30. it's all over.

16.4K 1.4K 85
                                    

Langit dipenuhi awan gelap, seolah ikut berduka cita atas kepergian seorang gadis cantik.

Ditempat pemakanan yang sekarang di penuhi teman-teman Binar, semua orang menangis tersedu-sedu saat melihat batu nisan yang memiliki dua nama.

Iya, bunda Lena memberikan apa yang menjadi permintaan terakhir anak gadis satu satunya. Meski begitu, Ia masih tak kuat walau hanya menatap batu nisannya.

Sedangkan dibaris terdepan dari banyaknya orang, Arbe berdiri dengan punggung tegarnya. Matanya tak basah dan hanya menatap kosong kedepan. Ia terlalu lelah meraung dengan tangisan.

Pemikiran positifnya terasa sia-sia saat melihat Binar tertidur dengan jantung yang berhenti berdetak.

Untuk waktu yang lama Arbe tetap berdiri dan membiarkan satu persatu orang pergi dan meninggalkan dirinya sendiri.

"Gue bodoh banget ya?harusnya gue gausah tidur waktu itu..." Gumam Arbe.

Air matanya tak lagi bisa ditahan hingga harus meleleh dari mata yang memiliki tatapan kosong.

Badannya terasa lemas saat membayangkan betapa banyaknya memori yang tak akan pernah ingin ia lupakan. Arbe berlutut di depan nisan gadis yang menjadi obatnya selama ini.

"Gimana bisa lo nyuruh gue bertahan padahal gue sendiri gak punya arah tujuan?" Monolog Arbe.

"I'm alone, you know that. So why did you leave me?"

Arbe menunduk dalam, dengan mata yang belum berhenti mengeluarkan air. "Saya membenci diri saya sendiri...."

Hujan mulai turun, tetapi Arbe masih berada di posisi yang sama. Ia seperti menghukum dirinya sendiri, padahal sudah jelas jika ini memanglah permainan takdir dan bukan kesalahan dirinya.

Kepergian Binar menjadi pukulan besar bagi Arbe yang menganggap Binar adalah satu-satunya yang masih berdiri di sampingnya.

Sekarang Arbe benar-benar sendiri, tanpa memiliki niat untuk mencari pengganti Binar. Untuk menyerah pun, Arbe takut jika Binar kecewa pada dirinya.

.
.
.
Pada akhirnya, kisah ini berakhir dengan luka Arbe yang menjadi penutupnya.

Binar telah pergi seperti apa yang diinginkannya.

Tidak, ini bukan kesalahan semesta melainkan takdir yang dengan kejamnya mempermainkan kematian dalam suatu candaan.
.
.
.
.
.
.
.

Sweet Antagonist✓ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang