15. spoiled man.

18.7K 1.9K 49
                                    

Waktu sudah menunjukkan sore menjelang malam. Tapi Binar masih berada di apartemen Arbe dengan alat masak di tangannya. Ya, karena tadi dia belum sempat makan, jadi Binar berencana memasak. Untuk skill memasak, bisa di bilang lumayan lah.

Walau begitu, pikiran Binar terbagi pada dua hal. Salah satunya tentang kakak Arbe. Zevallo Arditya Jenandra adalah anak pertama dan pewaris pertama keluarga Jendra.

Yang membuat Binar bingung, kenapa kak Zeva berkata seolah olah dia menolak hubungan dirinya dengan Arbe? Selain itu, jika kak Zeva berkata bahwa Arbe sempat melawan itu berarti pernah ada pertengkaran diantara keduanya.

"Binar." Pikiran Binar buyar seketika. Tubuhnya direngkuh dengan ringan oleh Arbe yang berada di belakangnya.

"Jangan kek gini, susah masaknya." Tutur Binar.

"Yang masak kan tangannya, bukan semua badannya"

"Arbe, janji ya! Gak boleh pake gue-lo, harus pake aku-kamu"

Sekian detik Arbe diam dan hanya terus mengusapkan hidungnya di rambut Binar, "kenapa gitu? "

"Ya biar impaslah, masa cuma aku yang pake aku-kamu?" Kesal Binar dengan bibir melengkung ke bawah.

"Iya iyaaa"

Merasa masakannya sudah matang, binar melepaskan tangan arbe yang berada di perutnya. Lalu meletakkan makanannya di piring yang sudah disiapkan. Kemudian binar mengangkat dua piring ditangannya dan menuju meja makan.

Gadis itu duduk di depan arbe, "Nih, ayo makan" Katanya sembari menyodorkan piring milik arbe.

Senyum Arbe terbit, dia memasang wajah manis didepan Binar. "Suapin"

"Dih, manja, kamu kan punya tangan" Alis Binar menukik dengan bibir melengkung kebawah.

"Tapi aku kan mau pinjem tangan kamu. "

"Kenapa harus pinjem? Kan udah punya sendiri sendiri" Kesal Binar.

Mungkin Arbe tak memiliki kata kata untuk membantah binar. Sehingga dia hanya memasang wajah melas di depan gadisnya. Ah, ternyata di tau kelemahan Binar. Tanpa berkata Binar menyodorkan sendok penuh makanan di depan mulut Arbe. "Siapa yang ngajarin kamu manja? "
Tanya Binar, tapi Arbe malah menunjuk Binar.

"Aku?!"

Arbe menelan cepat makanan di mulutnya, matanya melebar dengan kepala menggeleng panik.

Sedangkan Binar hanya mendengus kesal karena Arbe berbohong. Namun bagaimanapun juga, Binar tak bisa membantah jika dia senang dengan momen ini. Jarang jarang kan Arbe manja seperti ini?

Setelah makan, mereka berniat menonton film horor yang 'katanya' seru. Binar duduk di sofa menghadap televisi dan Arbe masih berada di dapur menyiapkan camilan.

Dia kembali dengan dua piring camilan di tangannya sembari berjalan ke arah sofa. Film sudah dimulai sejak tadi, tapi Arbe baru duduk setelah menyelesaikan kegiatannya. Ia duduk di samping Binar lalu mengangkat kedua kaki Binar untuk diletakkan di pahanya.

"Ehh-? "

"Gini aja" Arbe bersandar secara menyerong dan menatap dalam Binar.

"Ini namanya kamu nonton aku, bukan nonton filmnya..."

"Ya gapapa. kamu nonton filmnya aja"

Bukannya menurut, Binar malah balas menatap Arbe dengan posisi yang sama dengan Arbe. Bersandar secara menyerong dengan kepala yang disenderkan pada sofa. "Arbe"

"Hm? "

"Kamu tengkar sama kak Zeva? " Tanya Binar.

Lelaki di depan Binar menatap Binar aneh. "Enggak. Kamu masih mikirin kak Zeva tadi? "

Sweet Antagonist✓ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang