Bab 12

261 27 0
                                    

Matahari terasa begitu terik siang ini, tidak semua orang menyukai cuaca yang panas. Sekali pun mereka yang lahir dan dibesarkan di negara tropis, seperti Kaisha. Siang ini, dirinya terlihat berada di depan kap mobilnya yang sudah terbuka dengan satu tangannya berkacak pinggang. Sebagian rambutnya terikat asal-asalan dengan pelipisnya yang berkeringat, selagi tangan lainnya tengah memegang ponselnya untuk menelpon seseorang. Setelah panggilan ketiganya, Gian yang dihubunginya sejak tadi mengangkatnya, "Halo, maaf handphone gue di-silent. Kenapa?"

"Gi, tolong kirimin nomor kenalan lo yang bisa service mobil dong. Mobil gue gak mau nyala."

"Tiba-tiba banget? Bentar, habis ini gue kirimin nomornya."

"Alright, thanks ya." Kaisha langsung mematikan panggilannya dan kembali mendekat untuk dapat memperhatikan mesin mobilnya. Sama sekali tidak mengerti bagian mana yang bermasalah, meskipun ia sudah memandangi mesin mobilnya sejak tiga puluh menit yang lalu. Sebuah mobil terlihat memasuki wilayah plataran parkir fakultasnya dan tiba-tiba berhenti di belakangnya, Kaisha tak acuh. Sampai seseorang membuka kaca mobil dan memanggilnya, "Key?"

Kaisha menolehkan kepalanya ke belakang, menemukan Aksa yang berada di dalam mobil tersebut. Perempuan itu memutar tubuhnya, mengerutkan dahi kebingungan, "Lo ngapain parkir di sini?"

"Gue ada diskusi sama BEM FISIP. Mobil lo kenapa?"

"Oh," Kaisha mengedikkan bahunya, lalu kembali berkata, "Gue juga gak tahu."

Aksa memangutkan kepalanya, "Gue parkir bentar. Coba gue cek habis ini."

Ucapan Aksa membuat Kaisha kemudian mengurungkan niatnya untuk menghubungi nomor yang baru saja didapatkannya dari Gian. Aksa dengan cepat mendapatkan parkir untuk mobilnya, sebelum laki-laki yang terlihat santai mengenakan jeans hitam dengan hoodie bewarna senada itu berjalan ke arah Kaisha. Perempuan itu menggeser tubuhnya agar memudahkan Aksa melihat bagian dalam mesinnya. Badan tingginya membungkuk di bawah kap mobil dan Aksa mulai mengotak-atik beberapa kabel yang berada di sana, Kaisha hanya memperhatikannya. Aksa kemudian kembali menegakan tubuhnya dengan tangannya yang terlihat sedikit kotor dan menjelaskan pada Kaisha, "Kayaknya alternator mobil lo yang bermasalah, Key."

"Lo gak bisa benerin ya?"

Aksa setengah tertawa mendengar pertanyaan Kaisha yang baginya cukup lucu. Cukup menandakan bahwa perempuan di sampingnya sama sekali tidak mengerti mengenai hal yang berkaitan dengan mesin mobil, "Gak bisa. Kalau lo gak keberatan kuncinya kasih gue aja. Nanti biar dibenerin temen gue dulu, ada yang biasa benerin mobil soalnya. Kebetulan anaknya juga tinggal deket kampus."

"Lama gak? Gue mau balik soalnya," ujar Kaisha jujur karena sudah merasa tidak nyaman dengan teriknya matahari yang rasanya sejak tadi sudah menusuk kulitnya.

"Gak tahu. Kalau mau gue anterin balik aja, gimana?"

Kaisha menatap Aksa selama beberapa saat, terlihat ragu untuk mengiyakan tawaran yang diterimanya. Ia mencoba mencari alasan dengan bertanya, "Lo 'kan mau ketemu BEM?"

"Oh, sebenernya masih jam tiga kok. Lo mau minta jemput Gian juga dia lagi ke Yogya, 'kan?" tanya Aksa memastikan. Sejak dua hari lalu Gian pergi ke Yogyakarta setelah mendapat kabar kematian neneknya di sana. Kaisha melihat jam tangannya dan menghela napas, "Lo gak keberatan?"

"Santai, lo balik ke mana?"

"Daerah Fatmawati. Lumayan jauh sih dari sini," balas Kaisha.

Can You Love Me Naked?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang