Bagian 15. Singkirkan Haisha

1.2K 32 2
                                    

Setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, aku dikembalikan ke kamarku. Teman-temanku yang lain kembali ke kelas mereka untuk melanjutkan perlajaran. Hari ini aku bebas bersekolah karena mendapat ijin untuk beristirahat di kamar.

Dari pertemuanku dengan Kadeila di kamar perawatan tadi, aku mendapatkan satu lagi kenyataan tentang diriku. Kadeila mengatakan, tangan kiriku dianggap yang paling berbahaya bagi semua orang. Aku tidak tahu kenapa.

Aku merasa, aku belum pernah menembak dengan Hegan. Apa aku pernah menembaknya? Rasanya pernah, aku menembak Setkaf kalau tidak salah. Iya, aku menembak Setkaf, namun tembakanku terlepas karena Botorus memukul tanganku. Aku tak melihat ada perbedaan apapun, sepertinya biasa saja.

Aku juga tidak menyangka jika Kadeila mampu menterjemahkan sebuah pesan dari Haisha. Aku tak menyangka bahwa Haisha telah memiliki sebuah rencana yang akan dia lakukan terhadapku. Tentu saja aku tak bisa menterjemahkannya karena aku merasa tidak ada urusan dengan Torpi. Mau direbut semua atau tidak, aku tidak bisa membayangkan apapun.

Jika semua Torpi yang ada pada Cirai telah habis semua, peperangan akan terjadi. Memangnya kenapa kalau perang? Aku tidak mengerti. Aku tidak tahu apa-apa tentang peperangan mereka. Mau Cirod melawan sesama Cirod ataupun dengan apa saja, aku tidak tahu. Semua terasa biasa- biasa saja bagiku.

Mungkin tempat terjadinya peperangan tidak dekat denganku jadi aku tidak tahu bagaimana suasananya. Dari perjalananku bersama Kadeila menemui Haisha, aku merasa Akademi ini berada di tengah hutan. Mungkin tempat ini adalah tempat terpencil, atau mungkin tempat yang terisolir dari keramaian. Entahlah, juga aku tidak tahu Akademi ini berada dimana.

Kemarin, Haisha telah mengambil 2 Torpi. Satu Torpi tidak aku ketahui bagaimana proses pengambilannya. Namun untuk Torpi satunya, aku menduga sebagau sebuah keberuntungan bagi Haisha.

Kadeila menceritakan padaku kalau Tim Gwande telah menghentikan upaya dari sekelompok Cirod lain yang berusaha merebut Torpi dari Cirai. Karena keteledoran Gwande, justru Haisha yang mendapatkannya dengan membunuh Gardien yang berusaha mengamankan Torpi itu. Sepertinya memang keberuntungan buat Haisha.

Aku tidak mengerti bagaimana Haisha yang sebenarnya. Aku tidak mengingat apapun tentangnya. Apakah memang kekasihku itu benar-benar hebat? Sepertinya begitu. Kini dia menjadi target sasaran semua Cirai, dia pasti memang hebat jika dia telah dianggap sebagai orang yang paling berbahaya

Aku membayangkan kemungkin terburuk yang akan terjadi pada Haisha. Bagaimana kalau gadis itu tewas? Entahlah, aku tak bisa membayangkan apapun. Aku tidak memiliki kenangan apapun dengan Haisha. Aku tak tahu bagaimana perasaanku yang sebenarnya terhadap Haisha.

Sepintas dari pertemuan pertamaku dengannya, aku mengagumi wajahnya. Aku menyukai sikap tegas dan kerasnya. Dia jauh berbeda dari semua gadis yang pernah aku kenal. Haisha jauh berbeda dengan Kadeila. Aku tak pernah merasakan ada hal yang tidak bisa aku mengerti pada perempuan lainnya. Apakah aku mencintai Haisha?

Kalau di masa lalu, aku menduga aku memang mencintai Haisha. Semua orang mengatakan kalau Haisha adalah kekasihku, pasti kami saling mencintai. Kalau sekarang? Entahlah, aku tidak yakin. Mungkin aku jatuh cinta padanya.

Aku takut bertemu dengannya, aku merasa gugup. Aku merasa begitu khawatir dengan apa penilaiannya terhadapku sebelum aku bertemu dengan Haisha. Sepertinya, aku memang jatuh cinta padanya.

Kalaupun misalnya nanti, aku menjadi Cirai. Aku kemudian berhadapan dengan Haisha, bertemu dengannya dan memiliki kesempatan untuk membunuhnya. Apakah aku akan membunuh Haisha? Mungkinkah aku membunuhnya? Aku gelisah untuk sesaat atas pertanyaanku itu.

Sepertinya tidak akan, aku tidak yakin akan menembakkan senjataku padanya. Aku ingin bersamanya, aku tak mau kehilangannya. Ah, entahlah, aku tidak tahu.

Cirod dan Cirai 1: Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang