Dipaksa memberikan keterangan oleh Haisha, Merdith terdiam kaku.
Kadeila membujuk Merdith dengan nada suara yang lembut. “Katakan saja apa yang kau ketahui.”
Merdith takut-takut memandang Kadeila. Kadeila memberikan senyum bagi Merdith agar Merdith mendapat keberanian untuk bicara. Merdith kemudian memandangku. Dia sama sekali tidak ingin menatap wajah Haisha lagi.
“Komite Cirai menginginkan kematian Haisha.” Merdith mengatakannya padaku.
Aku mendesah kecewa. Kalau hanya itu, aku sudah tahu. Ketegangan yang baru saja dimunculkan Merdith, seketika hilang.
“Semua orang sudah tahu tentang hal itu. Seluruh Cirai memang menginginkan kematian Ish.” Zasazhar menyuarakan persis seperti yang aku pikirkan.
Merdith menggelengkan kepalanya padaku.
Aku curiga atas gelengan kepala Merdith. “Kau mengetahui sesuatu yang lainnya?”
“Dalam buku catatan pribadi Kakakku, ada tulisan pada halaman kesimpulan yang tidak selesai. Mengenai kematian Haisha dengan menggunakan radiasi yang ada di Menobes. Ada rumusan program yang bisa membuat Haisha akan terkena imbasnya,” jelas Merdith.
“Tirpena. Aku sudah tahu tentang hal itu.” Haisha tidak terkejut lagi.
“Tapi,” Merdith kali ini memandang Haisha.
Haisha diam menanti.
Merdith menundukkan kepala. Dia tampak tidak berani berkata lagi.
“Tapi apa, Merd?” desakku.
“Walau selama ini radiasi itu tidak bisa digunakan, pada akhirnya akan mati dengan sendirinya,” beritahu Merdith lagi padaku.
“Iya. Semua orang juga akan begitu. Kau pada akhirnya juga akan mati nanti. Entah kapan.” Haisha kecewa dengan jawaban Merdith.
Zasazhar terdiam, sepertinya dia tengah memikirkan sesuatu.
Menurutku, Merdith telah mengetahui tentang Tirpena. Tirpena akan menyebabkan kematian bagi Haisha jika program itu dicabut dari Menobes. Memang tidak ada hal baru yang bisa didapat dari Merdith. Mungkin Merdith menduga, aku tidak mengetahui tentang bahaya Tirpena bagi Haisha.
“Jangan khawatir, aku akan menjaganya,” janjiku pada Merdith.
“Darimana kau bisa mengetahui tentang Menara Efnuma dan Menobes sejauh itu?” Haisha kemudian bertanya pada Merdith.
“Kakaknya. Dia adiknya Zerthian,” jawab Kadeila.
“Owh,” mulut Haihsa membulat. Matanya memandang lekat-lekat pada Merdith. Senyumnya mengembanga kemudian. “Jadi kau adiknya.” Sambil mengangguk-angguk.
“Kau mengenal kakaknya, Ish?” Aku curiga pada Haihsa.
Haisha tersenyum lebar padaku. Tidak biasanya dia tersenyum seperti itu, aku semakin curiga.
“Dia adalah orang yang membangun antena Menara Efnuma bersama beberapa orang peneliti lainnya. Kami sering bersama. Tapi aku lebih mencintaimu, Gein.” Haisha masih tersenyum padaku.
Apakah ada hubungannya antara mereka sering bersama dengan cintanya padaku? Haisha benar-benar mencurigakan. "Aku tidak bertanya tentang hal itu. Kau tidak perlu menjelaskannya.”
Haisha ingin aku cemburu. Tapi aku tidak akan cemburu pada orang yang sudah mati.
“Oh ya? Kupikir kau menanyakannya tadi,” tantang Haisha..
“Aku menanyakan apa?” balasku. Aku tidak mengerti apa yang Haisha inginkan.
“Tentang kakaknya!” tegas Haisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cirod dan Cirai 1: Yang Terbuang
FantasyGeinard telah kehilangan ingatannya. Ia tak tahu siapa dirinya dan apa yang pernah ia lakukan selama hidupnya. Ketika ia berusaha menemukan jati dirinya, ketika ia berusaha mengungkap peristiwa masa lalunya, Geinard menemukan kenyataan bahwa orang-o...