16.he knows

16.9K 1.7K 33
                                    

Matahari bersinar dengan terik. Ini adalah hari sabtu, hari yang sudah ditetapkan untuk bertemu dengan Zevallo. Dan disinilah dia berada, di tempat yang kemarin ditetapkan. Duduk berdua dengan orang yang kemarin sempat membuat dirinya takut.

Belum ada pembahasan, lantaran mereka hanya diam dan saling menatap dengan minuman di meja. Merasa kesal dengan keheningan, Binar mengalah untuk memulai pembicaraan. "Jadi...ada apa ya kak? " Tanya Binar sopan.

"Kamu bukan Binar." Tepat ketika kata-kata ini dilontarkan, Binar mematung dengan jantung berdetak kencang. "Apa kamu percaya bahwa dunia ini hanya novel? " Tanya Zeva dengan aksen formal andalannya.

"Eum, kak Zeva dari duniaku juga? " Tanya Binar lagi mencoba memastikan.

Senyum miring tercetak di bibir Zeva, "oh bener toh? Nope, saya bukan dari duniamu. Saya hanya tokoh novel yang sadar akan semua yang terjadi. "

Binar terdiam, dia merasa terjebak. Jika saja dia tadi tetap berpura-pura, mungkin pria di depannya ini tak akan tau jati dirinya. Sekarang, ia tak perlu lagi berpura-pura. "Udah tau kan? Sekarang mau lo apa? "

"Jalan ceritanya berubah karena kamu" Suara pria itu terdengar tajam, berbeda dari beberapa menit yang lalu.

Binar mengernyit, dia jelas tak setuju dengan kata kata Zeva. "Dih, enggaklah! Dari awal gue dateng, nih cerita udah kacau. "

"Siapa bilang kamu yang ubah jalan cerita novel? Saya yang ubah semuanya. Tapi kamu yang kacau-in semua jalan cerita yang saya buat sendiri."
Dari apa yang baru saja Zeva katakan, secara tidak langsung dia mengungkapkan bahwa dirinya lah yang menghancurkan alur novel. Dan mencoba untuk membuat alur sendiri.

Gadis yang menjadi lawan bicara Zeva, hanya diam membisu dengan tatapan tajam. Bagaimana tidak? Dia berusaha dengan sangat baik agar alur cerita tetap pada jalannya. Sedangkan pria di depannya? Malah dengan seenaknya menghancurkan alurnya.

Binar menarik napas pelan "Shit! jangan bilang yang bikin Binar mati itu lo?"

"Haha, kamu cukup pintar. "

Mata binar tertutup rapat dengan kepala mendongak. Ia tengah menahan amarahnya. Lalu perlahan matanya kembali terbuka dengan pandangan tajam "lo tau ini dari mana?" Tanya Binar.

"Saya punya novelnya" Jawab Zeva.

"Gue gak paham apa yang lo rencanain. Tapi lo bangsat, tolol, bego! Semuanya beda karena ada makhluk kek lo di novel!" Oceh binar. Bibirnya terus mengeluarkan kata kata kasar. Tak lama kemudian Binar berdiri dan bersiap untuk pergi. Tapi badannya mematung secara tiba tiba karena kata kata yang di lontarkan Zeva.

"Kamu tau? Bukan hanya saya yang tau akan hal ini. Arbe Wisnu Putra jendra, orang yang mungkin sekarang menjadi kekasihmu, juga tau semuanya." Kata Zeva dengan santai. "Apa kamu masih berpikir bisa tetap berada di dunia ini dengan kebahagian? " Lanjutnya.

Binar menghembuskan napas pelan, dia mengangkat dagu tinggi dan menatap Zeva rendah "gak masalah. Toh gue bakal pergi bentar lagi" Kini Binar telah pergi dari tempatnya.

Jika Arbe sudah tau, kenapa dia kemarin masih bersikap seolah-olah semuanya tetap sama? Kenapa dia tak langsung pergi? Kini dirinya merasa seperti orang bodoh.

Gadis itu masuk kedalam mobil miliknya, dan pergi menuju rumah. Dia tak akan langsung menemui Arbe, karena melakukan itu juga perlu menguatkan hatinya.

Tak lagi bisa memendam rasa takutnya, mata Binar di banjiri air mata. Dia merasa kecewa, tapi disini dirinya lah yang salah. Dia menipu semua orang.

Mungkin gadis ini tak lagi bisa menahan tangisan walau telah menggigit bibirnya untuk meredam sesegukan. Hingga dia memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan yang lumayan sepi, lalu menangis dengan tangan yang menutupi wajahnya.

"Terus ini gimana lagi?..." Gumam Binar di sela-sela tangannya. Kepalanya dipenuhi kebingungan.

"Gue bodoh banget sih?kenapa nggak sadar dari awal?" Ya, gadis ini terus saja melontarkan kata kata buruk pada dirinya sendiri. Kini kebiasaan buruknya dikehidupan lalu kembali terulang.

Perlahan tangannya menjauh dari wajahnya ketika merasa kepalanya pusing. Dan matanya menatap kedua telapak tangannya yang basah. Tidak hanya air mata yang menjadi penyebab tangannya basah, karena di sana terdapat darah yang berasal dari hidungnya.

"Ketiga kalinya..." Bukannya membersihkan darahnya, Binar malah memejamkan matanya dengan badan yang bersandar pada kursi mobil. Darah terus mengucur melewati hidung dan lehernya. Ah, sepertinya Binar sudah sangat pasrah.

Dia benar-benar terlelap, entah karena tidur atau karena kesadarannya yang hilang. Beruntung mobilnya dalam keadaan mati.

Jika kalian berpikir kenapa Binar tak pergi ke dokter dan malah santai-santai saja? itu karena Binar merasa percuma. Dirinya memang dari awal sudah mati, ia tak ingin repot-repot pergi ke dokter jika pada akhirnya akan tetap pergi.

Itu hanya akan sia-sia.

Tapi sekarang, Binar berharap waktu kepergiannya lebih cepat. Ia sangat takut melihat tatapan benci dari Arbe. Mungkin saja kan? Selama ini Arbe terus tertawa karena melihat tingkah bodohnya.

Ketika menjelang malam, gadis yang sedari tadi masih terlelap kini mulai membuka mata secara perlahan.

Hidungnya merasa tersumbat. Jadi dia mengambil tisu basah dan membersihkan darah kering yang ada di leher dan dagunya. Ugh, baju nya ternyata juga sudah terkena darah. sudah pasti keluarganya-ah tidak, maksudku keluarga Binar pasti akan marah dan mengomel.

Tapi ya, pada akhirnya gadis ini tak peduli dan tetap pulang dengan keadaan seperti itu. Tepat ketika mobilnya terparkir di halaman rumahnya, baru lah Binar bisa mendengar suara ramai dari dalam rumahnya. Mereka semua ada di rumah.

Binar keluar dari mobil lalu menuju rumahnya. Perlahan tangannya membuka pintu, lalu mengintip. Sialan, semua orang secara mendadak terdiam dan menjadikan Binar pusat perhatian.

"Astaga binar! Kenapa baju kamu banyak darah gini? Kamu habis jatuh?" teriak Bunda Lena yang terlihat panik. Tak hanya bunda Lena, ayahnya dan adiknya juga datang mendekati Binar.

"Astagaaa, kamu baru beberapa hari gak ngomong sama ayah, sekarang makin sering bikin ulah aneh aneh! "

"Kak, lo mau belajar jadi kuyang? "

"Apa sih! Lo pikir gue mau belajar ilmu hitam?ini tadi cuma darah ayam "

"WAH! LO MAU NGEREOG?!"

"UDAH AH! Semuanya, Binar gapapa kok, oke?dah Binar mau mandi dulu. " Pamit Binar dan segera berjalan pergi meninggalkan semua orang yang mengomel.

Bukan kurang ajar. Tapi Binar seperti itu agar dirinya tidak terlalu sering menipu keluarga asli Binar. Selain itu, Binar juga tak tau harus menjawab apa.

Seperti apa yang tadi di katakan, dia akan mandi dan membersihkan badannya dengan berendam sedikit lama.

Lagi dan lagi baju bekas tadi diletakkan pada sebuah kotak yang berada di bawah tempat tidur. Binar berpikir akan membuangnya besok.

Malam ini, gadis itu mungkin tak akan tidur dengan tenang. Dia harus bersiap untuk besok, dimana dia akan bertatap muka kembali dengan Arbe.

Besok, dia akan mengatakan semuanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Eyyy yoww, haiiii
Jangan lupa vote ya-! Hehe :D
Maaf atas kesalahan kata atau penempatan kata yang mungkin mengganggu aktivitas baca.
Karena aku akan revisi ulang kalo cerita ini end.
Sekali lagi aku minta maaf ya :)

Oh iya, boleh dong follow authornya jika memang sudah nyaman :))

Sweet Antagonist✓ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang