Sesuai dengan rencananya hari ini, Kaisha pergi ke toko buku. Ia mengitari beberapa sudut toko buku tersebut. Menghentikan langkahnya untuk membaca beberapa buku yang menarik perhatiannya. Tidak membutuhkan waktu yang bagi Kaisha untuk memilih berbagai buku yang akan dibelinya secara impulsif. Kedua tangannya kini sudah membawa setumpuk buku yang beraneka ragam. Ia kemudian menuju kassa dan meletakan sejumlah buku yang dibawanya untuk dibayar. "Denallie Kaisha, ya?"
Kaisha yang tengah sibuk merogoh tasnya untuk mencari dompet kemudian mendongakan kepalanya. Ia menatap kasir perempuan yang sedang melayaninya dan memilih mengangguk selagi tersenyum. Melihat perempuan di hadapannya tersenyum, kasir tersebut sepenuhnya yakin bahwa ia tidak salah orang. Senyumnya kemudian mengembang kepada Kaisha, tanpa melupakan tugasnya untuk melayani.
"I'm one of your fans."
"Saya?" Kaisha bertanya untuk memastikan.
Kasir tersebut mengangguk dengan wajah yang terlihat sumringah. "Ya, saya penggemar Mbak Kaisha. Saya senang setiap kali berbagai majalah menggunakan foto Mbak Kaisha sebagai cover-nya. You look more gorgeous in person."
"Terima kasih." Balas Kaisha dengan tersenyum selagi menyerahkan kartu debitnya untuk membayar.
"Mbak Kaisha memang tidak ada rencana untuk kembali ke dunia model?"
Kaisha memilih untuk tidak merespon pertanyaan yang dilontarkan padanya. Ia hanya tersenyum tipis dan menunggu kasir dihadapannya untuk segera menyelesaikan proses pembayaran. Kasir tersebut memasukan buku yang dibeli oleh Kaisha ke dalam kantung plastik dan berkata, "Padahal sayang ya. Saya sebenarnya gak peduli tentang Mbak Kaisha selingkuh atau tidak. Menurut saya, Mbak Kaisha salah satu model terbaik."
Selingkuh. Hari ini, dirinya sudah mendengar kata tersebut dilontarkan padanya. Sebuah fakta yang diketahui oleh banyak orang. Sejak tiga tahun lalu, Kaisha memilih untuk berhenti dari dunia permodelan. Dunia yang sudah digelutinya sejak kecil dan membuatnya memiliki nama cukup besar. Kaisha dikenal sebagai salah satu model profesional. Namun, sudah tiga tahun terakhir ia memilih untuk berhenti, tanpa adanya penjelasan yang pasti.
Kaisha tidak mengerti bagaimana ia harus menggambarkan harinya. Isu tentangnya yang selingkuh membuat dirinya merasa tidak nyaman. Pada sisi lain dari dirinya, Kaisha juga merindukan dirinya yang bisa percaya diri di depan kamera. Nyatanya, ada satu dan banyak hal dari dirinya yang berubah sekarang. Kaisha sudah berada di dalam taksi dengan pandangannya yang kosong menatap luar jendela. Tidak benar-benar tahu apa yang sedang berada dalam pikirannya. Ia tersadar dari lamunannya ketika menerima pemberitahuan dari salah satu kanal berita. Hanya dengan melalui layar ponselnya, netranya dapat membaca sebuah judul berita. Satu judul yang cukup membuatnya yakin bahwa ini bukan hari yang baik untuknya.
"Pelaku Pelecehan Seksual Dibebaskan, Keluarga Korban Menuntut Keadilan"
Seketika dirinya merasa mual dan memilih untuk memejamkan matanya. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya, ketika napasnya mulai terasa berat. Kaisha belum benar-benar membaca isi beritanya, namun judul yang dibacanya mengingatkannya kembali. Isi kepalanya kemudian didominasi dengan segala memori yang tidak ingin diingatnya. Seberapa besar upaya Kaisha untuk menolak, kepalanya dengan jelas masih menangkap setiap kejadian yang pernah terjadi padanya. Key, gak sekarang. Seenggaknya tunggu sampai lo udah masuk ke apartemen.
Kaisha berhasil mengendalikan dirinya sampai di apartemen. Sesampainya di apartemen miliknya, Kaisha segera berlari ke kamar mandi yang ada di kamar utama. Ia langsung memuntahkan isi perutnya hingga membuat tubuhnya merasa lemas. Kepalanya tidak berhenti mengingatkannya atas segala memori buruk yang terpatri di sana. Kaisha masuk ke dalam kamarnya yang terlihat remang-remang karena minimnya penerangan. Dirinya meringkuk di atas kasur dengan menutup kedua telinganya sendiri. Bukan hanya kepalanya yang membuatnya merasa tidak tenang. Namun, kini telinganya mendengar segala sesuatu yang sejatinya ia sadari bukan suatu hal nyata. Sore itu, Kaisha lepas kendali dan merasa kalah dengan dirinya sendiri.