Ekstra part : Side story

9.3K 339 5
                                    

Disclaimer! Ini cerita yang udah aku tulis 2 tahun lalu, tapi selalu lupa mau publish. aaaaaa maaf:(((

Haiii, kembali lagi sama akuuuu haha. Anw, ini bukan
cerita full tentang kehidupan Arbe yaaa. Ini hanya potongan peristiwa dikehidupan Arbe. Jadi alurnya maju lebih cepet, atau bisa aja malah mundur. Jadi mohon maaf kalo agak susah dimengerti....

But ya, here we go!!!
_______________________________________________


"Adik-adik, tolong jangan buat keributan yaa... Baris yang rapi. "

Luasnya lapangan tak membuat napas lega terdengar, lantaran matahari menyengat hingga membuat peserta MPLS berebutan mencari tempat teduh.

Berbeda dengan satu lelaki yang masih berdiri di tengah lapangan tanpa memiliki niat ikut berebutan dengan teman sebayanya. Ia hanya diam dan memandang lurus kedepan.

"Permisi... " Suara kecil terdengar dari arah belakang laki-laki itu, dia menoleh dan mendapati gadis manis berdiri tak jauh darinya.

Walau begitu, ia hanya mengangkat satu alisnya sebagai tanda apa yang diinginkan gadis itu. Mungkin baginya terlalu merepotkan untuk menjawab sapaan gadis ini.

"anu, kamu dipanggil kakak Osis hehe... " Ucap gadis itu, ia terlihat gugup. Matanya melirik kearah dada lelaki di depannya guna melihat name tag. "Arbe Wisnu Putra Jendra ya?? " Imbuhnya.

Arbe, yang namanya disebut juga ikut melirik name tag milik gadis itu. Binar Jingga Swastamita, ternyata gadis sok kenal ini namanyan Binar. Tak mau mendengar cicitan gadis tadi, Arbe berjalan menjauh dan pergi menuju tempat para anak Osis berkumpul.

"Misi, manggil gue kak? " Tanya Arbe langsung, tanpa basa basi. Tak ada yang menjawab, gerombolan Osis tadi hanya menatapnya bingung.

"Keknya gak ada deh.... " Ucap salah satu anak osis yang menjadi perwakilan teman-temannya.

Tanpa permisi Arbe pergi, ia berjalan entah kemana. Lelaki itu terlihat kesal karena merasa telah dibuat lelucon. Walau begitu, Arbe juga terlalu malas untuk mencari gadis sok kenal tadi.

'Puk'

Merasa ada seseorang yang menepuk punggungnya, Arbe sontak berbalik badan. "Lo kek anak ilang, mana lempeng lagi... Udah ayo gabung sama temen gue. " Lagi dan lagi Arbe bertemu dengan orang yang menurutnya sok dekat dengan dirinya. "Oiya, salken Abip kasep. " Imbuh cowo tadi, seraya berjalan di depannya.

Padahal dirinya sendiri yang menganggap orang di depannya sok dekat dengan dirinya. Tapi Arbe tetap mengikuti jalannya Abip, tanpa ada bantahan sedikitpun.

Ya, ini adalah awal mula dimana dirinya bertemu dengan sosok Binar dan semua teman-temannya. Jika saja Abip dan Binar tak menyapa dirinya terlebih dahulu, mungkin saja Arbe tak akan pernah mengenal mereka.

•••

'bugh'

"Harusnya kamu tau! kamu nggak seberapa sama kakakmu yang jelas udah bisa diandelin! Kamu mati pun saya nggak peduli! Dasar bipolar!" Suara lelaki yang menjabat sebagai papa untuk Arbe terdengar lantang. Untuk kesekian kalinya dia pulang dengan botol alkohol ditangannya.

Malas membalas, Arbe berjalan pergi kekamarnya tanpa mendengar teriakan papanya.

Dengan perlahan, ia membasuh wajahnya yang dipenuhi memar. Ini menyakitkan, Arbe ingin pergi tetapi dirinya masih tak tau dimana pintu menuju kematian.

Ia keluar dari kamar mandi, lalu membuka laci samping tempat tidur dan mengambil pil penenang. Tanpa menghitung jumlah obatnya, ia menelan semua pil yang ada ditangannya.

Sweet Antagonist✓ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang