Bagian 43. Bukan Amendor

848 27 5
                                    

Aku hanya ingin dekat dengan Haisha. Aku bertanya hanya untuk menujukkan besarnya perhatianku padanya. Kenapa Haisha tiba-tiba merasa aku tengah bermain-main dengannya?

“Bicara denganmu membuatku kesal! Jangan dekati aku lagi!” Haisha menjauh dariku.

“Aku juga tidak mau dekat denganmu!” Aku tak mau kalah dengannya.

“Hahahaha!” entah apa yang lucu, tapi semua orang yang memperhatikan perdebatanku dengan Haisha serentak menertawakannya.

“Sial!” Aku mengumpat kesal karena telah menjadi bahan tertawaan.

“Setan!” Haisha justu membalas cercaanku dengan delikan matanya. Aku balas melotot karena aku merasa aku tidak memakinya.

“Sinting!” Kadeila menanggapi sembari menggelengkan kepala.

“Hahahahaha!” sekali lagi aku dan Haisha menjadi bahan tertawaan.

Haisha terus menjauh dariku. Dia tampak marah besar padaku. Walau tidak pergi terlalu jauh dariku, aku masih bisa memandangnya, hanya bisa memandangnya saja.

Ada apa dengan Haisha? Dalam kesempatan bersamanya, aku ingin sekali dekat dengannya. Kenapa justru harus bertengkar seperti ini?

Sepertinya Zasazhar benar, kebahagiaan Kadeila selama satu tahun bersamaku adalah hal yang mahal harganya bagi Haisha.

“Bagaimana keadaan Reu?” tanyaku kemudian pada Rainei untuk mengalihkan perhatian semua orang.

“Pengobatan untuknya sudah selesai, tinggal menunggu kesadarannya. Dia tertidur pulas. Setelah dia bangun nanti, kesehatannya akan pulih dan bisa bekerja kembali,” jawab Rainei.

“Dia beruntung,” singkat Mayeru menanggapi keadaan Tereuka.

“Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian berdua?” Kadeila bertanya pada Zasazhar tentang peristiwa terlukanya Tereuka. Kadeila menyandarkan dirinya pada pohon kecil setelah menempatkan potongan kayu besar untuk ia duduki. Kedua kaki putih mulusnya terjulur lurus ke depan, menghapus penat setelah berlarian sepanjang malam.

“Aku bertemu dengan Amendor. Mereka berusaha menerobos untuk menyerangmu, Kad. Aku mencoba menghalangi mereka. Tapi aku tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi mereka. Tembakanku tak berpengaruh dan mereka bisa melukaiku. Mereka juga menyebar dan cukup banyak. Reu kemudian datang membantuku karena dia bisa menghadapi Cirod. Tapi Reu tak bisa menghadapi semuanya,” Dalam kalimatnya, Zasazhar menyertakan keresahan yang mendalam.

Jadi, apa yang selama ini dikatakan bahwa Hegan Amendor bisa menyerang sesama Cirod adalah kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Zasazhar terbukti tak mampu menghadapi Amendor karena serangannya tak berpengaruh bagi lawan.

Kenyataan bahwa Ranen juga menjadi perburuan Amendor, juga merupakan hal yang sebenarnya terjadi. Amendor tengah memburu Kadeila.

Aku mengingat apa yang dikatakan oleh Ranen dari Evrastor yang bersamaku mengungsi ke Feinandor, Domarg. Dia merasa dirinya menjadi buruan Amendor.  Aku tidak tahu bagaimana nasib Domarg bersama dengan Feinandor sekarang. Dari berita yang dibawa Haisha, Ranen nyaris punah. Mungkin saja Domarg telah tiada lagi. Entahlah, aku tak ingin memperkirakan apapun yang terjadi pada Domarg, semoga saja dia masih bertahan sampai sekarang.

“Kalau memang Amendor yang menembaknya, berarti radiasi Hegan Amendor juga memberikan efek yang sama dengan Hegan Cirai,” Rainei mencoba menyimpulkan berdasar apa yang ia temukan pada tubuh Tereuka.

“Senjata mereka memang telah menjadi seperti itu,” Mayeru membenarkan.

Aku memandang Haisha. Mungkin Haisha mengetahui sesuatu.

Cirod dan Cirai 1: Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang