Bagian 9. Ashabel dan Merdith

1.4K 40 3
                                    

Ketika aku mengikuti jam pelajaran setelah istirahat makan siang, aku menemukan Sukhad telah kembali duduk disampingku. Aku belum mengetahui kenapa Sukhad melakukan hal itu. Dan ketika jam istirahat sore tiba, Sukhad akhirnya memberikan pengakuan.

Sukhad menyampaikan permohonan maafnya. Dia mengatakan bahwa ia telah mendapatkan tawaran dari Tim Pembina untuk menempati kamar baru yang terpisah dariku. Sukhad akhirnya memilih untuk menerima tawaran itu atas pemikiran bahwa jika dirinya tetap bersamaku, dirinya mungkin akan membawa kesulitan baru untukku. Ternyata, dia melakukan itu demi kebaikanku. 

Awalnya aku menduga, Sukhad merasa takut menjadi korban tindakan sewenang-wenang oleh dua pengawas baruku. Dia pergi meninggalkanku karena dia merasa keamanannya terancam, baik itu ancaman dariku yang tidak jelas statusnya, maupun dari duang orang pengawasku.

Ketika pertama bertemua, Merzhad mendorong dengan keras tubuh Sukhad disertai dengan kalimat ancaman yang menyinggung antara hidup dan mati. Bagiku, itu adalah ancaman serius untuk Sukhad agar ia tidak ikut campur memberikan pembelaan terhadapku.

Aku sebenarnya juga telah mencurigai kalau kepindahan kamar Sukhad itu karena ada campur tangan dari Tim Pembina. Aku mencurigainya berdasarkan ajakan makan oleh Jwerhan yang membuatku terpisah dengan Sukhad kemarin malam. Disaat aku pergi bersama Jwerhan, sepertinya disaat itulah Tim Pembina memanfaatkannya untuk mendiskusikan kepindahaan kamar Sukhad. Aku yakin, Tim pembina  telah mengaturnya sedemikian rupa, Sukhad memang sengaja dipisahkan denganku.

Entahlah, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Sukhad. Selama kepindahannya itu bisa membuat aku dan Sukhad tetap terlindungi, diatur atau tidak, aku tak ingin mempermasalakannya.

Walaupun Sukhad masih menerimaku sebagai teman baiknya, namun Sukhad tak lagi sekamar denganku. Aku kini menampati kamar besar seorang diri. Ambil hikmahnya saja, jika Kadeila sewaktu-waktu datang berkunjung, dia bisa tidur disini bersamaku. Dia kan calon istriku, dan kami pernah tinggal bersama. Pasti tidak masalah lagi. (ngarep!)

Sampai dengan saat ini, sore ini, aku tak mendapatkan hal-hal aneh dari dua pengawasku itu. Mungkin karena hari ini adalah hari pertama aku berada dibawah pengawasan mereka. Jadi, Merzhad dan Setkaf belum melakukan upaya untuk menjatuhkanku.

Hanya Setkaf saja yang tiba-tiba datang menemuiku ketika aku tengah makan seorang diri di ruang makan tadi siang. Tak ada hal yang serius kecuali pertanyaannya yang kini terasa mengganggu pikiranku.

“Jika aku telah menjadi Gardien nanti, apakah aku akan membunuh Haisha?”

Apakah ada masalah jika aku membunuh Haisha? Untuk saat ini, tidak ada masalah menurutku. Jika memang aku nanti ditugaskan untuk membunuh Haisha, aku pasti akan melakukannya.

Walaupun Kadeila mengatakan bahwa Haisha itu adalah kekasihku, aku tidak ingin mempertimbangkannya karena aku sendiri tidak ingat, apakah Haisha itu adalah kekasihku. Lalu kenapa? Begitu serius dan pentingkah jika aku ditugaskan untuk membunuh Haisha? Apakah ada yang salah dengan pertanyaan itu? Aku merasa, aku tak menemukan adanya kesalahan dengan tugas seperti itu.

Namun, entah kenapa, pertanyaan Setkaf itu kini membuatku resah, perasaanku menjadi tidak tenang. Apakah memang Haisha begitu berharga bagiku? Aku tidak bisa menjawabnya karena aku tidak ingat apa-apa tentang Haisha.

Dari apa yang aku dengar selama berada di Akademi Cirai ini, Haisha dianggap sebagai lawan terberat. Haisha selalu menyulitkan pihak Cirai. Haisha telah membuat kekhawatiran besar berkat prestasi gemilangnya merebut 5 Torpi dalam satu bulan.

Dan katanya lagi, prestasi gemilang Haisha itu bisa ia raih karena ia mendapatkan perlindungan yang baik dari Proteornya. Menurut kabar, Proteornya Haisha itu adalah aku.

Cirod dan Cirai 1: Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang