28. she's sick.

11K 1K 6
                                    

Perlahan matanya terbuka setelah tertutup selama beberapa waktu. Penerang ruangan perlahan masuk ke dalam pengelihatannya. Gadis itu membuang nafas lega ketika tak lagi merasakan sakit di kepalanya.

Itu menyakitkan, sangat. Binar lebih memilih mati dengan keadaan mengenaskan seperti dimasa lalu dibanding mati secara perlahan seperti ini. "Mau mati ae ribet." gumam Binar.

"Nar?" Binar menoleh mencari sumber suara. Ah, ternyata itu Arbe yang baru datang.

"ya?" Jawab Binar.

Arbe berjalan mendekati Binar, lalu tersenyum tipis menghadap Binar. "Ada yang sakit?" tanya Arbe.

Dahi Binar mengerut. "Lo lagi kesurupan apa gimana?"

"Jawab yang bener Binar."

"enggak sakit."

Arbe mengangguk mengerti dan tersenyum manis lagi. Entahlah, Binar pun tak paham dengan suasana hati Arbe. "Kenapa senyum-senyum? lagi kasmaran yaa?" tanya Binar penasaran.

"Ini biar lo ketularan sama senyum gue." Alasan tak masuk akal. Yeah, Binar sudah terbiasa dengan sifat aneh Arbe.

Arbe meletakkan buah di nakas sebelah brankar, lalu duduk di kursi dekat brankar. "Dari kapan ngerasa sakit?" Suasana menjadi serius secara mendadak.

"Dari... kapan ya?lupa." Tidak benar-benar lupa, Binar hanya malas mengingat. Merasa pusing kembali menyerang, Binar menutup matanya. "berapa lama aku tidur?" Tanya Binar dengan mata tertutup.

Arbe bersandar pada kursinya. "Dua hari." jawab Arbe.

"bunda sama ayah kemana?"

"kerja."

Tak ada lagi pembahasan. Binar kembali menutup matanya, sedangkan Arbe mengupas apel untuk Binar makan nanti.

Tangan Binar terangkat, lalu menyentuh pucuk kepalanya yang tertempel sesuatu. "ini apa?" tanya Binar tak mengerti.

"jangan disentuh. masih sakit?bentar gue panggil dokternya dulu." Arbe hendak berdiri dari kursi, namun terhentikan oleh gelengan Binar.

"Gak usah, gue gapapa kok."

Arbe mengangguk mengerti, dan duduk di posisinya semula. Tangannya kembali mengupas apel dan beberapa buah yang lain. "Semangat sembuhnya ya." Ucap Arbe.

Binar yang baru menutup matanya, kini terbuka lagi. "Seharusnya gue yang bilang gitu. bertahan ya?jangan jadiin gue alasan buat lo bertahan disini." Balas Binar seraya mengembangkan senyum manisnya.

Ekspresi Arbe berubah tiba-tiba. Laki-laki itu tak pernah tau jika Binar mengetahui semua hal tentang dirinya. Sekarang, apakah Binar jijik pada dirinya? "Gue gak ngelarang lo benci sama gue."

"gue juga gak pernah punya niat buat benci sama lo." Balas Binar. Gadis itu menolehkan kepalanya secara perlahan menghadap Arbe. "Lo inget kan waktu lo main sama gue di mall waktu itu??lo kalah. jadi, kesempatannya masih bisa di pake gak?" Tanya Binar.

Orang yang menjadi lawan bicara Binar hanya mengangguk patuh. "of course. mau minta apa?"

"Jangan pernah nyerah sama takdir, gue tau lo masih bisa bertahan."

Arbe bergeming. Dia tak tau harus menjawab bagaimana, pasalnya Arbe pun masih belum mengerti dengan dirinya sendiri. Sekarang katakan bagaimana caranya bertahan jika obat yang menjadi alasan dirinya bertahan sedang diambang kematian?

"Lo diem, gue anggep lo sanggup nerima permintaan gue." Setelah mengatakan ini, Binar menutup matanya yang sudah sangat berat. Sedangkan Arbe pergi keluar untuk menemui dokter.

Sweet Antagonist✓ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang