran Reka masih saja tak paham apa yang tengah dibahas. "bacot, tinggal ikut" Imbuh Binar sebelum menarik tangan Reka.

Binar membawa Reka ke dalam kelasnya yang sedang kosong karena memang jam istirahat baru beberapa menit yang lalu dimulai.

"gue gak tau lo seagresif ini" Celetuk Reka saat sudah duduk di bangku milik Binar. dengan Binar yang duduk di depannya.

"gak usah ngelantur. gue cuma mau nanya bentaran"

Melihat ekspresi Binar yang mulai serius, Reka berhenti menggoda Binar lalu ikut memasang wajah seriusnya. "iya iya, apa?"

"lo pernah ngalamin kejadian janggal gak?kek kecelakaan gitu" tanya Binar.

"Pernah, minggu lalu"

Binar melebarkan matanya kaget. Berarti beberapa hari ini orang itu masih mengincar tokoh novel? "diapain lo?"

"motor gue di srempet, kagak ada otak tuh orang" Reka bercerita dengan menggebu-gebu.

"ngatain diri sendiri. terus kok lo gak ada luka? katanya minggu lalu?"

Reka mengangkat bahunya kecil. "gak sampe jatuh. gue sempet foto platnya, lagi nyari orangnya." ujar Reka dan hanya diangguki Binar. "ciee khawatir ye?"

Binar memasang wajah julid, lalu menggeleng pelan. "Ka, kirim foto platnya ye?" Binar tersenyum penuh harap.

"buat apa?"

"santet mobilnya" Jawab Binar ngawur. setidaknya Reka tetap membagikan fotonya walau alasan Binar tak masuk akal.

Binar pergi keluar kelas setelah fotonya berhasil terkirim di ponselnya. Sekarang dia akan kemana?tentu saja pergi mencari Arbe.

Senyum Binar terbit lebar. dia sungguh tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Benar, Novel memang sudah hancur. tapi Binar juga ingin melihat pelakunya lebih hancur dibanding novel itu sendiri.

"Arbe!" Panggil Binar seraya melambaikan tangannya tinggi.

Arbe menoleh menatap Binar yang masih tersenyum lebar. Tak menunggu lama Arbe berjalan menuju Binar dengan wajah datar seperti biasa.

"ayo"

Binar terkejut ketika Arbe menggenggam dan menarik tangannya pergi. "eh kemana?"

"bukti udah ada semua kan?yaudah ayo" lihatlah, padahal kakaknya yang akan menjadi tahanan. tapi dirinya terlihat sangat bersemangat.

Binar mengerutkan dahinya. "lo waras kan? ini kakak kandung lo yang mau di laporin loh."

Tak menjawab, Arbe tetap berjalan pergi menuju tempat parkir dengan Binar yang berjalan di belakangnya. "pak, saya ada urusan keluarga. Sudah izin ke guru Bk" Ucap Arbe seraya menyerahkan kertas kecil yang bertuliskan izin untuk pulang lebih dulu.

tanpa hambatan, Kini mobilnya pergi menuju kantor polisi. semua sudah siap, lalu apa yang ditunggu?tak ada. lebih baik diselesaikan lebih cepat.

Di dalam kantor polisi, sesekali Binar berdebat ketika pendapatnya berbeda dengan apa yang dipikirkan lawan bicara. Beruntung buktinya terpampang jelas di meja.

Sweet Antagonist✓ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang