Bab 13

392 26 0
                                    

            Tidak setiap individu yang tidur larut malam akan terganggu dengan matahari pagi. Sinar yang menembus melalui celah tirai kamar itu menyentuh permukaan wajah Kaisha. Perempuan itu secara perlahan membuka matanya, lalu menatap jam digital yang berada pada nakas di samping kasurnya. Jam sudah menunjukan pukul enam pagi. Ia terdiam sesaat, seolah-olah sedang mengumpulkan nyawanya secara utuh dan bangun dari posisinya. Menjadi rutinitas pagi untuknya langsung ke kamar mandi mencuci wajah dan menggosok gigi. Sebelum ia menyibukan dirinya mulai dari membersihkan apartemennya, sampai menyempatkan diri berolahraga. Ia memiliki waktu luang karena hanya ada satu kelas hari ini, pukul dua siang.

Kaisha sudah terlihat duduk di sofa yang berada di ruang apartemennya, membiarkan televisi di hadapannya tidak menyala. Sudah menjadi hal biasa juga untuk Kaisha membuat ruang apartemennya menjadi sunyi, mungkin juga sepi. Ia menyendokan sereal ke mulutnya ketika ponselnya tiba-tiba berdering, menandakan adanya pesan yang masuk. Matanya tertuju pada benda kecil yang diletakan di sampingnya, mengerutkan keningnya ketika melihat sebuah nomor tak dikenal pada layar ponselnya.

[ 081855199889 : Kunci mobil lo ada di gue.

081855199889 : Lo ke kampus jam berapa?

081855199889 : Aksa. ]

Ketika jemarinya sibuk untuk membalas pesan dari Aksa, sebuah panggilan masuk membuat layar ponselnya menunjukan sebuah nama. Tanpa ragu Kaisha langsung mengangkatnya dan bergumam karena mulutnya yang masih sibuk mengungyah, "I'm still breathing."

"I know," suara Gian terdengar di ujung panggilan dan bertabrakan dengan hembusan angin, ia sedang berada di luar rumah. Cuaca Yogyakarta hari ini sedang sangat berangin, "Lagi di mana?"

"Apartemen, kenapa?"

"Mobil lo kemarin jadinya gimana? Udah beres?"

Kaisha meletakan mangkuk yang dibawanya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Menatap langit-langit sambil tetap memegang ponselnya, "Udah kok. Kemarin dibantuin sama Aksa, kebetulan dia lagi ke FISIP."

"Baru ini gue tahu lo biasa aja kenal sama cowok."

Ucapan Gian seketika membuat Kaisha mendengus kesal dan memutar bola matanya, tanpa diketahui teman laki-lakinya itu, "Gue selalu biasa aja."

"You are not, buktinya lo mau buat dianterin dia balik ke apartemen?"

Kaisha mengernyitkan dahinya, berpikir mungkin Aksa yang memberitahu teman laki-lakinya. Namun, dugannya dipatahkan langsung oleh Gian yang terdengar kembali bersuara, "Nomor yang gue kasih ke lo itu temen gue yang nyamperin kemarin."

"Oh," respon Kaisha singkat.

"Terus lo hari ini gimana ke kampusnya?"

"Naik taksi mungkin?"

Jelas Gian tidak menyukai ide Kaisha untuk naik taksi sendirian. Terakhir kali teman perempuannya kambuhketika sedang berada di taksi sendiri, "Bareng sama Aksa aja. Setahu gue hari ini dia ada jadwal ke kampus."

"Gak usah, Gian."

"Key, gue lagi jauh sama lo. Gue gak mau kejadian beberapa waktu lalu kejadian lagi, please?"

Terdengar Kaisha menghela napas panjangnya. Terdiam sejenak memikirkan dirinya yang tidak berhenti membuat Gian selalu khawatir padanya. Demi membuat Gian tenang, Kaisha mengiyakannya dengan terpaksa, "Oke."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can You Love Me Naked?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang