Terbebas dari serangan Cirod kelompok Amendor, aku dan Domarg kembali tertekan oleh kehadiran Cirod lainnya beserta Cirai. Cirai ternyata hanya melintas, mereka tidak menghiraukan keberadaan kami yang bersembunyi di balik badan mobil ambulance yang telah rusak parah. Atau mungkin Cirai itu tak tahu kalau kami masih hidup di tempat ini?
Cirod yang menyusul di belakang Cirai berhenti demi mendengar teriakan Domarg yang seolah meminta pertolongan mereka. Satu demi satu Cirod itu bermunculan, hingga berjumlah tujuh orang semuanya.
“Kalau mereka tahu siapa aku, apa yang akan mereka lakukan pada kita?” tanyaku perlahan pada Domarg karena ia memintaku untuk menggunakan nama Sukhad.
“Kita akan mati ditempat ini,” pelan pula Domarg menjawabnya.
“Kau yakin kalau mereka akan membunuh kita karena alasan itu?” aku tak percaya.
“Tidak juga. Semoga saja mereka tidak mengenalmu. Kalaupun kenal, semoga saja kita tidak ditembak oleh mereka,” Domarg mencibir.
Ah, aku kembali mendesah.
Langkah perlahan orang-orang yang tadinya menodongkan Hegan semakin dekat pada kami. Mereka memang tidak lagi menodongkan Hegan mereka, tapi Hegan berganti dengan Segan karena mereka tahu kami juga Cirod seperti mereka.
“Apa aku dimusuhi oleh semua orang?” tanyaku lagi pada Domarg.
“Katanya begitu. Kau dimusuhi semua orang, tapi aku tidak,” Domarg menjawab.
“Kalau kau tidak dimusuhi mereka, kenapa kau takut?”
Domarg angkat bahu, ia tak ingin menjawab karena Cirod lainnya telah semakin dekat.
“Apa kalian sudah selesai bicara?” seseorang bertanya. Walau wajahnya keras dan beringas, namun gaya berjalannya terlihat berwibawa.
“Kami mengungsi dari Emkdinhan ke Mostrea untuk bergabung bersama Stantor. Kami mengungsi karena kami diburu oleh Amendor,” Domarg justru menjelaskan.
“Stantor sudah habis. Tidak ada gunanya kalian kesana,” seseorang lainnya menjawab sambil terkekeh.
Stantor sudah habis? Aku terkejut.
“Cepat sekali. Baru tadi siang Amendor menghabisi kami,” Domarg seakan tak percaya dengan berita yang ia dengar.
“Evrastor dan Stantor adalah target Amendor bersama Damigor. Jelas saja kalau kalian akan dikalahkan dengan mudah. Tapi, kali ini, Cirai yang sebenarnya menyerang Stantor, bukan Amendor,” lelaki pertama yang tampak berwibawa itu memberitakan keterangan.
“Cirai?” Domarg seakan tak percaya lagi.
“Iya, tim gabungan dari Gwande, Hekiani dan Meoref,” jawab orang itu lagi.
Dari ketiga nama yang disebutkan itu, aku bisa mengingat kalau ketiganya adalah orang-orang terbaik yang pernah tampil di panggung dalam acara pembukaan Akademi Cirai. Ketiganya adalah lelaki bertubuh besar dan kekar dengan pangkat bintang emas lima. Gwande dan Hekiani adalah Destror, sementara Meoref adalah seorang Gardien. Apa ketiga orang itu tergabung dalam kelompok yang akan berkhianat pada Cirai?
“Lalu, apa Feinandor juga ikut berperang disini?” tanya Domarg ingin tahu.
“Tidak. Kami hanya memeriksa dan memperhatikan peperangan dari jauh. Dari berita yang kami dengar, serangan Amendor mengkhawatirkan kami. Katanya mereka memiliki kelebihan. Kami merasa harus mengetahui sepak terjang mereka agar kami tak kewalahan jika nanti berhadapan dengan mereka,” lelaki yang berkulit hitam legam itu memberikan penjelasan.
“Mereka memang memiliki kemampuan lebih dari kita. Hegan mereka bisa melukai sesama Cirod, Cirod lain akan sulit menghadapinya,” Domarg memberi sedikit gambaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cirod dan Cirai 1: Yang Terbuang
FantasiGeinard telah kehilangan ingatannya. Ia tak tahu siapa dirinya dan apa yang pernah ia lakukan selama hidupnya. Ketika ia berusaha menemukan jati dirinya, ketika ia berusaha mengungkap peristiwa masa lalunya, Geinard menemukan kenyataan bahwa orang-o...